Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEBING Tinggi yang baru 2 bulan mendapat Parasamya Purnakarya
Nugraha, dan sempat dinyatakan sebagai bebas banjir, 13 November
lalu justru terendam. Selama 3 hari air yang sampai kedalaman 2
meter menggenangi rumah-rumah penduduk di kota yang 34 m di atas
permukaan laut itu.
Tak seorang pun menduga terjadi air bah setelah banjir 7 tahun
sebelumnya. Apalagi Selasa siang 13 November itu matahari
bersinar cukup terik. Tepat jam 12, mendadak air Sungai Padang
dan Bahilang meluap. Yang paling menderita tentu penduduk
sekitar 2 sungai yang membelah kota itu seperti Desa Bulian,
Semut, Bandar Sakti, Berohol dan Mandailing.
Korban jiwa memang tak ada. Tapi jalan-jalan, diperkirakan 30 km
lebih, rusak total. Padahal Tebing Tinggi baru saja seminggu
selesai memperbaiki jalanjalan dalam kota seperti Jalan Sudirman
Tendean dan Jalan Dolok Masihul. Semuanya rusak dengan kerugian
ratusan juta rupiah. "Kami seperti tak putus-putusnya
memperbaiki jalan-jalan itu. Biayanya pun sulit diperoleh. Kami
seperti merengek-rengek ke pusat. Itu pun baru satu-dua tahun
kemudian turun. Sekarang, kena banjir beberapa hari saja jebol,"
kata Walikota Tebing TinsJgi Amiruddin Lubis, (34 tahun), yang
telah 4 tahun menduduki jabatannya Membantah isu penyebab banjir
adalah got-got yang tersumbat menurut Amiruddin banjir kali ini
disebabkan penggundulan hutan-hutan di Gunung Simbolon dan
dataran tinggi Danau Toba.
4 tewas
Tebing Tinggi tidak sendirian. Masih ada yang lebih parah
Kabupaten Deli Serdang, juga di Sumatera Utara. Bahkan di sana 4
orang tewas akibat banjir 5 hari berturut-turut. Lebih dari itu
4.000 ha sawah -- di Kecamatan Pantai Cermin, Sungai Rampah dan
Tanjung Beringin -- hancur terendam. Seperti halnya di Tebing
Tinggi, orang Deli Serdang juga tidak menduga bakal kebanjiran.
Sebab sudah 40 tahun tak pernah mengenal air bah. Juga penyebab
banjir di sini pun adalah penggundulan hutan.
Di Tarutung banjir sejak Minggu malam 18 November sempat
menjebol tanggul Sungai Sigeaon. Jalan penghubung antara
Sumatera Utara dan Sumatera Barat putus sepanjang 200 km. Dan
hampir seluruh dataran rendah sepanjang timur Sumatera Utara
terendam. Sejlk awal November, di sana memang hujan turun
setiap hari.
Sejak awal November itu pula, Riau juga dilanda banjir. Hubungan
darat Pekanbaru-Rengat dan Rengat-Padang, juga putus. Kendaraan
umum terkurung di jalan karena rakit penyeberangan tidak
berfungsi. Yaitu di Lubuk Jambi yang menghubungkan Rengat-Padang
dan di Pasir Ringgit yang menghubungkan Pekanbaru-Rengat.
Seperti dimaklumi setiap kali musim hujan tiba, daerah sepanjang
tepi Sungai Inderagiri, Kampar dan Siak selalu kebanjiran.
Bahkan banjir tahun lalu sempat menimbulkan kerugian sekitar Rp
1,8 milyar. Terutama di Kabupaten Kampar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo