Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Cerita Lansia di Aceh Masih Produktif di Usia Senja: Buat Anyaman Daun Rumbia Dijual Rp 8 Ribu

Lansia asal Aceh, Abdullah, bisa membuat hingga 10 lembar anyaman per hari jika sedang sehat.

28 Mei 2024 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Aceh - Di usia senja, Abdullah (84) kembali menekuni pekerjaan yang sudah bertahun dia tinggalkan. Warga Desa Bluka Teubai, Kabupaten Aceh Utara itu menganyam daun pohon rumbia, yang juga dikenal sebagai tanaman sagu, menjadi atap bangunan. Hasilnya dia jual Rp 8 ribu per anyaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Abdullah belajar menganyam atap rumbia saat masih muda. Namun, usaha itu sempat dia tinggalkan untuk pekerjaan lain. “Dulunya katanya masih muda bisa (menganyam). Habis itu kan enggak ada kerja, kan enggak mungkin (menganyam atap) daun aja,” kata Zubaidah (47), putri Abdullah, saat ditemui di kediaman keluarga mereka pada Senin, 27 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Abdullah sedang menganyam di halaman rumah ketika Zubaidah menceritakan kisah ayahnya itu. Namun, pria lanjut usia (Lansia) tersebut tidak begitu fasih menuturkan Bahasa Indonesia. Abdullah terbiasa menggunakan Bahasa Aceh sehari-hari hingga usia senja.

Menurut Zubaidah, Abdullah sempat menjadi buruh kebun kelapa setelah berhenti menganyam dulu. Dia memanjat pohon kelapa di kebun milik orang lain dan diupah Rp 10 ribu per batang kelapa yang dia petik.

Abdullah berhenti memanjat pohon kelapa saat memasuki usia senja. Zubaidah menyampaikan ayahnya berhenti melakukan pekerjaan tersebut sekira 10 tahun lalu.

Namun, Abdullah ternyata masih ingin berusaha dan mencari uang sendiri. “Sama anak bukan enggak dibantu, mungkin dia enggak enak juga,” ujar Zubaidah. Istri Abdullah, kata putrinya, juga masih bekerja sebagai buruh cuci.

Zubaidah mengatakan pembeli anyaman atap rumbia yang dibuat Abdullah datang dari dalam dan luar desa. Untuk satu bangunan, dibutuhkan sekitar 300 lembar anyaman untuk membikin atap. Abdullah menjual selembar atap anyaman itu dengan harga Rp 8 ribu.

Abdullah bisa membuat hingga 10 lembar anyaman per hari jika sedang sehat. Namun, pembeli tidak selalu datang setiap saat. “Dalam seminggu kadang ada, kadang enggak ada. Kadang setiap dua hari. Kadang laku 100, kadang 50,” kata Zubaidah.

Selama ini, Abdullah melakukan bagi hasil dengan pemilik pohon sagu yang daunnya dia gunakan untuk menganyam. Abdullah mengantongi sekitar 60 persen hasil penjualan atap tersebut, dikurangi modal lainnya seperti untuk membeli ikatan bambu.

Pada bulan Mei 2024, Kementerian Sosial (Kemensos) memberi bantuan modal untuk usaha anyaman atap rumbia milik Abdullah. Sekitar Rp 3,3 juta dia terima untuk membiayai pekerjaannya tersebut.

Bantuan modal yang diterima Abdullah merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2024 dari Kemensos. Sejumlah kegiatan untuk HLUN telah dilakukan Kemensos sejak awal Mei 2024.

“Bagi lansia potensial, Kemensos mendorong kreativitas dengan memberikan pelatihan, pameran hasil karya, dan pemberian bantuan modal usaha,” kata Menteri Sosial Tri Rismaharini melalui keterangan tertulis pada Ahad, 27 Mei 2024.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus