Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Cerita Dosen UGM yang Kembangkan Unit Layanan Disabilitas

Dosen akuntansi UGM bercerita tentang Unit Layanan Disabilitas yang digagasnya untuk mewujudkan inklusivitas di perguruan tinggi.

5 Desember 2024 | 15.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dosen akuntansi Universitas Gadjah Mada Wuri Handayani ketika penerima hibah UK Social Action Grants dari British Council di kawasan Sudirman, Jakarta , 5 Desember 2024. Tempo/Anastasya Lavenia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM), Wuri Handayani, bercerita mengenai Unit Layanan Disabilitas yang dikembangkan di universitas tempat dia mengajar. Wuri mengatakan Unit Layanan Disabilitas dibentuk untuk menyediakan layanan, pendampingan, dan fasilitas bagi penyandang disabilitas di lingkungan perguruan tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Contohnya yang kami lakukan ketika ada mahasiwa baru kami melakukan asesmen terkait dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan yang perlu difasilitasi itu kami sampaikan ke wakil rektor dan oleh wakil rektor diserahkan kepada wakil dekan untuk difasilitasi kebutuhannya,” ujar Wuri ketika ditemui wartawan dalam acara ‘Breaking Barriers’ yang diselenggarakan British Council di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, pada Kamis, 5 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Wuri, setiap penyandang disabilitas memiliki kebutuhan berbeda-beda, sehingga tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Dia mencontohkan, ada mahasiswa neurodivergen yang memiliki kebutuhan spesifik seperti tidak bisa fokus terus-menerus. Sehingga, solusinya mereka diperbolehkan untuk beristirahat di tengah-tengah kelas.

Selain asesmen, program lainnya yang dikembangkan oleh ULD adalah buddy system di mana mahasiswa non-disabilitas bisa menjadi relawan untuk mendampingi mahasiswa penyandang disabilitas.

“Contohnya kayak yang neurodiverse itu hanya ingin ditemani saja, jadi mereka datang ke cafe untuk belajar bersama,” kata Wuri. Dia berharap buddy system ini bisa meningkatkan interaksi antara mahasiswa disabilitas dengan non-disabilitas sehingga tercipta lingkungan yang lebih inklusif.

Berangkat dari Pengalaman Pribadi

Gagasan untuk mengembangkan ULD dan membuat buddy system berasal dari pengalaman pribadi Wuri sebagai penyandang disabilitas. “Saya disabilitas tidak mulai dari kecil, saya disabilitas ketika umur 21. Waktu itu saya mengalami kecelakaan karena naik gunung, dan saat itu saya mahasiswa semester 3 fakultas farmasi di perguruan tinggi di Surabaya,” kata Wuri.

Akibat kecelakaan itu, Wuri terpaksa memutuskan untuk pindah ke fakultas ekonomi lantaran kampus tidak menyediakan laboratorium yang mendukung kebutuhan penyandang disabilitas. Namun, pengalaman yang berbeda dia alami ketika menempuh pendidikan tinggi di Inggris.

“Justru mereka responsif dengan memberikan list apa saja yang diperlukan untuk memperlancar studi saya, baik secara akademik maupun non-akademik,” ungpap Wuri. Selain itu, kata Wuri, mahasiswa penyandang disabilitas bisa belajar di kelas yang sama meskipun memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

“Ide itulah yang kemudian saya rasa harus dibawa ke Indonesia, agar adik-adik disabilitas, anak-anak disabilitas di Indonesia itu tidak mengalami hal yang saya alami,” kata dia. Wuri sendiri merupakan penerima hibah UK Social Action Grants dari British Council. Dia pun berharap kampus-kampus lain di Indonesia bisa memberikan layanan serupa agar lingkungan pendidikan semakin inklusif.

Senada dengan Wuri, Country Director Indonesia British Council Summer Xia, menekankan pentingnya model sosial untuk mewujudkan inklusivitas. “Jadi bukan semata-mata tentang kebutuhan medis dan pemberian amal. Sebab disabilitas yang mereka alami juga disebabkan oleh batasan-batasan sosial yang diciptakan oleh masyarakat,” ucap Summer.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus