Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIDAK kurang dari 3 orang Gubernur selalu memeras fikiran dan
sakunya, namun kehidupan pers di Jambi masih saja menyedihkan.
Kalangan pemerintahan dan orang pers di sana masih ingat
misalnya di tahun 1960-an pernah terbit beberapa surat kabar
yang dicetak, seperti Peristiwa, Mingguan Berita dan Masa Pers.
Dengan oplah antara 3000 sampai 5000 eksemplar. Tapi karena
berbagai kesulitan, satu-satu surat kabar tersebut tak mampu
mempertahankan nafasnya. Meskipun beberapa mingguan, yakni
Minggaan Ampera dan Mingguan Warta Mass, dalam bentuk stensilan
berusaha mempertahankan hidupnya.
Lalu apa sebab begitu benar nasib pers di sana, padahal pada
waktu itu bukannya tak ada perhatian dari Gubernur M. Yusuf
Singedekane? Bahkan ia menyediakan percetakan "Dharma Karya"
milik Pemerintah Daerah. "Untuk saat ini prinsip idealisme
kewartawanan saja tidak cukup tanpa didukung oleh faktor-faktor
modal, bakat dan pengurusan yang baik untuk menerbitkan sebuah
surat kabar yang langgeng dan kontinu", kata Syamsulwatir, Ketua
PWI Jambi pada pidato HUT PWI ke. XXX awal Pebruari lalu. Nah,
begitulah agaknya biang sebabnya.
Meskipun begitu Gubernur berikutnya RM Nur Atmadibrata tak
merasa kapok. Tentunya karena menganggap pentingnya itu peranan
pers. Desember 1973 Gubernur Nur Atmadibrata, tanpa ragu sedikit
pun mengeruk kas daerah sebesar Rp 40 juta untuk membeli satu
unit percetakan Offset dari Taiwan. "Untuk pembinaan pers
daerah", ujar Nur Atmadibrata. Namun Nur tak sempat meneruskan
langkah-langkah pembinaannya karena ia keburu diganti oleh
Jamaluddin Tambunan SH. Lalu bagaimana nasib itu percetakan
Offset?
Walaupun Rugi
Ternyata Jamaluddin Tambunan tak kurang pula perhatiannya
terhadap pembinaan pers. Begitu ia naik, langkah pertamanya
ditujukannya ke arah 2 percetakan, Dharma Karya yang didengarnya
sudah jompo dan warisan Nur Atmadibrata ynag belum berfungsi.
Dibentuknya sebuah team untuk mempelajari kemungkinan
dioperasikannya kedua percetakan tersebut. Tapi kesimpulan yang
didapat team: "kedua percetakan tersebut tak mungkin
dioperasikan karena akan mengalami kerugian:". Tentu saja
Gubernur Tambunan pun tak bisa bertindak lain kecuali, "menutup
percetakan lama dan tidak mengoperasikan yang baru".
Langkah itulah yang dilakukan Gubernur Tambunan? "Menyadari
akan pentingnya fungsi media massa termasuk pers sebagai alat
komunikasi dua arah", ujarnya di depan pengunjung HUT ke XXX PWI
tadi, "Pemerintah Daerah akan memberikan percetakan ex Dharma
Karya kepada PWI menjadi hak milik dan akan mengoperasikan
percetakan Offset walaupun, akan mengalami kerugian". Tentu saja
kegembiraan pun meledak di kalangan orang-orang pers, menerima
anugerah tak terduga itu. Tinggal selanjutnya bagaimana para
warga PWI Jambi mengkelolanya. Namun kegembiraan makin
bertumpuk di hati para wartawan, tatkala Walikota Jambi, Zainir
Havis BA, menyerahkan batu pertama pembangunan perumahan
wartawan kepada salah seorang wartawan. Maka alasan apa lagi
yang harus disodorkan Syamsulwltir dkk kepada Gubernur Jambi --
atau siapa pun buat menopang mengapa kehidupan pers di Jambi tak
maju-maju? Entah pula.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo