Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETIKA mengikuti Recreation Club di Bombay, India. Akbarally Meherally mendapat buku Ismaili Tariqah dan A Brief Hitory of Ismailism dari juru dakwah Abualy A. Aziz. Tarikat Ismaili memang unik, karena berhubungan langsung dengan Ali ibn Abi Thalib. Pengikutnya menyebut dirinya Baini -- bervisi esoteris dan pengetahuan tentang Jiwa Spiritual. Sekte ini juga dinamai Tarikat Nurani. Allah menganugerahkan Nur ke tubuh Imam di bumi: Panjtan Pak alias Ali, Muhammad, Fatimah, Husein. Seorang Ismaili tunduk kepada Kehendak Allah. Artinya, ia harus tunduk pada maunya Imam -- juga pada Karim Aga Khan yang memiliki Nur Allah di tubuhnya itu. Jika Ismaili bersujud di depan Hazar (hadirat) Imamnya, ini sama bersujud kepada Nur Allah, bukan pada tubuh fisik Aga Khan. Setelah membaca Quran (sebelumnya tak pernah, selama 40 tahun sejak meyakini ajaran Ismailiyah) Akbarally menilai ajaran Ismaili banyak pertentangan dengan Kitab Suci itu. "Sebagian umatnya tak membaca Quran, katanya. Persis seperti dia. Maka, salah penafsiran yang serius terhadap ayat Quran yang dilakukan para imam tentu tidak dipahami oleh jemaahnya. Undang-undang di sekte Ismailiyah yang direvisi pada 13 Desember 1986 (diteken Hazar Imam Shah Karim al-Husaini, imam ke-49) di Merimont, Swiss, menyebutkan: Imam Besar punya kekuasaan dan otoritas terhadap semua aspek keagamaan dan Jemaat Ismaili. Setelah Akbarally meneliti ulang lewat dua buku yang ditulis Abualy itu, lalu hasilnya dituangkannya dalam Understanding Ismailism: A Unique Tariqah of Islam (1988). Ia menemukan banyak kesalahan (lihat Si Berlian Menyempal Ismaili). Misalnya, tafsiran ayat 33 surat al-Ahzab: "Dia (Imam) adalah Nur Allah. Karena itu, ia bersih dan bebas dari dosa." Tafsiran ini mendukung kepercayaan bahwa "para imam itu suci". Padahal, di ayat ini tak ada perkataan Nur, dan Nabi sendiri tidak mengklaim dirinya suci. Juga Ali dan ahlulbait. "Klaim adanya Nur Allah pada manusia itu omong kosong," tulis Akbarally. Tarikat ini punya dua syahadat, seperti "seekor gajah memiliki 2 rangkaian gigi". Selain kalimat syahadat La ilaha illa Allah, Muhammad Rasul Allah, umat Ismailiyah punya syahadat yang buntutnya ditambah 'Aliyyun Amiral-Mukminin, 'Aliyyu Allah. Artinya: Ali (pemuka orang beriman) itu adalah Allah. Jadi, menuhankan Ali? Seperti Syiah lain, Ismailiyah mengagungkan ketujuh keturunan Ali sebagai Imam. Maka, Ismailiyah disebut juga Syiah Tujuh. Bahkan setelah syahadat tadi, ada pula baiat. Dan rukun iman ketiga adalah Dua (salat). tapi mereka tak kenal salat Jumat. Sementara itu, cara salatnya sambil duduk dan menghadapkan wajah ke foto lmam Besar. Bila berjemaah, pemimpinnya menghadap ke arah jemaah. Berhadapan, dan saling menyembah. Di jamatkhana (musala), si Ismaili kecil, tua, laki, wanita, boleh memimpin salat. Salatnya di Ismaili tak ada rukuk dan sujud, tapi berjongkok. Mereka tanpa membaca Subhana Rahbiyal Adzim dan Subhana Rubbiyal A'la, tapi mengagungkan Ali dan pedangnya "Zulfikar" dengan melafalkan La fata illa Ali, la sayfa illa Zulfikar (Tidak ada pahlawan kecuali Ali, tidak ada pedang kecuali Zulfikar). Usai sembahyang, seorang Ismaili mengucapkan Shah-jo-deedae (Semoga Anda melihat Imam) pada orang yang duduk di sampingnya. Mereka juga tak mengucapkan assalamu alaikum kepada sesama muslim, ketika bertemu. Yang diucapkan, Ya Ali Madad (O Ali, tolong), atau dijawab, Mawla Ali madad (Ali menolong). Kaum Ismaili meyakini surga dan neraka itu di tangan Imam. Sedang menghadap kiblat, menurut mereka, bukanlah prinsip dasar Islam. Tawaf di Ka'bah diwajibkan oleh Ali, bukan karena Quran dan Nabi saw. Jadi, lehih hebat Ali dari Rasulullah? Sebuah keluarga sering membayar dasond tiga kali lipat. Sebab, seorang suami dan istrinya mesti masuk dalam grup eksklusif (mandli) yang berbeda. Misalnya, Akbarally masuk Noorani Mandli, lalu membayar 12,5 persen hartanya sebulan. Istrinya harus masuk Mubarak Mandli dan membayar 25 persen. "Semakin besar uang yang dibayarkan oleh kelompok itu kepada Imam, semakin sering Imam memberi farman pada jemaah," tulis Akbarally. Setiap anggota kelompok punya catatan farman sendiri, dan dilarang dibaca orang lain, bahkan sesama suami-istri. Kriteria keanggotaan kelompok adalah uang. "Ini menimbulkan diskriminasi," demikian Akbarally dalam buku setebal 175 halaman dan diterbitan di Kanada oleh penerbit A.M. Trust itu.Ahmadie Thaha
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo