Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ONGKOS Naik Haji (ONH) diumumkan Menteri Agama Munawir Sjadzali sebelum salat Jumat dua pekan lalu. Menaiknya ONH itu dari Rp 4.780.000 menjadi Rp 5.150.000 setelah 5 Januari silam keluar Keppres Nomor 1 Tahun 1989. Kenaikan yang Rp 370 ribu (7,74%) dari tahun lalu itu karena inflasi 1988, yaitu 5,47% persen. Dan itu tak seberapa, walau di Arab Saudi sewa angkutan dan akomodasi juga naik. Riilnya, kenaikan tersebut 2,27 persen atau Rp 108.506. Munawir yakin, pada musim haji 1989, jemaah bertahan sekitar lima puluh ribu -- seperti tahun lalu. Kendati tak meningkat, ini masih di bawah kuota yang ditentukan Arab Saudi: 1 dari 1.000 penduduk bagi setiap negara. "Kenaikan itu wajar. Apalagi kalau ada perbaikan pelayanan," kata Ande Abdul Latief, Direktur PT Tiga Utama, penyelenggara ONH-Plus di Jakarta. Dari jumlah ONH, hampir 90% untuk angkutan dan komponen lain selama di Mekah, dan itu dibayar dalam mata uang asing. "Sedangkan tahun ini rute Arafah, Muzdalifah, Mina ditempuh dalam satu trip. Pada tahun-tahun sebelumnya tiga sampai empat trip, sehingga selalu macet," ujar Ande. Tahun lalu ia membawa jemaah 600 orang lebih. Tahun ini, untuk rute itu pemerintah memungut tambahan biaya transportasi 150 rial per orang. Ada lagi. Dulu harga tiket pesawat 1.500 dolar AS. Komisinya 5%. Nanti komisi itu dihapuskan, setelah dikenai PPN. Tiket Garuda Jakarta-Jeddah 1 Februari depan naik 721 dolar AS. Tahun lalu naiknya 426 dolar AS. Malah bantuan dari Garuda, 75 dolar AS per jemaah, juga ditiadakan. Tapi untuk kelancaran pengangkutan jemaah, menurut Direktur Operasional Garuda F.H. Sumolang, "Garuda mencarter pesawat dari Kanada dan Kuwait." Bagi penyelenggara ONH-Plus, juga tidak ada masalah. "Karena pembayarannya dalam dolar, kami usahakan komponennya tidak ikut naik," kata Gozali Katianda pimpinan Musi Holiday. Selama ini, ONH-Plus yang dipungutnya bertingkat empat, dari 5.500 hingga 7.000 dolar AS. Tahun lalu Musi membawa 300 jemaah, kini diharapkan menjaring 500 orang. Lain dengan Natrabu Jakarta. Mereka tidak berharap banyak, tapi cukup seperti tahun lalu: 100 orang. "Sebenarnya ONH kita tidak mahal. Hanya karena nilai rupiah yang rendah," kata Dr. H. Kabat. Sekitar tahun 1980 orang di desa kalau berhaji menjual sapinya sampai 20 ekor. Kini cukup 10 sapi. "Ini karena fasilitasnya sudah memadai," ujar Ketua Umum Badan Koordinasi Organisasi Persaudaraan Haji Surabaya itu. Sedangkan Marwan Batubara, walau ditawari oleh saudaranya di Malaysia agar naik haji melalui negara tetangga itu, ia menolak. "Biar mahal, tapi pemerintah sendiri yang mengurusnya," katanya pada Makmun Al-Mujahid dari TEMPO. Pedagang di Pasar Ikan Lama Medan ini sudah menyetor ONH ke Bank BNI. Tetapi di Brunei Darussalam, bagi yang sudah berdinas 15 tahun sebagai pegawai negeri, Sultan memberikan biaya gratis naik haji kepadanya, bersama istrinya. Anugerah ini disebut tambang haji. Syaratnya: ajukan permohonan kepada Sultan. Dan untuk calon jemaah biasa, ONH mereka 7 dan 8 ribu ringgit, atau Rp 6 juta. Jemaah Brunei tiap tahun 3 hingga 4 ribu. Penduduk negara itu lebih dari 200 ribu jiwa. "Yang kaya bisa tiga atau empat kali naik haji, itu belum lagi umrahnya," kata Mahmud, Sekretaris II Kedubes Brunei, pada Ardian Taufik Gesuri dari TEMPO. Di Malaysia, sejak 10 tahun lalu calon haji membayar ONH-nya 5.000 ringgit kepada Lembaga Urusan dan Tabung Haji (LUTH). Karena ada beda jarak, jemaah dari Sarawak membayar 5.231 ringgit, dan dari Sabah 5.380 ringgit. Bertahannya tarif itu karena angkutan udara Malaysia (MAS) tak menaikkan ongkosnya. Bila harga tiket dinaikkan, itu masih bisa ditutupi dari sisa ONH yang nanti dikembalikan kepada jemaah. "Bagi jemaah, lebih berat membayar ONH yang besar ketimbang menerima sisa ONH yang berkurang itu," kata Dato' Haji Hanafiah Haji Ahmad, penanggung jawab LUTH, kepada Ekram H. Attamimi dari TEMPO. LUTH bukan lembaga semipemerintah yang mencari untung. Sebab, keuntungan bisnisnya bersumber dari uang umat yang menabung di situ. Dan tabungan itu sebagai saham. Tiap tahun penabungnya dapat dividen, dan langsung dimasukkan ke dalam tabungannya. Malah, penabung yang mendaftar untuk menunaikan ibadat haji itu membayar ONH dengan tabungannya. Kalau tabungan itu belum cukup, maka ia menambahnya dengan uang tunai. Tahun lalu jemaah haji LUTH 28.000 lebih. Tahun 1987 sekitar 27.000. Di Bandung, yang meniru LUT adalah Koperasi Teknosa yang dikenal dengan nama "Baitul Tamwil". Penabungnya menyerahkan uangnya berbentuk sukarela dalam Tabung Haji dan Umrah. Kalau sampai waktunya untuk berhaji, mereka tidak khawatir bila ada kenaikan ONH. "Uang yang ditabung itu diputar dulu, dan keuntungannya akan membantu mengurangi beban ONH. Jadi, sebelum mencapai biaya ONH yang ditetapkan pemerintah, ia sudah bisa naik haji," kata Asep Sufwana, Sekretaris Umum Baitul Tamwil. Tapi koperasi ini terbatas, karena belum mendapat izin dari Menteri Agama. Baitul Tamwil masih sulit bergerak seperti penyelenggara ONH-Plus itu. Laporan Riza Sofyat (Bandung), Henrry Mohammad (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo