Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Gerindra masih menunggu kesediaan Prabowo diusung sebagai calon presiden 2024.
Rencana koalisi antara PDIP dan Gerindra masih bersifat wacana dan spekulasi.
Skenario menduetkan Prabowo-Puan dianggap akan sulit memenangi pemilihan presiden 2024.
JAKARTA – Peluang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra untuk berkoalisi dalam pemilihan presiden 2024 semakin tipis, melihat peta politik kedua partai saat ini. Partai Gerindra sejak awal memutuskan Prabowo Subianto menjadi calon presiden, meski Ketua Umum Gerindra itu belum menyatakan kesediaan. Sebaliknya, PDIP disebut-sebut akan mengusung kader internal sebagai calon presiden 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa sudah bersepakat berkoalisi. Kedua partai juga disebut-sebut akan mengusung pasangan Prabowo dan Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, dalam pemilihan presiden 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam beberapa kesempatan, Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani mengatakan partainya sudah memutuskan mengusung Prabowo sebagai calon presiden. Keputusan tersebut lahir lewat kongres luar biasa partai ini pada 6 Agustus 2020.
Meski sudah ada keputusan partainya, Dasco mengatakan Gerindra masih menunggu kesediaan Prabowo Subianto diusung sebagai calon presiden. Partai sudah meminta kesediaan Prabowo untuk dikukuhkan sebagai calon presiden dari Gerindra dalam rapat pimpinan nasional, akhir Juli ini.
“Setelah itu, soal siapa calon wakil presiden akan ditentukan kemudian melalui forum yang akan diselenggarakan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerindra,” kata Dasco lewat keterangan tertulis, Sabtu, 2 Juli 2022.
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad. TEMPO/M Taufan Rengganis
Menurut Dasco, Gerindra tinggal menunggu waktu yang tetap untuk menentukan calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung. Ia juga memastikan bahwa rencana koalisi Gerindra dan PKB akan segera terwujud. Namun Dasco tetap membuka peluang partai lain untuk bergabung dalam agenda koalisi Kebangkitan Indonesia Raya--rencana nama koalisi Gerindra dan PKB.
“Kami juga tidak menutup kemungkinan akan bekerja sama dengan partai lain,” ujar Dasco.
Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat, menyebut rencana koalisi antara partainya dan Gerindra yang sempat beredar di masyarakat masih bersifat wacana dan spekulasi. Sebab, hingga saat ini PDI Perjuangan belum menyatakan berkoalisi dengan partai tertentu.
“Kami tidak bermain tentang spekulasi,” kata Djarot.
Ia mengatakan PDI Perjuangan memang tengah berfokus membangun komunikasi dengan berbagai partai politik untuk bekerja sama dalam menghadapi pemilihan presiden 2024.
Setelah Prabowo bergabung ke koalisi pemerintahan Joko Widodo seusai Pemilu 2019, hubungan antara Gerindra dan PDI Perjuangan kembali mesra. Kedua partai juga sempat sangat mesra ketika sama-sama mengusung Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada 2012. Tapi kedua partai berseteru dalam dua kali pemilihan presiden pada 2014 dan 2019. PDIP mengusung Jokowi sebagai calon presiden dan Gerinda menyokong Prabowo--yang kalah dalam dua kali pemilihan tersebut.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komaruddin, berpendapat kondisi politik saat ini semakin menguatkan bahwa PDIP dan Gerindra akan sulit berkoalisi dalam pemilihan presiden 2024. Alasannya, kedua partai sama-sama berkukuh akan mengusung kader sendiri sebagai calon presiden.
“Saya melihat Gerindra akan harga mati untuk mencalonkan Prabowo Subianto, dan PDIP juga menghendaki Puan Maharani sebagai calon presiden,” kata Ujang, Ahad, 3 Juli 2022.
Menurut Ujang, sangat sulit bagi Gerindra berkoalisi dengan PDIP jika disertai syarat harus menjadi calon wakil presiden mendampingi Puan Maharani. Sebaliknya, PDIP juga sulit menerima jika kadernya menjadi calon wakil presiden, karena partai besutan Megawati Soekarnoputri ini sudah memenuhi syarat mengusung pasangan calon presiden tanpa harus berkoalisi.
Pertimbangan lain, kata Ujang, skenario menduetkan Prabowo-Puan akan sulit memenangi pemilihan presiden karena elektabilitas Prabowo mulai stagnan dan tingkat keterpilihan Puan Maharani masih rendah. Sesuai dengan hasil riset elektabilitas oleh sejumlah lembaga survei, posisi tiga teratas ditempati Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDIP, Ganjar Pranowo, kemudian Prabowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menganggap hubungan Gerindra dan PDIP bakal tetap harmonis, meski kecil kemungkinan kedua partai akan berkoalisi dalam Pemilu 2024. Meski begitu, ia tetap melihat ada peluang PDIP menunaikan perjanjian Batu Tulis pada 2009, yang isinya mendukung Prabowo sebagai calon presiden.
“Kalau muncul Prabowo-Puan, PDIP tak akan masalah memulai karier dari calon wakil presiden,” kata Dedi.
Peneliti bidang politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, berpendapat PDIP akan realistis dengan membangun koalisi bersama partai lain, tapi tetap mengusung kader internal sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2024. “Tentu PDIP selektif dalam memilih mitra partai politik koalisi. Artinya, seleksi itu berbasis pengalaman berkoalisi sebelumnya. Gerindra dan PKB tentu potensial untuk bisa satu gerbong lagi,” kata dia.
AVIT HIDAYAT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo