Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JUSUF HASYIM, 53 tahun, Letnan Satu TNI yang berhenti 1957,
aktif dalam perang kemerdekaan Aksi Militer Belanda, kini Ketua
I PB NU dan anggota Komisi I DPR (bidang Hankam, Luar Negeri dan
Penerangan).
Sekarang warna dwifungsi ABRI yang lebih menonjol ialah
kekuasaan ketimbang pengabdiannya. Setelah aksi sepihak PKI
menjelang 1965, wajah ABRI sebagai pengayom berubah menjadi
wajah kekuasaan. Ini dikarenakan kekuatan parpol diragukan mampu
membendung PKI.
Dwifungsi, kini, ibarat rumah: Implementasinya sudah lebih luas
dibanding rumahnya sendiri. Selama ini, menurut pendapat saya,
peranan ABRI dalam bidang nonmiliter bukan karena pertimbangan
kualifikasi, tapi karena kekuasaan. Bahkan ada yang berpendapat,
yang menentukan pemerintahan di Indonesia bukan lagi mayoritas,
tapi elite kekuasaan, yaitu ABRI.
Ada yang mengatakan, diwifungsi dapat ditolerir sampai habis
generasi 45, yang tumbuh dalam perjuarlgan kemerdekaan. Untuk
angkatan selanjutnya? Saya rasa akan tampil dua kemungkinan,
yaitu ABRI meninggalkan kekuasaan secara sukarela atau ikut
melestarikan perjuangan angkatan 45 itu.
Dorongan ABRI untuk tetap berkuasa terbentuk oleh rasa ikut
berjuang dalam kemerdekaan. Sedang sebagian besar politisi
sekarang ini, dulu tidak mempunyai peranan kuat dalam
perjuangan. Seperti saya sendiri, karena pernah ikut
mempertaruhkan nyawa sebagai tentara, mempunyai rasa kurang
hormat terhadap politisi yang tidak ikut berjuang dulu. Pada
waktu 1947, pangkat saya Letnan Satu. Sama seperti pangkat
Menteri Amirmachmud ketika itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo