Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dimulai sejak Selasa kemarin.
Ujian masuk kampus negeri terbagi dalam dua gelombang pelaksanaan.
Beragam cara dilakukan untuk mengantisipasi kecurangan selama pelaksanaan ujian.
SELEKSI masuk perguruan tinggi melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2024 mulai digelar di beragam kampus. Pengawasan ujian makin ketat, seperti terlihat saat UTBK di Kampus 2 Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta pada 30 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arsya Arga berfokus pada soal-soal ujiannya. Peserta UTBK untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2024 itu mengatakan tidak merasa terganggu oleh pengawasan selama seleksi. "Pengawas awalnya dua orang, lalu di tengah-tengah pengerjaan ujian masuk tiga orang lagi. Total ada lima orang," ujar Arsya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arsya merupakan peserta ujian asal Pati, Jawa Tengah. Dia berencana mengambil Jurusan Teknik Perminyakan di UPN "Veteran". Para peserta mulai masuk ujian pukul 07.00 WIB dan baru keluar tiga jam kemudian.
Menurut Arsya, banyaknya panitia pengawas selama ujian berlangsung merupakan hal yang wajar. Satu kelas berisi 25 peserta. Para pengawas terlihat tak hanya diam menunggu selama ujian. "Mereka berkeliling terus. Sulit rasanya kalau ada yang mau berbuat curang," ujarnya. "Toh, para peserta selama tiga jam ujian berlangsung sepertinya tetap enjoy. Kami tetap bisa minum kalau haus."
Pengawas memeriksa tubuh peserta sebelum memasuki ruang pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2024 di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, 30 April 2024. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Hal serupa dituturkan Linggardanu, peserta asal Purworejo, Jawa Tengah. Menurut dia, pengawasan selama ujian di UPN itu nyaris tak memberi celah peserta untuk berbuat curang. "Dari mulai masuk ruangan, mengerjakan soal, sampai keluar ruangan, pengawasannya ketat. Di ruang saya ujian, para pengawas aktif," ujar Lingga yang mengambil Jurusan Teknik Pertambangan.
Lingga pun tak yakin ada peserta yang bisa mencuri kesempatan berbuat curang dengan pengawasan seperti itu. "Ketika satu pengawas berkeliling, yang lain mengawasi sekitarnya," ujarnya.
Rektor UPN "Veteran" Yogyakarta Mohamad Irhas Effendi mengatakan ujian di kampusnya pada tahun ini diikuti 2.890 calon mahasiswa yang mendaftar dan memenuhi persyaratan. Pihak kampus menyiapkan 11 ruang ujian dengan total 298 perangkat komputer untuk menunjang kelancaran ujian.
Selama ujian, kata dia, ada 121 pengawas yang mengawasi dan membantu kelancaran seleksi masuk kampus negeri. Pihak kampus mengantisipasi kecurangan dengan melakukan skrining ketat, baik pengecekan badan atau body checking secara manual maupun menggunakan detektor logam (metal detector).
Ujian masuk perguruan tinggi negeri yang kini disebut UTBK-SNBT itu digelar secara serentak. Pelaksanan ujian terbagi dalam dua gelombang. Gelombang I dihelat pada 30 April dan 2-7 Mei 2024. Sedangkan gelombang II dilangsungkan pada 14-20 Mei 2024.
Dari Bandung, Jawa Barat, Pusat UTBK di sana menerapkan berbagai cara untuk mengantisipasi kecurangan proses seleksi. Menurut Koordinator Pusat UTBK di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Ahmad Mudzakir, pemeriksaan berlapis dilakukan dari lokasi ruang transit dan saat peserta memasuki ruang ujian. “Peserta diperiksa dengan detektor logam,” ujarnya.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap kartu tanda peserta dan identitas lainnya, seperti surat keterangan berfoto atau identitas berfoto lainnya. Pemeriksaan lain dilakukan pada badan dengan cara meraba.
Ahmad menuturkan, setelah pemeriksaan tersebut, para peserta ujian diminta memasukkan semua barang bawaannya, seperti alat tulis, jam tangan, dan jaket, ke dalam tas. Telepon seluler juga harus dinonaktifkan. Pengawas kembali akan memeriksa barang bawaan saat peserta berada di ruang ujian. “Untuk memastikan tidak ada barang bawaan lainnya, kecuali kartu peserta dan identitas yang dapat dibawa peserta ke kelas,” katanya.
Pada UTBK 2024, sebanyak 24.889 pendaftar memilih ujian di Pusat UTBK UPI. Lokasi ujiannya tersebar di kampus pusat Bandung dan lima kampus daerah, yaitu di Cibiru, Sumedang, Purwakarta, Tasikmalaya, dan Serang Provinsi Banten.
Seleksi Masuk Kampus Negeri
Di Pusat UTBK Institut Teknologi Bandung (ITB), upaya mencegah kecurangan peserta dilakukan dengan cara memeriksa berkas sebelum peserta duduk di kursi ruang ujian. Peserta hanya boleh membawa kartu ujian serta kartu pengenal, seperti kartu tanda penduduk dan kartu pelajar. Berkas lainnya adalah ijazah atau surat keterangan lulus atau surat keterangan kelas XII dari kepala sekolah peserta ujian.
Peserta dilarang membawa alat tulis, gawai, dan alat elektronik lainnya. Sebelum duduk di bangku ujian, peserta dipindai menggunakan detektor logam. “Body checking hanya dilakukan oleh petugas yang sama gendernya,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB Naomi Haswanto, kemarin.
Dia menjelaskan, semua pengawas telah dibekali dengan teknik pengawasan yang dapat mengidentifikasi bila peserta diduga melakukan kecurangan. Semua pengawas pun dilarang menggunakan telepon seluler dan hanya bertugas mengawasi ujian.
Tes berlokasi di kampus ITB Jalan Ganesha dan dua sekolah mitra, yaitu SMAN 3 dan 5, yang berdempetan gedungnya. Pada hari pertama UTBK tercatat 735 orang hadir. “Tidak ada laporan kecurangan peserta UTBK,” kata Naomi. Total ada 15.676 orang yang mendaftar untuk ikut tes di Pusat UTBK ITB sehingga panitia menggelarnya dalam dua gelombang pelaksanaan.
Masih di Bandung, Jawa Barat. Di Pusat UTBK Universitas Padjadjaran, panitia setempat menyiapkan mitigasi untuk mencegah kecurangan di kalangan peserta serta pengawas. Menurut Koordinator Pelaksana Pusat UTBK Unpad, Inu Isnaeni Sidiq, pengawas ujian berasal dari lingkup internal, yaitu para dosen dan tenaga kependidikan yang berstatus pegawai tetap. “Total pengawas UTBK di Unpad dan cadangannya 200-260 orang,” ujarnya.
Petugas saat melakukan pengawasan sebelum dimulainya pelaksanaan UTBK untuk SNBT 2024 di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, 30 April 2024. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Panitia menerapkan aturan dan seleksi ketat terhadap calon pengawas. Sejak ujian tulis dengan komputer atau UTBK diterapkan, kata Inu, mahasiswa tidak lagi bisa mendaftar sebagai pengawas ujian. Hanya kalangan anggota resimen mahasiswa yang masih dilibatkan panitia di luar ruangan ujian.
Pengawas ujian juga diminta membuat pakta integritas. Di antaranya, tidak mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan peserta ujian, memiliki anak atau kerabat yang ikut ujian, termasuk berhubungan dengan bimbingan belajar. “Karena sebetulnya pengawas ini bisa jadi salah satu akses kecurangan peserta,” ujar Inu. Seorang pengawas bertugas di ruangan yang berkapasitas 20 peserta.
Terhadap peserta, antisipasi kecurangan dilakukan dengan pemeriksaan berlapis, dari luar gedung, sebelum masuk ruang ujian, hingga di ruang ujian. Menurut Inu, peserta diperiksa dengan alat detektor logam dan tubuhnya diraba oleh anggota menwa sesuai dengan jenis kelamin. Di dalam ruangan ada kamera pengawas atau closed-circuit television (CCTV) untuk memantau pergerakan peserta dan pengawas ujian. Koordinator pengawas memantau di ruang pusat sekretariat pemantau.
Aplikasi Pengawas dan Berita Acara Kecurangan
Inu mengklaim, sejak dirinya menjadi koordinator pelaksana UTBK pada 2020, di Unpad nihil terjadi kecurangan. Meski begitu, petugas pernah menemukan alat remote kamera di luar gedung yang diduga dibuang oleh seseorang. Inu menekankan kepada pengawas untuk bersikap dan bertindak hati-hati serta teliti ketika menemukan indikasi kecurangan dari peserta. Sebelum masuk ke aplikasi pengawas untuk pelaporan berita acara pelaksanaan ujian, laporan harus dipastikan telah ditandatangani oleh pengawas, peserta ujian yang diduga berbuat curang, dan teknisi ruangan. “Kalau peserta mengakui berbuat curang, barulah dilaporkan ke aplikasi pengawas,” katanya.
Jika peserta tidak mengakui atau tidak ada surat pernyataan soal kecurangan, kejadian tersebut akan dibuatkan dalam catatan khusus. “Biasanya akan ada konsultasi langsung karena menuduh peserta curang harus jelas dengan buktinya,” ujar Inu. Dia menegaskan panitia seleksi bukan ingin mencari celah kecurangan, melainkan justru ingin memitigasi agar tidak terjadi kecurangan dalam UTBK.
Universitas Indonesia juga menjadi salah satu lokasi UTBK-SNBT 2024. Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI Amelita Lusia mengatakan pelaksanaan ujian hari pertama di UI berjalan lancar. Dia mengklaim tidak ditemukan kecurangan dalam pelaksanaan UTBK kemarin. “Jika nanti ada temuan, kami sudah memiliki mekanisme untuk hal itu,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi kecurangan, Amelita menjelaskan setiap panitia di lokasi sudah dibekali pengetahuan tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat ujian. Sebelum masuk ke ruang ujian, dilakukan pemeriksaan menggunakan detektor logam. Petugas juga mengecek fisik, seperti memperhatikan aksesori-aksesori yang mungkin digunakan oleh peserta, untuk memastikan bahwa peserta ujian tidak membawa alat-alat komunikasi dalam bentuk apa pun. “Petugas juga mengecek kesesuaian antara foto di kartu ujian dan aslinya untuk mengantisipasi joki,” ujar Amelita.
Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Ganefri, juga mengklaim tidak ada kecurangan selama UTBK-SNBT pada hari pertama. Dia menegaskan segala aturan sudah dipersiapkan, seperti prosedur operasional baku. Karena itu, semua pihak, baik panitia, pengawas, maupun peserta, harus mengikuti aturan yang sudah ada.
Ganefri menegaskan, apabila terjadi kecurangan, sanksi terhadap peserta akan diterapkan sesuai dengan tingkat pelanggaran. “Kalau mengarah pada kriminal, ya, bisa dipidana. Penipuan, misalnya, ini kita proses sesuai dengan prosedur,” ujar Ketua UTBK 2024 itu.
Dia juga menegaskan, pihaknya mengantisipasi segala kecurangan. Salah satunya melalui pengacakan soal ujian. Soal-soal ujian tidak sama antara peserta sebelah kiri dan kanan, antara depan dan belakang. "Nomornya beda. Jadi, enggak bisa bekerja sama. Kalau mau bekerja sama, peserta tentu harus berkomunikasi."
Ganefri mengatakan ada sekitar 30 model soal ujian. “Soal berbeda-beda, tapi tingkat kesulitannya sama,” katanya. Model soal yang sudah dipakai pada sesi hari pertama tidak akan digunakan pada sesi-sesi berikutnya.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Kaukus Indonesia Kebebasan Akademik (KIKA) Satria Unggul mengatakan beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, berhubungan dengan potensi keterlibatan joki selama ujian. Joki merupakan seseorang yang ikut ujian seleksi atas nama orang lain, tapi dengan imbalan. "Penyelenggara harus berhati-hati men-screening peserta ujian yang diduga terlibat," ujarnya.
Hal kedua, berhubungan dengan kebijakan penerimaan mahasiswa baru. Pihak kampus tentu harus bersikap proporsional berdasarkan daya tampung, kapasitas, dan kemampuan untuk menerima mahasiswa baru. "Jangan kemudian membuka jalur-jalur yang tujuannya hanya untuk mengeruk keuntungan, bukan untuk mencerdaskan anak bangsa," ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Pribadi Wicaksono, Anwar Siswadi, Defara Dhanya Paramitha, dan Ricky Juliansyah berkontribusi dalam penulisan artikel ini