Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Difabel

Coba Berempati ke Teman Tunanetra, Makan dalam Gelap

Saat Dine in The Dark, para peserta non-difabel makan sembari menggunakan kacamata simulasi gangguan penglihatan. Berempati kepada teman tunanetra.

10 Desember 2019 | 12.15 WIB

Peserta Dine in The Dark mencoba bersantap dengan menggunakan kacamata simulasi gangguan penglihatan. Foto: Threeo.
Perbesar
Peserta Dine in The Dark mencoba bersantap dengan menggunakan kacamata simulasi gangguan penglihatan. Foto: Threeo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Mataram - Kelompok peduli disabilitas, Threeo mengajak non-difabel untuk berempati dengan penyandang disabilitas, khususnya tunanetra, dengan cara yang unik. Bertempat di Hotel Aston Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada Sabtu, 7 Desember 2019, kelompok Threeo yang terdiri dari Silvi Atamimi, Rosa Trisnawati, dan Sofyan Sandi, mengajak non-difabel untuk bersantap dalam gelap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Melalui kegiatan ini, kami berharap masyarakat Lombok lebih memahami dan ramah bagi teman teman disabilitas," kata Silvia Atamimi kepada Tempo, Senin 9 Desember 2019. Acara Dine in The Dark ini dibuka oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah dan sejumlah penyandang disabilitas, seperti down syndrome, cerebral palsy, tunanatra yang juga siswa Sekolah Luar Biasa atau SLB Selagalas Mataram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat bersantap Dine in The Dark, para peserta non-difabel makan sembari menggunakan kacamata simulasi gangguan penglihatan. Dengan begitu, mereka merasakan beberapa kondisi mata yang mengalami gangguan. Rosa Trisnawati mengatakan acara ini digagas untuk merayakan Hari Disabilitas Internasional yang diperingati setiap 3 Desember.

Gubernur NTB Zulkieflimansyah bersama penyandang disabilitas. Foto: Threeo.

Selain Dine in The Dark, peserta juga diajak menyaksikan fashion show dengan model penyandang disabilitas bertema You Are Beautiful Too, tari dan nyanyi dari SLB Negeri 2 Mataram dan SLB A YPTN Mataram, serta bioskop bisik. Para model difabel menunjukkan padu padan busana yang mencerminkan tenun khas Lombok.

Gubernur Zulkieflimansyah berharap acara tersebut membuat masyarakat lebih memahami kalau penyandang disabilitas juga mampu mandiri. "Mereka juga punya hak untuk bersosialisasi dan berpartisipasi di tengah-tengah kita," ucap dia. Dari acara tersebut, terkumpul donasi sebesar Rp 14 juta yang akan digunakan untuk membeli peralatan yang dibutuhkan di sekolah luar biasa, di antaranya tongkat lipat untuk tunanetra dan fasilitas goalball.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus