Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADA yang tak tersentuh dengan perubahan kurikulum sekolah, yang akan diterapkan pemerintah pada awal tahun ajaran 1984 ini. Yakni Jakarta International School (JIS) dan The Gandhi Memorial International School. Kedua sekolah di Jakarta itu memang sekolah asing, tertutup untuk anak Indonesia. Mengambil kurikulum sekolah Amerika - dari Western Association of Schools and Colleges, California - tapi dilaksanakan dengan irama sekolah Indonesia, ternyata JIS tak mengalaml kesulitan. Enam mata pelajaran wajib (Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan 'Sosial, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Jasmani, dan ini dia - Bahasa Indonesia dan Geografi Indonesia) terlaksana dengan baik. Ditambah yang pilihan yakni bahasa asing dan kesenian, lulusan sekolah yang berdiri pada 1951 ini belum pernah dikeluhkan mutunya. Lulusan JIS, konon, tak sulit memasuki berbagai perguruan tinggi di luar Indonesia. Padahal, jadwal JlS holeh dibilang mengikuti sekolah Indonesia, yang sering dikatakan jam sekolahnya pendek. Masuk pukul 07.45 dan pulang 13.30 untuk SD. Sedangkan SMP dan SMA pulang agak siang, 14.25. Libur sekolah pun mirip sekolah kita. Dan sebenarnya JIS cuma buka 178 hari kita 225 hari - karena Sabtu libur. Di JIS guru memang nomor satu. Sekolah yang punya dua ribu siswa berbagai bangsa ini mensyaratkan guru yang bisa diterima adalah "yang terlatih baik dan mampu menciptakan suasana aktif buat siswa," kata Larry Bally, direktur pengembangan JIS. Selain guru, sarana sekolah memang memadai: berbagai fasilitas olah raga, laboratorium untuk ilmu eksakta, dan perpustakaan yang menyediakan 34 ribu buku ada di sekolah pusat di Cilandak, Jakarta Selatan, yang menempati tanah seluas 3 hektar. Masih ada lagi satu kompleks sekolah yang lebih kecil, di Jalan Pattimura, Jakarta Selatan. Juga dengan fasilitas yang cukup. Tapi inl memang sekolah mahal diukur dari ekonomi Indoesia. Masuk tingkat taman kanak-kanak mesti membayar Rp 3 juta. Di tingkat SD, selama enam tahun tiap tahun harus menyetor Rp 4,2 juta ke sekolah. Dan, di tingkat sekolah lanjutannya, biaya per tahun menjadi Rp 5 juta. (Sekolah Al Azhar yang mahal itu, konon, memang menarik bayaran Rp 2,5 juta, tapi ini bukan tarif per tahun). Bagi para siswa JIS, biaya jutaan itu mungkin tak jadi masalah. Sebab, sekolah yang mempersiapkan lulusannya ke perguruan tinggi dan siap untuk bekerja itu tampaknya punya kurikulum yang matang. Kurikulum yang menjanjikan mengembangkan potensi anak didik untuk "melakukan penemuan, memikirkan pemecahan suatu masalah, mengadakan penelitian, untuk berpikir secara kreatif dan kritis." Singkat kata, untuk mendidik agar siswa bisa "mandiri". Dan Western Association of Schools and Colleges di California secara berkala mengadakan akreditasi terhadap JIS. Begitulah, sekolah ini, yang didirikan atas inisiatif para anggota staf kedutaan besar Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Yugoslavia di Jakarta, menjaga mutu. Barangkali, pembaharuan kurikulum dengan sedikit menyederhanakan jumlah mata pelajaran yang akan diterapkan di Indonesia mulai awal tahun ajaran ini berkembang ke arah itu: sedikit mata pelajaran, tapi diherikan secara mendalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo