Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Aksesibilitas di Ruang Pameran Seni yang Dibutuhkan Penyandang Disabilitas

Simak apa saja akses yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas saat datang ke pameran seni.

29 Oktober 2021 | 20.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Agar karya seni dapat dinikmati siapapun termasuk penyandang disabilitas, ruang pamer atau galeri seni tentu harus mengakomodasi berbagai akses bagi pengunjungnya. Faisal Rusydi dari Jakarta Barier Free Tourism atau JBFT, sebuah organisasi komunitas yang mengkaji aksesibilitas di ruang publik, menyatakan, terdapat beberapa akses ideal dalam sebuah ruang pamer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain infrstruktur, akses penyediaan informasi tentang karya seni juga harus tersedia. "Yang pertama, tentu pengunjung harus mudah lalu lalang dalam ruang pamer," kata Faisal yang juga pelukis dari Association of Mouth and Foot Painting (AMFPA) saat dihubungi Kamis 28 Oktober 2021. Sebab itu, menurut dia, sangat baik jika galeri seni menyediakan ruang lapang di tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ruang yang lapang di area pameran dapat mengakomodasi pengguna kursi roda untuk bermanuver. Ruang yang luas di galeri seni juga bertujuan menghindari risiko karya seni rusak karena tergores atau tersenggol pengunjung. Ruang pameran seharusnya menyediakan ram atau bidang miring pada pintu masuk apabila masih menggunakan anak tangga.

Akses lain yang juga perlu diperhatikan dalam galeri seni adalah toilet yang dapat diakses penyandang disabilitas. Kamar kecil sebaiknya bukan hanya tersedia dalam bentuk bilik-bilik kecil, tetapi juga ruang yang lebih besar, lantai yang tidak licin, serta tombol keamanan.

Toilet yang menyediakan hand railing juga sangat baik karena pengguna non-difabel turut terbantu. Misalkan orang tua atau ibu hamil dapat berpegangan pada hand railing agar tidak terpeleset atau terjatuh.

Penyediaan akses informasi dalam galeri seni pun harus diperhatikan. Apabila ruang seni menggelar pameran yang bersifat visual atau barang seni yang tidak boleh disentuh, sebaiknya ada pemandu yang dapat mendeskripsikan karya seni yang dipamerkan. "Layanan ini berguna bagi penikmat seni dari kelompok penyandang disabilitas Netra," kata Faisal.

Aksesibilitas yang juga penting adalah menyediakan juru bahasa isyarat untuk menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam bahasa verbal, dan sebaliknya. Menurut Faisal, banyak seniman Tuli yang berkecimpung dalam dunia seni lukis maupun seni rupa. Dalam menggelar karya seni mereka, para seniman Tuli perlu menjelaskan cerita di balik pembuatan karyanya.

Keterangan ini disampaikan para seniman kepada pengunjung yang ingin mengetahuinya. "Kondisi ini mengharuskan ketersediaan jembatan komunikasi antara seniman Tuli dengan pengunjung non-difabel yang tidak dapat berbahasa isyarat," kata Faisal.

Baca juga:
56 Seniman Difabel Mancanegara Terlibat Jogja International Disability Arts 2021

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus