BUNG Besar, tokoh dalam novel George Orwell, 1984, yang gemar menciptakan bahasa baru, muncul di Indonesia? Tepat pada awal tahun 1984, lahir bahasa Indonesia "baru". Polda dan Kapolda, Polwil dan Kapolwil, Polsek dan Kapolsek. Namun, tak usah cemas. Bukan Bung Besar yang muncul, melainkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian RI tentang pembenahan singkatan dan akronim dalam lingkungan Polri. Jadi, Polda adalah Kepolisian Daerah, yang dulu disebut Kodak atau Komando Daerah Kepolisian. Polwil akronim dari Kepolisian Wilayah, yang sebelumnya disebut Kowil atau Komando Wilayah Kepolisian. Pangab Jenderal L.B. Moerdani, dalam Rapat Pimpinan ABRI tahun lalu, minta agar dalam kalangan Polri istilah "komando" dihapus. Ini untuk membedakan kalangan kepolisian dengan militer. Diharuskan pula, demikian keterangan dari Dinas Penerangan Polri, akronim dan singkatan yang baru tetap "sesuai dengan kelaziman di ABRI". Tapi, tentu bukan untuk mengabrikan Departemen P & K bila, Juli tahun lalu, Menteri P & K Nugroho Notosusanto menentukan akronim resmi dalam lingkungan departemennya yang, yah, berbau "kelaziman di ABRI" itu. Contohnya, Depdikbud (Departemen P & K), Roku (Biro Keuangan), Ditjen Dikdasmen (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah), Ro Kumhumas (Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat). Ini hanya, "agar semua unit di Depdikbud," kata Menteri Nugroho, "menggunakan akronim yang sama." Singkatan dengan huruf awal, seperti yang lazim digunakan selama ini, menurut SK Mendikbud, dianggap "kurang praktis karena sukar diterka." Padahal, akronim mestinya soal kesepakatan dan kebiasaan saja.