Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Anak yang terkena campak sangat berisiko meningkatkan infeksi akibat turunnya kekebalan tubuh atau antibodi. Karena itu, makin mudah anak terkena campak, makin besar pula risikonya menderita komplikasi berat, bahkan kematian. "Komplikasi campak itu ke mana-mana,” kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Anggraini Alam, akhir pekan lalu. “Paling sering pneumonia, kemudian mulutnya luka, belum lagi dia ada diarenya. Kalau dia gizi buruk karena diare, ini urusannya kematian."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Risiko kematian tertinggi pada infeksi campak terjadi apabila sudah sampai ke paru atau pneumonia. Tingkat kematian campak karena penyakit ini bisa mendekati 90 persen. Risiko kematian ini bisa ditekan dengan vaksinasi campak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Kesehatan mencatat, pada 2022, terdapat 3.341 kasus campak yang tersebar di 32 provinsi. Jumlah tersebut naik 32 kali lipat dibanding jumlah kasus pada tahun lalu, yang sebanyak 132 kasus. Kasus tertinggi ditemukan di Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Cakupan imunisasi campak di tiga provinsi itu belum mencapai 50 persen.
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI), Hinky Hindra Satari, mengatakan campak adalah penyakit yang berpotensi menyebabkan wabah karena sangat mudah menular. Bahkan, kata dia, penularan campak lebih cepat dibanding virus corona. “Pada Covid-19, cakupan vaksinasi di angka 70-75 persen sudah bisa dikatakan terkendali,” katanya. “Kalau campak, capaiannya harus 90-95 persen baru terkendali.”
Anak-anak melihat petugas kesehatan Puskesmas Ulee Kareng memberikan imunisasi campak kepada anak balita di Banda Aceh, Aceh, 12 Maret 2020. ANTARA/Irwansyah Putra
Penyakit campak disebabkan oleh virus yang dapat ditularkan melalui batuk dan bersin dari satu penderita ke orang lain. Sebagian besar penderitanya dapat sembuh tanpa pengobatan. Namun, jika tidak segera ditangani, campak dapat menimbulkan komplikasi. Kerentanan individu terhadap campak saat berusia di bawah 1 tahun. “Karena itu, imunisasi campak mulai pada usia 9 bulan,” kata Hinky. “Sehingga, ketika tumbuh besar, kekebalan anak juga makin mature.”
Anggota Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Ismoedijanto, mengatakan anak yang sembuh dari campak tanpa imunisasi akan rentan terkena penyakit. “Dia punya risiko. Kalau kena pneumonia, radang paru, atau diare, dia bisa meninggal,” katanya. Karena itu, imunisasi campak sangat penting bagi anak. Bukan saja dapat melindungi si anak dari campak, tapi juga dapat melindungi dari kehilangan memori atau ingatan terhadap respons imun.
Oang tua membawa anak balitanya untuk mengikuti Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di Bandung, Jawa Barat, 2 Agustus 2022. TEMPO/Prima mulia
Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat agar mewaspadai penyakit campak dengan memahami karakteristik gejala yang timbul pada pasien. "Gejalanya adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk dan/atau pilek dan/atau konjungtivitis (mata merah akibat peradangan), yang dapat berujung pada komplikasi berupa pneumonia, diare, meningitis," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.
Pemerintah memiliki program imunisasi campak yang diberikan bersamaan dengan vaksin rubela. Imunisasi paket vaksin campak-rubela ini diberikan sebanyak tiga kali suntikan, yaitu pada umur 9 bulan, 18 bulan, dan pada anak setara kelas I sekolah dasar atau sederajat. "Pemda dan dinas kesehatan sudah menyiapkan faskesnya untuk menangani," kata juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril. "Edukasi juga akan terus dilakukan dengan mengajak tokoh agama dan masyarakat untuk menyadarkan pentingnya imunisasi.”
Berdasarkan data Kemenkes, cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi pada 2022 mengalami penurunan di angka 84 persen dari target imunisasi sebanyak 92 persen. Penurunan itu terjadi, salah satunya, karena dalam dua tahun terakhir layanan kesehatan berfokus pada penanganan pandemi Covid-19.
ILONA ESTERINA PIRI | IMAM HAMDI | ANT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo