Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NASIR Rajabi masih juga memimpikan menginjak Benua Kanguru. Padahal sudah lebih dari dua tahun pria yang fasih berbahasa Indonesia ini meninggalkan negerinya. Ribuan dolar Amerika Serikat yang sudah dikeluarkannya tak berhasil membawanya ke negeri impian.
Ketika masih tinggal di Kabul, Afganistan, dia disambangi agen asal Indonesia. Calo itu mengiming-iminginya perjalanan panjang menuju Australia. Nasir, kini 32 tahun, memutuskan berangkat bersama dua saudaranya. ”Negeri kami sedang dilanda perang,” katanya.
Dari Kabul, Nasir dan dua saudaranya menuju Dubai, Uni Emirat Arab. Dari sana, mereka ke Singapura, lalu langsung masuk Indonesia. ”Dari Surabaya, kami menumpang feri menuju Kupang,” katanya.
Setiba di Kupang, rombongan mencari perahu untuk membawa mereka ke Pulau Pasir, Australia. Uang tambahan dikeluarkan sebesar US$ 2.500. Namun perahu mereka ditangkap polisi di perairan Laut Timor. Sejak itu, tepatnya dua tahun lalu, tiga bersaudara itu menjadi penghuni Rumah Detensi Imigrasi Kupang. Mereka pernah berusaha kabur, tapi gagal.
Direktur Penyidikan dan Penindakan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia M. Husin Alaydrus mengaku kesal pada polah para calo. Dia meminta masyarakat, terutama nelayan dan pengusaha transportasi, tak membantu penyelundupan imigran ilegal ini. ”Jangan terbujuk rayu para calo,” katanya.
PDP, YS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo