Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Musikus Ananda Sukarlan mengajak tunadaksa turut serta meramaikan Pekan Kebudayaan Nasional yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta pada Sabtu, 12 Oktober 2019. Pianis ini melibatkan teman difabel untuk bermain musik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau punya bakat musik dan ingin menjadi pianis, baik nantinya sebagai performer atau guru. Tidak ada alasan bahwa kita memiliki kekurangan. No excuse!" ujar Ananda kepada Tempo. Sejak 2009, Ananda Sukarlan menuliskan karya musik serta metode pengajaran untuk pianis tunadaksa, di antaranya jari tidak lengkap, satu tangan, tanpa kaki untuk menginjak pedal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ananda telah membuat lebih dari 80 karya untuk berbagai kondisi tunadaksa, dengan derajat kompleksitas dari yang mudah sampai sangat sulit. "Saya mulai membuat dua nomor Rapsodia Nusantara, yaitu Nomor 15 dan 23 untuk tunadaksa dengan tangan kiri saja," ujarnya.
Ananda Sukarlan. ANTARA/ATeresia May
Apabila anak-anak dengan disabilitas itu nantinya menjadi pianis profesional, maka mereka butuh musik untuk dibawakan dalam konsernya. "Karya yang tidak pernah dipikirkan oleh para komponis sebelumnya, dari Bach, Beethoven, Tchaikovsky," kata pianis yang dipuji harian Australia The Sydney Morning Herald, ini.
Sebagai penyandang Asperger's Syndrome dari spektrum Autistik, Ananda Sukarlan juga mulai mendalami hubungan antara seni, khususnya musik, dengan Autistik. Hal ini juga akan dibahas dalam acara Pekan Kebudayaan Nasional yang berlangsung bulan depan.