Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LELAKI itu masuk Sarawak dari kampung halamannya di Pontianak, Kalimantan Barat, pada 1979. Beberapa tahun bermukim di sana, ia direkrut Partai Negara—kini Partai Bumiputera Bersatu. Partai itulah yang mengurus dan memberinya kartu kewarganegaraan menjelang Pilihan Raya, beberapa tahun silam.
”Setelah pegang kewarganegaraan Malaysia, mudah masuk Askar Wataniah atau pasukan RELA,” kata lelaki itu, Abdullah namanya, 44 tahun, kepada Tempo pekan lalu. RELA merupakan pasukan sukarelawan di bawah Kementerian Dalam Negeri. Askar adalah komponen cadangan di bawah Tentara Diraja Malaysia.
Sejak 1970-an banyak warga negara Indonesia asal Kalimantan Barat masuk Malaysia. Mereka bebas keluar masuk kedua negara untuk mencari pekerjaan. Baru pada 1991, ketika pintu perbatasan dibuat antara Entikong (Indonesia) dan Tebedu (Malaysia), aliran itu mulai tersendat.
Askar Wataniah dilatih instruktur Tentara Diraja Malaysia selama satu bulan. Awalnya, mereka hanya diwajibkan menguasai keterampilan baris-berbaris. Belakangan mereka juga dilatih bela diri dan teknik menggunakan senjata. Di antaranya senjata laras panjang M-16 buatan Amerika Serikat, AK-47 buatan Rusia, dan pelontar granat. Latihan fisik menjadi makanan tiap hari bagi para anggota baru Askar.
Setelah itu, Askar Wataniah wajib kursus kepangkatan sebulan. Pangkat bergantung tingkat pendidikan. Makin tinggi lulusan, kian tinggi pangkat. Setelah itu, mereka menandatangani kontrak untuk lima tahun yang bisa diperpanjang.
Askar Wataniah merupakan tentara cadangan Tentera Darat (Angkatan Darat) Malaysia. Mereka dibentuk untuk menjadi lapisan kedua pertahanan negara. Anggotanya terdiri dari masyarakat sipil yang bergabung secara sukarela.
Penyertaan kekuatan sipil dalam tentara sukarela di Semenanjung Malaysia dimulai sejak 1902, saat Kerajaan Inggris membentuk Pasukan Sukarela di Negeri-negeri Melayu Bersekutu, Pasukan Sukarela di Negeri Melayu Tidak Bersekutu, dan Pasukan Sukarela di Negeri-negeri Selat.
Pasukan-pasukan sukarela ini menjadi cikal-bakal Askar Wataniah karena perannya dalam sejarah Malaysia. Di antaranya Perang Dunia II, zaman darurat di Tanah Melayu 1948-1960, dan konfrontasi Indonesia-Malaysia 1962-1966. Saat masa darurat, pasukan ini dikenal sebagai Home Guard alias Penjaga Tanah Air yang beranggota 40 ribu orang.
Hampir setahun setelah merdeka 31 Agustus 1957, pemerintah Malaysia meresmikan Pasukan Pertahanan Tempatan, cikal-bakal Askar Wataniah, pada 1 Juni 1958. Secara struktural, pasukan yang bertujuan melatih kaum muda sebagai tentara cadangan ini berada di bawah pengawasan Ketua Turus Tentera Darat.
Pada 1997, Malaysia menambah empat resimen Askar Wataniah yang bermarkas di Petani, Kedah, Bukit Beruang, Melaka, Kuala Lumpur, serta Tawau, Sabah.
D.A. Candraningrum, Sunudyantoro (Sarawak)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo