Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Penghuni Balai Wyata Guna yang sebelumnya mengungsi di sepanjang Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, akhirnya kembali ke asrama. Pada Sabtu petang, 18 Januari 2020, sekitar 30-an mahasiswa tunanetra bersama pendamping membawa kembali barang-barang mereka dari trotoar ke asrama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mereka dibolehkan kembali masuk asrama setelah empat malam tidur di pinggir Jalan Pajajaran Bandung. Pengelola asrama Wyata Guna akan memberikan pelayanan dan hak seperti semula. Hanya saja, akan ada penilaian bagi penghuni selama tinggal di asrama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mahasiswa tunanetra yang selama ini tinggal di asrama Wyata Guna harus keluar dari sana karena menteri sosial mengubah status dari panti menjadi Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna Bandung. Pengungsi yang merupakan mahasiswa tunanetra dari berbagai kampus di Bandung itu tergabung dalam Forum Akademisi Luar Biasa.
Relawan membantu mengembalikan barang-barang pengungsi tunanetra ke asrama Wyata Guna Bandung, Jawa Barat, Sabtu 18 Januari 2020. TEMPO | Anwar Siswadi
Kembalinya para penghuni panti ke asrama balai merupakan hasil perundingan antara Forum Akademisi Luar Biasa dengan perwakilan Kementerian Sosial dan pengelola Balai Wyata Guna. Perundingan yang berlangsung sejak Jumat malam hingga Sabtu dinihari, itu menghasilkan kesepakatan yang dituangkan dalam nota kesepahaman.
Kepala Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Netra Wyata Guna Bandung, Sudarsono mengatakan hak dan pelayanan kepada penghuni asrama sama seperti peserta rehabilitasi tunanetra. "Ada asrama, makanan, pakaian, dan lain-lain," katanya kepada Tempo di Wyata Guna, Sabtu 18 Januari 2020.
Penghuni laki-laki terbagi ke dua asrama yang berdampingan dengan total kapasitas 24 orang. Sementara penghuni perempuan berada di asrama terpisah dengan kapasitas 8 orang. Pihak balai, kata Sudarsono, akan melakukan penilaian terhadap para penghuni asrama terkait pendidikan mereka di universitas.
Seorang tunanetra menangis saat kembali ke Asrama Flamboyan Wyata Guna Bandung Sabtu 18 Januari 2020. TEMPO | Anwar Siswadi
Penilaian akan diberlakukan berkala setiap enam bulan. "Akan ada assesment bagaimana hasil pembelajaran mereka. Kalau mau skripsi misalnya, kami dorong dan membantu apa kendalanya agar segera selesai," ujarnya. Pengelola balai, menurut Sudarsono, harus memastikan para mahasiswa tunanetra itu serius kuliah. Jika di tengah jalan ada yang memilih putus atau drop out, pihak balai akan menawarkan program rehabilitasi berupa pendidikan vokasi sesuai pilihannya.
Juru bicara Forum Akademisi Luar Biasa, Elda Fahmi mengatakan mereka hanya bisa tinggal di asrama Balai Wyata Guna sampai lulus kuliah. Menurut dia, mereka tetap memperjuangkan pencabutan Peraturan Menteri Sosial Nomor 18 Tahun 2018 yang mengubah panti menjadi balai. "Agar generasi tuna netra setelah kami terjamin pendidikan dan pembinaannya oleh negara," ujarnya.