Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seseorang yang mengalami kondisi disabilitas dewasa atau disabilitas baru menghadapi perubahan total yang disebut sebagai Peak Experience. Perubahan ini akan berdampak pada perilaku sampai anggota keluarganya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca juga:
4 Jurus Agar Difabel Tak Ditolak Membuka Rekening di Bank
Beauty Vlogger Disabilitas Laninka Siamiyono: Makeup Terapiku
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Keluarga merupakan satu kesatuan sistem. Jika ada seorang anggota keluarga yang mengalami disabilitas, mau tidak mau keluarga berubah juga," ujar psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia, Nurinndah Fitria kepada Tempo, Selasa 17 Juli 2018.
Nurindah menjelaskan, tidak semua anggota keluarga dapat memberi respons yang tepat terhadap perubahan ini. Apalagi bila yang berubah adalah peran dan fungsi dalam keluarga. "Misalnya, sebelum menjadi penyandang disabilitas yang bersangkutan adalah pencari nafkah, otomatis peran ini digantikan oleh anggota keluarga lainnya," ujar Nurindah.
Perubahan kondisi seseorang menjadi disabilitas dapat membawa ke arah yang berlawanan dari perilaku sebelumnya. "Semua berawal dari reaksi penyandang disabilitas baru dalam menyikapi kondisinya. Jika positif, akan mudah bagi keluarga untuk membantunya," kata Nurindah.
Namun apabila reaksi penyandang disabilitas baru menjadi negatif, keluarga butuh usaha lebih keras. Berikut ini cara yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga saat menghadapi kondisi penyandang disabilitas baru:
- Menerima keadaan anggota keluarga atau pasangan yang tidak dapat diubah kondisinya
Menerima bukan hanya sebatas ucapan, melainkan seluruh aspek, seperti pikiran, emosi dan perilaku penyandang disabilitas dewasa.
- Menjalani setiap proses sebagai pembelajaran dari kondisi yang muncul
Menerima perubahan kondisi memang tidak mudah. Namun, setiap proses pasti berlanjut dan dilewati tahapnya. "Akan ada fase di mana anggota keluarga atau pasangan merasa marah, menyesal, baru setelah itu tahap penerimaan," ujar Nurindah.
- Tunjukkan keterbukaan atas kondisi penyandang disabilitas
Kondisi ini baru dapat dilakukan bila anggota keluarga lain atau pasangan sudah sampai tahap penerimaan.
- Tidak menunjukkan penyesalan dan membantu penyandang disabilitas baru
Bantuan dan dukungan anggota keluarga atau pasangan harus benar-benar ada saat penyandang disabilitas baru menghadapi masa-masa kritisnya.