Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Meronce atau memasukkan tali ke dalam manik-manik adalah sebuah keterampilan sederhana untuk anak yang mulai berkembang di usia 3 sampai 5 tahun. Namun bagi anak berkebutuhan khusus, keterampilan ini memiliki peran penting untuk membuat mereka merasa tenang dan rileks. Sebab itu, aktivitas membuat tasbih menjadi cara untuk mendorong anak-anak berkebutuhan khusus untuk berkarya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekolah Khusus Spectrum yang memberikan edukasi formal untuk anak-anak berkebutuhan khusus menerapkan proyek membuat tasbih. Pembuatan tasbih diharapkan mampu mengasah keterampilan motorik halus siswa berkebutuhan khusus. Perhatian dan konsentrasi para murid juga meningkat dan perilaku serta emosi mereka menjadi lebih tenang.
“Banyak anak berkebutuhan khusus bisa mengerjakan pembuatan tasbih, namun tidak semuanya bisa mengikuti proses pembuatan tasbih dari awal sampai akhir,” tutur Sandra Talogo, Direktur Administrasi dan Pendiri Sekolah Khusus Spektrum, di Tangerang, Sabtu 13 April 2019. Walaupun terlihat sederhana, membuat tasbih adalah kegiatan cukup menantang untuk anak berkebutuhan khusus.
Proses pembuatan tasbih ini dimulai dengan mengukur benang, menghitung jumlah manik-manik, memasukkan benang ke dalam manik-manik. Yang juga penting adalah bagaimana anak berkebutuhan khusus mengikuti pola, mengikat, mengemas, sampai menempel selotip pada setiap kemasan. Anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan bantuan selama proses pembuatan tasbih ini didampingi oleh masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah yang tak bekerja.
Proses pembuatan Tasbih Sinergi oleh anak berkebutuhan khusus di Sekolah Khusus Spectrum di Tangerang. Foto Istimewa
"Jadi anak berkebutuhan khusus yang sering dipandang sebelah mata ini sebenarnya bisa membantu untuk community development. Masyarakat yang membantu mereka juga bisa mendapatkan penghasilan dan senang," kata Sandra Talogo. Setiap lima anak berkebutuhan khusus yang telah dilatih untuk membuat tasbih membuka peluang bagi lima orang yang membutuhkan penghasilan dengan menjadi pendamping.
Masing-masing siswa berkebutuhan khusus dan pendampingnya bisa menghasilkan 200 buah tasbih setiap bulan. Untuk para pendamping, dalam sebulan mereka bisa mendapatkan Rp 500 ribu. Dengan adanya hubungan antara anak berkebutuhan khusus dengan masyarakat sekitar ini, maka proyek tasbih tersebut diberi nama “Tasbih Sinergi”.
"Sinergi yang berkelanjutan akan meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa anak berkebutuhan khusus bisa memberikan konstribusi pada komunitas sekitar," kata Sandra Talogo. Adapun masyarakat yang tidak bekerja dan tak punya penghasilan dapat memberikan dukungan pada keberlangsungan pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus.
Untuk pemasarannya, 'Tasbih Sinergi' yang dijual seharga Rp 17 ribu sampai Rp 22 ribu ini oleh remaja kelas III SMA. "Mereka membuat toko online untuk memasarkannya," ucap Sandra.