Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kolaborasi jurnalis investigasi global, Organized Crime and Corruption Reporting Project, serta Forbidden Stories mengungkap penyimpangan penggunaan spyware Pegasus. Alat sadar besutan perusahaan asal Israel, NSO Group Technologies itu disebut digunakan untuk memata-matai aktivis, jurnalis, dan politikus di berbagai belahan dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Spyware Pegasus adalah aplikasi seluler yang dirancang untuk menyusup ke perangkat iOS, Android, Blackberry, Windows, hingga Symbian untuk diam-diam mengumpulkan informasi meski tanpa klik sekalipun. Pegasus memiliki kemampuan pengumpulan data yang luas. Membaca teks dan email, memantau penggunaan aplikasi, melacak lokasi, serta mengakses mikrofon dan kamera dari sebuah gadget.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut informasi menarik mengenai spyware Pegasus:
1. Ditengarai masuk ke Indonesia
Konsorsium IndonesiaLeaks, di antaranya beranggotakan Tempo, bersama jaringan jurnalisme global Forbidden Stories serta Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) menemukan indikasi operasi spyware Pegasus di Indonesia. Empat praktisi teknologi informasi intelijen memastikan Pegasus beroperasi di Indonesia sejak 2018.
Selain Polri, mereka yakin Badan Intelijen Negara (BIN) pernah menggunakan Pegasus. Salah seorang di antaranya bahkan mengaku pernah dimintai bantuan untuk mengoperasikan perangkat tersebut.
Selain di Indonesia, Meksiko, dan Amerika Serikat, keberadaan Pegasus juga terdeteksi di berbagai belahan dunia seperti Ghana, Thailand, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kazakhstan, Bahrain, India, Maroko, Rwanda, serta Azerbaijan.
2. Tanggapan Polri dan BIN
Kepala Divisi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Polri Inspektur Jenderal Slamet Uliandi membantah bahwa lembaganya pernah membeli dan menggunakan Pegasus. Namun, ia mengakui lembaganya pernah menggunakan alat sadap bermetode zero-click.
Sementara itu, IndonesiaLeaks menyurati BIN untuk menanggapi dugaan tersebut. Tapi, hingga Sabtu, 10 Juni lalu, surat permohonan wawancara tersebut tak kunjung direspons.
3. Pengamat siber angkat tangan
Spyware Pegasus boleh dibilang ditakuti karena kemampuan bekerja terhadap perangkat target bagaikan hantu yang tidak terdeteksi. Kemampuan itu diamini praktisi dan pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya.
Dia mengaku tidak mengetahui jejak Pegasus di Indonesia seperti yang diindikasikan oleh konsorsium. “Tapi, memang, kalau bisa terdeteksi artinya itu tools nggak bagus,” kata Alfons lewat aplikasi perpesanan WhatsApp, pada Kamis, 15 Juni 2023.
Alfons mengungkap kemampuan Pegasus yang bisa menembus pengamanan perangkat termasuk iPhone yang terkenal konservatif dan aman. Alfons menduga perusahaan pembuat memiliki tim yang sangat ahli dan aktif melakukan pencarian zero day vulnerability untuk dieksploitasi.
4. Puluhan ribu nomor telepon jadi terget
Hasil uji forensik CitizenLab, komunitas platform daring yang berbasis di Toronto, Kanada, dan Amnesty International, setidaknya ada 50 ribu nomor telepon yang sudah menjadi target penyadapan Pegasus. Mereka mendeteksi ada 37 telepon seluler milik aktivis hak asasi manusia, pengusaha, dan jurnalis yang disusupi Pegasus.
5. Kemampuan spyware Pegasus
Spyware pegasus memiliki beberapa kemampuan. Alat sadap ini masuk ke perangkat elektronik berbasis Internet milik target tanpa terdeteksi. Setelah masuk, malware Pegasus akan menguasai perangkat dan semua akun media sosial target. Menyedot semua data perangkat dan akun media sosial target, lalu mengaktivasi kamera dan mikrofon serta GPS target.
Adapun keunggulannya yakni masuk lewat berbagai pintu target tanpa diketahui dan sulit sekali dideteksi jejaknya. Sedangkan data yang disedot yakni rekaman mikrofon, e-mail, short message service, pelacakan lokasi, detail jaringan, pengaturan perangkat, riwayat di mesin pencarian, detail kontak di telepon seluler, akun media sosial, riwayat panggilan telepon, rekaman kalender, pengambilan dokumen, serta foto dan screenshot.
MOH KHORY ALFARIZI | SYAHDI MUHARRAM | RIO ARI SENO