Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Bencana tanah longsor di Nganjuk, Jawa Timur, yang terjadi pada Ahad lalu mengakibatkan tiga orang meninggal dan 16 orang lainnya belum ditemukan keberadaannya.
Tidak berfungsinya sistem pendeteksi dini bencana diduga memicu banyaknya korban tewas.
Hingga kemarin, proses evakuasi korban masih terus dilakukan BPBD dengan dibantu relawan.
JAKARTA – Bencana tanah longsor di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, pada Ahad lalu mengakibatkan tiga orang meninggal dan 16 orang lainnya belum ditemukan keberadaannya. Hujan deras menjadikan tanah yang labil di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, itu ambrol dan mendatangkan malapetaka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak berfungsinya sistem pendeteksi dini bencana diduga memicu banyaknya korban tewas. Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk, Nafhan Tohawi, menyatakan sirene tanda bahaya (early warning system) yang dipasang di Dusun Selopuro tidak berbunyi saat tanah longsor terjadi. "Ini yang diduga memicu banyak korban berjatuhan akibat bencana tersebut. Alatnya ada, tapi kebetulan tidak berfungsi karena ada kerusakan," ucap Nafhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia juga menjelaskan, pemerintah telah berulang kali memberi peringatan kepada warga perihal potensi bencana tanah longsor yang bisa terjadi di wilayah tersebut. Apalagi, pada 2014, tebing di dusun itu mulai retak. Pemerintah daerah sudah mengingatkan adanya potensi bencana itu karena permukiman warga berada di antara kemiringan tanah lebih dari 90 persen.
Pemerintah Kabupaten Nganjuk sempat menawarkan relokasi rumah. Apalagi sebelumnya sempat terjadi kejadian serupa di dusun yang posisinya berada di atas dusun itu. Tapi warga setempat tidak bersedia. Relawan sosial dan pemerintah setempat kemudian membantu warga dengan menutup retakan tanah dan memasang sirene tanda bahaya.
Kondisi tanah longsor di Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur, 15 Februari 2021. ANTARA/Zabur Karuru
Hingga kemarin, proses evakuasi korban terus dilakukan BPBD dibantu sejumlah relawan. Proses pencarian harus berpacu dengan waktu untuk menghindari datangnya hujan, yang memicu tanah longsor susulan. Nafhan menjelaskan, pihaknya belum bisa mengoperasikan alat berat karena kondisi tanah di lokasi tanah longsor masih sangat labil.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bencana yang menerjang sebagian wilayah di lokasi itu diduga akibat curah hujan tinggi. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, sebelum tanah longsor terjadi, Dusun Selopuro diguyur hujan dengan intensitas sedang dan tinggi. Kemudian, sekitar pukul 18.30 WIB tanah longsor terjadi. "Tanah longsor di Kabupaten Nganjuk dipicu oleh hujan intensitas sedang hingga tinggi yang terjadi pada Minggu malam," ucap Raditya, kemarin.
Bencana ini diiringi dengan munculnya banjir bandang yang menerjang permukiman penduduk di sejumlah daerah di kabupaten tersebut. BNPB melaporkan, musibah ini juga membuat sekitar 14 orang mengalami luka-luka. Mereka dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat mengatakan pihaknya saat ini telah memindahkan sekitar 174 pengungsi yang menempati rumah kepala desa dan gedung Sekolah Dasar Negeri 1 Ngetos. ”Mereka kami pindahkan ke tempat yang lebih layak,” kata Novi.
Relawan melakukan pencarian korban longsor di Desa Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur,15 Februari 2021. ANTARA/Prasetia Fauzani
Menurut dia, tempat pengungsian itu dilengkapi fasilitas yang cukup layak, di antaranya kamar mandi, ruang tidur, serta kebutuhan makanan. Pemerintah Nganjuk juga telah menyiapkan pakaian yang bisa digunakan para pengungsi, mengingat tak banyak harta benda yang bisa dibawa setelah musibah itu.
Pemerintah juga menyiapkan dapur umum, tenaga medis, dan rumah sakit darurat dari Bhayangkara. Sementara itu, proses evakuasi masih terus dilakukan bersama berbagai pihak. Tim gabungan masih mencari warga yang dinyatakan hilang.
Selain tanah longsor, banjir bandang menerjang Kabupaten Nganjuk dan merendam permukiman penduduk di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Berbek, Kecamatan Nganjuk, dan Kecamatan Loceret. Ketinggian banjir bervariasi di beberapa titik, dari semata kaki hingga 2,5 meter. Pemerintah Kabupaten Nganjuk belum mendata nilai kerugian akibat musibah banjir dan tanah longsor ini.
AVIT HIDAYAT | HARI TRI WASONO | ANT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo