Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Beberapa lembaga survei kembali merilis hasil riset terbaru soal pemilihan presiden, kemarin. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA memaparkan, hingga Januari lalu, elektabilitas Joko Widodo-Ma’ruf Amin sebesar 54,8 persen, mengungguli rivalnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, sebesar 31 persen. "Mereka yang belum menentukan pilihan sebesar 14,2 persen," kata peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, di kantornya, Jakarta Timur, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, elektabilitas kedua pasangan calon bergerak fluktuatif dari bulan ke bulan sejak Agustus 2018, tapi tak signifikan peningkatan maupun penurunannya. Survei ini dilakukan pada 18-15 Januari 2019 dengan 1.200 responden di 34 provinsi. Riset menggunakan metode multistage random sampling dan wawancara secara tatap muka. Margin of error 2,8 persen dan dibiayai sendiri oleh LSI Denny JA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Adjie, selisih elektabilitas kedua kubu cenderung stagnan di atas 20 persen dengan keunggulan Jokowi-Ma’ruf. "Unggulnya pasangan Jokowi-Ma’ruf terhadap Prabowo-Sandiaga didasari oleh keunggulan pada kantong-kantong pemilih penting," ujar Adjie.
LSI Denny JA menetapkan enam kantong pemilih penting. Adjie mengatakan pada lima kantong di antaranya Jokowi-Ma’ruf unggul: pemilih muslim, nonmuslim, wong cilik atau pendapatan di bawah Rp 2 juta, kantong suara perempuan, dan kantong pemilih milenial. Sedangkan Prabowo-Sandi menang di kantong pemilih terpelajar.
Berdasarkan survei LSI Denny JA pada Agustus 2018, suara Jokowi-Ma’ruf sebanyak 52,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 29,5 persen serta suara yang belum memutuskan 18,3 persen.
Survei Populi Center menemukan angka yang mirip pada elektabilitas kedua calon. Keterpilihan Jokowi-Ma’ruf Amin 54,1 persen dan Prabowo-Sandi 31 persen. Sedangkan 14,9 persen responden belum memilih.
Peneliti dari Populi Center, Dimas Ramadan, mengatakan angka elektabilitas Jokowi-Ma’ruf pada survei Desember lalu sebesar 52 persen. Sedangkan elektabilitas Prabowo-Sandiaga 30,7 persen. "Hasil ini relatif sama de-ngan temuan survei pada bulan-bulan sebelumnya," ujar Dimas di kantor Populi Center, Jakarta, kemarin.
Survei ini berlangsung selama periode 20-27 Januari 2019 dengan 1.486 responden yang tersebar di 34 provinsi. Margin of error sebesar 2,53 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Pra-bowo-Sandi, Ferdinand Hutahaean, menyatakan tidak percaya terhadap survei LSI Denny JA. "Karena LSI Denny JA terindikasi kuat punya kepentingan sebagai tim sukses Jokowi. Jadi, bagi kami cukup tersenyum melihat rilis itu dan tidak mengambil pusing," ujarnya saat dihubungi. Ferdinand menilai setiap hari terlihat Denny JA menjadi pembentuk opini bagi Jokowi dan menyerang Prabowo.
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin menyambut positif hasil survei ini. "Ini membuktikan bahwa tidak benar Pak Jokowi menyerang karena elektabilitasnya turun, ternyata naik walaupun kecil," ucap Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi-Ma’ruf, Usman Kansong.
Dia mengatakan pihaknya berusaha agar keterpilihan calonnya terus naik dan merebut suara dari pemilih mengambang. Usman juga menjawab soal tudingan timnya berafiliasi dengan LSI Denny JA. "Kalau preferensi politik, saya kira sah-sah saja, yang penting metode yang dipakai obyektif, tidak berdasarkan rekayasa seperti lembaga lain yang membuat hitung cepat pada 2014," ucapnya.
Menurut Usman, kredibilitas lembaga riset ini tidak diragukan, akurat, dan masih dalam margin of error. "Secara personal Denny suka dengan Jokowi, saya kira sah-sah saja. Tetapi kalau dibilang dia partisan, saya kira tidak," ujar Usman. Dia pun menilai elektabilitas Jokowi di lembaga survei lainnya hampir sama dengan survei yang dirilis LSI Denny JA. FIKRI ARIGI | REZKI ALVIONITASARI
Angka Jokowi vs Prabowo
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo