Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Darurat Penanganan Ginjal Akut Anak

Ombudsman menilai pemerintah gagal memberikan perlindungan dan keamanan produk obat yang dikonsumsi masyarakat dalam kasus gagal ginjal akut. Fasilitas kesehatan ginjal di Indonesia minim dan tidak merata.

26 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah harus bekerja dengan cara yang luar biasa untuk menangani gangguan ginjal akut anak.

  • Di Jakarta, baru ada dua fasilitas kesehatan, yakni RS Cipto Mangunkusumo dan RS Harapan Kita, yang memiliki fasilitas kesehatan ginjal anak.

  • Pemerintah akan mendatangkan lagi 200 obat antidotum dari Jepang dan Amerika Serikat untuk ginjal akut.

JAKARTA – Ombudsman menilai pemerintah gagal memberikan perlindungan jaminan keselamatan dan keamanan produk obat yang dikonsumsi masyarakat. Lembaga pengawas penyelenggaraan kebijakan publik ini menyatakan pemerintah harus bekerja dengan cara yang luar biasa untuk menangani gangguan gagal ginjal akut pada anak yang telah merenggut 143 jiwa. “Kejadian di depan mata adalah soal darurat kemanusiaan sekaligus gagalnya negara. Tunjukkan akuntabilitas. Tunjukkan pertanggungjawaban kita untuk menyelesaikan masalah yang ada,” ujar anggota Ombudsman, Robert Na Endi Jaweng, dalam konferensi pers pada Selasa, 25 Oktober 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumlah dan tingkat kematian yang tinggi hingga 56 persen menunjukkan kebijakan yang diambil pemerintah tak efektif. "Pemerintah tampaknya gagap, melihat ini sebagai masalah yang krusial," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Robert, terjadi adanya potensi maladministrasi oleh Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam menangani kasus gagal ginjal akut. Dari sisi Kementerian Kesehatan, menurut Ombudsman, potensi maladministrasi terlihat pada tidak dimilikinya data pokok ihwal sebaran penyakit di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat. Hal ini kemudian berakibat pada kelalaian dalam pencegahan atau mitigasi kasus-kasus gagal ginjal pada anak. “Apakah memang benar ada provinsi dengan nol kasus? Mana kita tahu juga misalnya di Sulawesi Utara, apakah itu bisa diketahui dari laporan yang ada?" ujarnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) memberikan keterangan ihwal kasus gangguan ginjal akut pada anak di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, 21 Oktober 2022. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Semestinya, Robert menegaskan, Kementerian Kesehatan sudah dapat mengantisipasi kejadian gagal ginjal akut misterius sebelum kasus meledak atau sejak temuan awal. Kasus ini pada Januari lalu baru ditemukan dua kasus, lalu Maret dua kasus, dan Mei sebanyak lima kasus. Angka kasus itu kemudian naik signifikan mulai Agustus. Temuan pasien gagal ginjal akut anak pada September mencapai 78 orang dan pada Oktober 2022 menjadi 141 orang.

Ombudsman juga mengutip pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang menyatakan ada kemungkinan jumlah kasus sebenarnya jauh lebih besar. "Kalau data ini memang tidak akurat, pemerintah sesungguhnya sudah melakukan maladministrasi data," ucap Robert.

Dalam menangani kasus ini, Ombudsman juga mencatat ketiadaan standardisasi pencegahan dan penanganan kasus gagal ginjal akut pada anak oleh pusat pelayanan kesehatan. Hal itu terjadi baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjut (FKTL). Kondisi ini mengakibatkan belum terpenuhinya standar pelayanan publik (SPP), termasuk pelayanan pemeriksaan laboratorium.

Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Jenderal Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Petrus Haryanto, menilai kasus gagal ginjal akut pada anak ini merupakan fenomena gunung es. Kementerian Kesehatan perlu meningkatkan kinerja agar kejadian ini tidak banyak memakan korban.

Menurut dia, kejadian tersebut sekaligus membuka tabir bahwa pemerintah selama ini melupakan sistem kesehatan ginjal tidak hanya bagi orang dewasa, tapi juga pada anak. Saat ini, kata dia, fasilitas kesehatan ginjal di Indonesia minim dan tidak merata. "Dari fasilitas kesehatan, mesin dialisis, hingga tenaga kesehatan hanya terpusat di Jawa dan Bali," ujar Petrus.

Dia menuturkan ada dua metode terapi yang bisa digunakan jika seorang anak didiagnosis gagal ginjal akut. Pertama, terapi konservatif dengan konsumsi obat-obatan. Kedua, terapi cuci darah atau dialisis. Dia menyayangkan fasilitas kesehatan cuci darah belum merata dengan baik. Data KPCDI mencatat, sebelum maraknya kasus gagal ginjal akut ini, para orang tua harus menempuh ratusan kilometer dari daerah asal ke Jakarta demi pengobatan anaknya. Ironisnya, di Jakarta baru ada dua fasilitas kesehatan, yakni Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Harapan Kita, yang memiliki fasilitas kesehatan ginjal anak.

Pemerintah pusat dan daerah, kata Petrus, juga harus bergerak cepat untuk menyisir pasien serta mendeteksi secara dini pasien gagal ginjal akut anak. Fasilitas kesehatan yang ada di daerah asal pasien diharapkan bisa menjadi tempat penanganan terdepan, sehingga pasien tidak perlu dirujuk ke kota. Musababnya, penyakit gagal ginjal sangat cepat memburuk dan berpotensi mengakibatkan kematian jika penanganannya lambat.  

Klaim dan Gerak Cepat Pemerintah

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, mengklaim kebijakan pemerintah merespons kasus gagal ginjal akut pada anak berjalan efektif, termasuk mencegah bertambahnya jumlah kasus baru. Kebijakan yang dia maksud adalah, pada 18 Oktober 2022, Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran untuk menghentikan penggunaan obat sirop kepada semua dinas kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan organisasi profesi kesehatan. "Di RSCM, sebagai rumah sakit rujukan nasional ginjal, tidak ada pasien baru sejak 22 Oktober," ujar Syahril, Selasa, 25 Oktober 2022.

Dia menjelaskan, kasus gagal ginjal akut anak baru menjadi perhatian pemerintah setelah terjadi lonjakan angka kasus pada akhir Agustus lalu. Saat ini jumlah kasusnya lebih dari 35, sama halnya seperti kasus hepatitis akut yang tiba-tiba angka kasusnya melonjak. Pada 10 September 2022, Kementerian Kesehatan mengaku baru menerima laporan adanya lonjakan angka kasus gangguan ginjal akut (GGA) atau acute kidney injury di beberapa rumah sakit dan juga dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Menurut Syahril, saat itu Kementerian Kesehatan langsung berkoordinasi dengan IDAI dalam sosialisasi alur deteksi dan terapi gangguan ginjal akut. Dia menuturkan kasus gagal ginjal pada anak sebenarnya terjadi setiap tahun, tapi jumlahnya sangat kecil, yaitu hanya 1-2 kasus per bulan.

Dari 10 September hingga 18 Oktober 2022, Kementerian Kesehatan pada awalnya curiga penyebab gagal ginjal akut ini karena proses infeksi atau dampak pasca-Covid-19. Kementerian kemudian menelitinya dengan pendekatan pathological untuk mendeteksi virus, bakteri, dan lain-lain. Penelitian lebih lanjut menemukan dugaan penyebabnya bukan dari unsur tersebut, melainkan dari senyawa toksin.

Syahril mengatakan biopsi dilakukan terhadap ginjal pasien yang sudah meninggal. Terbukti, hasilnya kerusakan pada ginjal disebabkan oleh senyawa ethylene glycol. "Terbukti bahwa ginjalnya memang ada kerusakan, kelainan yang disebabkan oleh zat ethylene glycol," ujarnya.

Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, menilai langkah pemerintah menangani kasus ini termasuk cepat. "Menteri Kesehatan bertindak gercep (gerak cepat), khususnya pada Agustus," kata Windhu saat dihubungi, kemarin.

Sejak jumlah kasus ginjal akut anak meningkat pada September lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengajak Windhu, para ahli kesehatan, IDAI, dan kalangan lainnya untuk menggelar rapat. Dalam pertemuan tersebut, banyak masukan, saran, dan informasi saintifik yang disampaikan berbagai ahli kepada pemerintah. Masukan paling penting adalah upaya pencegahan sejak di hulu, yakni berupa tindakan aktif ataupun pasif untuk menemukan kasus (case finding), hingga di hilir yang meliputi perawatan.

Para epidemiolog juga telah menyampaikan data-data yang harus dilengkapi dalam penyelidikan dan studi epidemiologi. Studi epidemiologi harus dilakukan guna mencari faktor risiko (penyebab dominan) dari gangguan ginjal akut pada anak. Dari situ, ditemukan penyebab awal gangguan ginjal itu, yaitu cemaran ethylene glycol dari pelarut obat. Penelitian terhadap obat dan faktor lain saat ini masih terus dilakukan. 

Pasokan Obat

Dalam kesempatan tersebut, Syahril juga merilis perkembangan gangguan ginjal akut anak per 24 Oktober 2022, yakni sebanyak 255 kasus di 26 provinsi. Jumlah itu bertambah 10 kasus dibanding pada hari sebelumnya. Menurut dia, penambahan 10 kasus ini bukan karena ada pasien baru, melainkan karena data yang terlambat dilaporkan. Jumlah ini juga tercatat meningkat menjadi 143 jiwa dari sebelumnya 141 jiwa. Penambahan dua orang itu juga terjadi karena terlambat dilaporkan. Adapun tingkat kematian mencapai 56 persen.

Upaya menekan meningkatnya kasus gagal ginjal akut terus dilakukan. Pemerintah akan mendatangkan lagi 200 obat antidotum dari Jepang dan Amerika Serikat untuk ginjal akut anak merek Fomepizole. Jumlah ini menambah pasokan menyusul Fomepizole dari Singapura sebanyak 26 vial, dan 16 vial dari Australia yang sudah didatangkan lebih dulu. Nantinya, obat antidotum itu akan didistribusikan ke rumah sakit rujukan pemerintah di seluruh Indonesia dan diberikan gratis kepada pasien.

Fomepizole disebut ampuh untuk mengobati gagal ginjal akut pada anak. Kondisi 10 dari 11 anak yang mengalami gagal ginjal akut di RSCM disebut membaik secara klinis setelah diberi obat tersebut. 

HENDARTYO HANGGI | HELMALIA PUTRI dan ADYA LAKSONO (MAGANG)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus