Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

BNPB Sebut Satu Orang Meninggal Akibat Angin Kencang di Bantul

BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi di musim peralihan dari kemarau ke hujan.

4 November 2024 | 09.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, ada satu korban meninggal akibat hujan deras disertai angin kencang yang melanda Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, 2 November sekitar pukul 18.50 WIB. Seorang warga bernama Imah, berusia 70 tahun, dilaporkan meninggal setelah tertimpa bangunan yang roboh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Selain itu, tercatat tiga Kepala Keluarga atau lima jiwa terdampak, dan satu orang mengalami luka-luka. Korban yang terluka telah dirujuk ke PKU Bantul," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan tertulis, Senin, 4 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menjelaskan, kejadian tersebut berdampak pada kerusakan signifikan di lima kecamatan. Misalnya Kecamatan Sewon, kerusakan terjadi di Kelurahan Timbulharjo. Kemudian di Kecamatan Pleret, kerusakan dilaporkan terjadi di Kelurahan Pleret.

Sedangkan di Kecamatan Banguntapan, kerusakan terjadi di Kelurahan Baturetno. Lalu di Kecamatan Jetis, dampak kerusakan terlihat di Kelurahan Trimulyo. Terakhir, Kecamatan Bambanglipuro juga mengalami kerusakan, terutama Kelurahan Mulyodadi.

Kerusakan material yang dilaporkan mencakup dua rumah, termasuk satu bangunan Joglo Limasan yang roboh. Selain itu, kerusakan juga terjadi pada enam titik akses jalan, satu gazebo dan satu kandang. 

Tim dari Badan Penanggulangan Bemcana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, BPBD Provinsi DIY, SAR, serta relawan lokal telah dikerahkan untuk mendata dan membersihkan puing-puing di lokasi terdampak. "Saat ini, kebutuhan mendesak adalah logistik untuk mendukung kerja bakti, termasuk makanan siap saji dan alat kebersihan, guna mempercepat pemulihan wilayah yang terkena dampak," ujar Abdul.

BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi di musim peralihan dari kemarau ke hujan. Catatan historis kebencanaan BNPB bulan Oktober dan November menunjukkan peningkatan frekuensi kejadian angin kencang baik yang disertai hujan maupun tidak, dengan potensi kerusakan beragam. 

"Diharapkan pemerintah daerah dan masyarakat dapat selalu memutakhirkan informasi cuaca dari instansi yang berwenang," kata Abdul.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus