Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Demokrat Tuding Kubu Moeldoko Pakai Buzzer untuk Serang Partai

Politikus Partai Demokrat Kamhar Lakumani menilai Kepala Staf Presiden Moeldoko mencoba cara kotor menggunakan para pendengung untuk menyerang partainya dengan isu ideologi. Kamhar menyebut ada penggiringan opini yang dilakukan secara sistematis dan terbaca dengan jelas.

29 Maret 2021 | 11.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrat Kamhar Lakumani menuding Moeldoko mencoba cara kotor menggunakan para pendengung (buzzer) untuk menyerang partainya dengan isu ideologi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kamhar menyebut ada penggiringan opini yang dilakukan secara sistematis dan terbaca dengan jelas. "Moeldoko mencoba cara-cara kotor yang menggunakan buzzer untuk menyerang Partai Demokrat dengan isu ideologi," kata Kamhar dalam keterangannya, Senin, 29 Maret 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Moeldoko sebelumnya menyebut adanya pergeseran ideologi di Partai Demokrat. Dia berdalih hal tersebut menjadi pertimbangannya untuk menerima pinangan menjadi ketua umum partai berlambang bintang mercy itu.

Menurut Kamhar, pernyataan Moeldoko tentang adanya pergeseran ideologi itu adalah pepesan kosong. Dia mengatakan pernyataan itu justru bisa menimbulkan tanda tanya besar bagi publik.

"Moeldoko ini makhluk dari planet mana? Hanya karena ambisi dan syahwat politik yang tak terbendung hingga kembali membangun fitnah, namun naif," ujar Kamhar.

Kamhar mengatakan ideologi Partai Demokrat adalah nasionalis relijius yang memperhatikan aspek nasionalisme, humanisme, dan pluralisme yang bertujuan mewujudkan perdamaian, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Dia juga menyebut Demokrat partai yang berasaskan Pancasila dan inklusif tanpa membedakan suku, agama, ras, profesi, jenis kelamin, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Demokrat, kata dia, memiliki doktrin Tri Pakca Gatra Praja yang mengandung arti adanya tiga kehendak kuat yang mewujud dalam trilogi perjuangan partai, yaitu demokrasi, kesejahteraan, dan keamanan. "Inilah yang menjadi DNA politik Partai Demokrat," ujarnya.

Kamhar juga menyinggung saat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY menjadi presiden dan Demokrat menjadi partai penguasa selama 10 tahun. Ia mengklaim ketika itu tak pernah sekali pun ada perbenturan atau isu ideologi yang mengemuka, apalagi sampai memecah belah bangsa.

Kamhar mengatakan narasi Moeldoko mungkin efektif pada operasi terhadap ormas kegamaan yang rentan dan sensitif dengan isu ideologi, tetapi tak relevan untuk diterapkan pada Partai Demokrat. "Ada justifikasi yang kuat secara historis dan empiris yang membuat tuduhan ini hanya mungkin dilakukan oleh orang tolol terhadap Partai Demokrat," ujar dia.

Kamhar menyebut Moeldoko tak mencermati komposisi pada kepengurusan DPP Demokrat, termasuk pimpinan-pimpinan partai di daerah yang beragam. Ia berujar pengurus dan pimpinan di daerah mengakomodasi keberagaman agama, etnis, profesi, jenis kelamin, suku, dan sebagainya.

Di belakang kepengurusan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, kata Kamhar, banyak perwira-perwira menengah yang hijrah dari TNI ke politik. Ia menyebut hal itu karena kecintaan mereka kepada NKRI. "Sifat kesatria dan keperwiraannya masih terjaga, belum terkontaminasi kepentingan praktis seperti Moeldoko," kata Kamhar.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus