Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Golkar Raih Suara Signifikan di Sejumlah Dapil
Dukungan ke Prabowo-Gibran Ikut Pengaruhi Kenaikan Suara Golkar
Faktor Jokowi Mendongkrak Raihan Suara Golkar
JAKARTA – Firman Soebagyo sumringah saat mengetahui perolehan suara Partai Golkar di Sistem Informasi dan Rekapitulasi (Sirekap), alat bantu hitung suara milik Komisi Pemilihan Umum, melejit. Hasil rekapitulasi suara sementara KPU per Jumat, 23 Februari 2024, menunjukkan perolehan suara partai beringin dalam Pemilu 2024 unggul di 27 daerah pemilihan dari total 84 dapil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini menandakan pengaruh Ketua Umum (Golkar) Airlangga Hartarto dan strategi kami berjalan dengan baik,” kata Firman, Jumat kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar itu mengatakan ada beberapa faktor sehingga perolehan suara partainya cukup tinggi di banyak daerah pemilihan. Faktor pertama, Golkar tidak banyak mengutak-atik daftar calon legislator. Calon legislator inkumben tetap ditempatkan di daerah pemilihan masing-masing. Faktor lain, rekam jejak kader partai beringin sudah teruji di masyarakat. “Misalnya Meutya Hafid di Komisi I dan Ahmad Doli Kurnia di Komisi II,” kata Firman.
Pada Pemilu 2019, Ahmad Doli Kurnia, yang menjadi calon legislator di daerah pemilihan Sumatera Utara III, meraih 412.408 suara. Lalu Meutya Hafid di daerah pemilihan Sumatera Utara I meraih 220.028 suara. Sesuai dengan hasil rekapitulasi sementara di website KPU, perolehan suara Golkar di dua dapil tersebut menjadi yang tertinggi di antara 23 partai politik peserta pemilu lainnya.
“Di dapil Sumatera Utara III, kami masih yang terbanyak,” kata Firman.
Saat ini, tahap rekapitulasi suara berada di tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). Di samping itu, sejumlah daerah menggelar pemilu susulan.
Sesuai dengan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, PDI Perjuangan meraih suara terbanyak, disusul Partai Golkar dan Partai Gerindra. PDI Perjuangan masih menjadi pemenang di Jawa Tengah, yang selama ini dikenal sebagai kandang partai banteng moncong putih.
Peneliti senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, menilai efek kapitalisasi program pemerintah yang membuat perolehan suara Golkar naik di banyak dapil. Program pemerintah itu di antaranya pemberian bantuan sosial yang di antaranya disalurkan melalui Kementerian Koordinator Perekonomian, yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto—Ketua Umum Golkar.
Usep merujuk pada Pemilu 2019. Saat itu, kata dia, Golkar juga mengkapitalisasi program serupa lewat kadernya, Agus Gumiwang Kartasasmita, yang menjabat Menteri Sosial. Pada 2019, Kementerian Sosial ditunjuk sebagai penanggung jawab distribusi bantuan sosial. Berbeda dengan tahun ini, tanggung jawab distribusi bantuan sosial berada di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
“Bantuan sosial ini menjadi faktor yang cukup kuat dalam mendorong suara Golkar,” kata Usep.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) memberikan bantuan bahan kebutuhan pokok dengan disaksikan calon anggota legislatif Partai Golkar dari dapil Sumatera Utara I, Meutya Viada Hafid, saat konsolidasi Partai Golkar di Medan, Sumatera Utara, 27 Januari 2024. ANTARA/Fransisco Carolio
Faktor lain, kata Usep, Golkar memiliki pemilih tradisional yang loyal dari pemilu ke pemilu. Partai ini juga mampu memanfaatkan polemik antara PDI Perjuangan dan Presiden Joko Widodo dalam urusan pemilihan presiden. Jokowi, yang merupakan kader PDI Perjuangan, justru mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, pasangan calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju. Golkar bergabung dalam koalisi ini. Sedangkan PDIP mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
Gibran adalah putra sulung Jokowi. Pada awal pencalonan Wali Kota Solo itu, namanya sempat disebut akan berpindah partai, dari PDIP ke Golkar. “Posisi Gibran sebagai cawapres membuat Golkar kecipratan suara pendukung Jokowi,” ujar Usep.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, berpendapat serupa. Ia mengatakan kapitalisasi program bantuan sosial pemerintah yang membuat perolehan suara Golkar naik cukup signifikan di sejumlah dapil. Selain itu, “Golkar pandai menempatkan caleg berkualitas secara merata di seluruh dapil,” kata Agung.
Agung mencontohkan Atalia Praratya, istri mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Atalia baru pertama kali menjadi caleg Golkar dalam pemilu ini. Ia menjadi calon legislator di Jawa Barat I. Di dapil ini, perolehan suara Atalia merupakan yang tertinggi di antara semua calon legislator, termasuk Nurul Arifin—caleg inkumben dari Golkar.
Ia melanjutkan, Golkar juga diuntungkan dengan konflik PDIP dan Jokowi. Agung mencontohkan, Golkar unggul sementara di Sumatera Utara, yang dalam pemilu sebelumnya dimenangkan oleh PDI Perjuangan.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, mengatakan partai beringin mampu mendulang suara signifikan dalam pemilu ini karena mereka menempatkan caleg populer dengan elektabilitas tinggi di setiap dapil. “Saya melihat, setelah Airlangga tidak menjadi calon presiden, Golkar putar haluan untuk berfokus ke pemilu legislatif,” kata Adi.
Baliho calon anggota legislatif Partai Golkar dari dapil Jawa Barat I di Bandung, Jawa Barat, 4 Desember 2023. TEMPO/Prima mulia
Ketua DPP Partai Golkar Dave Akbarshah Fikarno Laksono membantah anggapan bahwa partainya memperoleh suara signifikan karena efek kapitalisasi program bantuan sosial dan konflik di PDIP. Ia mengklaim perolehan suara Golkar cukup signifikan di banyak dapil karena kepercayaan masyarakat pada kinerja kader partai beringin. “Masyarakat tahu bagaimana rekam jejak kinerja kami di komisi masing-masing,” kata Dave.
Adapun Meutya Hafid mengatakan perolehan suara Golkar cukup signifikan di Sumatera Utara karena partainya menempatkan calon legislator dengan elektabilitas tinggi. Misalnya mantan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajekshah, menjadi caleg di Sumatera Utara I dan beberapa mantan kepala daerah di Sumatera Utara II.
Menurut Meutya, caleg Golkar yang berstatus mantan pejabat publik ini menjadi modal untuk mendulang suara partai di Sumatera Utara. Meski begitu, Meutya juga membenarkan bahwa efek kedekatan Golkar dan Jokowi ikut mengerek suara partainya.
“Pelekatan partai dengan kerja-kerja presiden, terutama di bidang ekonomi, menjadi janji sekaligus narasi yang menguntungkan untuk partai,” ujar Meutya.
ANDI ADAM FATURAHMAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo