Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENDEKATI hari pemilihan presiden dan wakil presiden, Verry Kustanto makin rajin mengajak rekan dan tetangganya yang tinggal di kawasan Galaxy, Bekasi, Jawa Barat, melakukan salat subuh berjemaah di masjid. Puncaknya, pada 17 April mendatang, setelah salat subuh bersama, jemaah diminta berbondong-bondong pergi ke tempat pemungutan suara dengan pakaian serba putih.
Di tempat pemungutan suara, menurut Verry, mereka diinstruksikan memilih calon presiden hasil “Ijtimak Ulama” di Hotel Menara Peninsula, Jakarta, tahun lalu, yaitu Prabowo Subianto. “Kami akan memilih pemimpin yang amanah dan tidak mengkriminalisasi ulama,” ujar Verry, Kamis, 21 Maret lalu.
Verry menganggap Presiden Joko Widodo mengkriminalisasi ulama. Misalnya pemimpin Front Pembela Islam, Rizieq Syihab, yang pernah menyandang status tersangka dugaan percakapan mesum. Polisi berulang kali mengatakan perkara yang dituduhkan semata-mata karena perbuatan kriminal yang diduga dilakukan mereka. Contohnya Bahar bin Smith, yang ditengarai menganiaya dua remaja.
Presiden Jokowi pun telah menampik kala disebut berlaku tidak adil kepada ulama. Menurut Jokowi, langkah polisi menetapkan sejumlah orang yang dianggap ulama sebagai tersangka bisa dipertanggungjawabkan. “Kalau dia tak bermasalah terus disel, itu baru kriminalisasi,” ujar Jokowi, 15 Februari lalu.
Menurut Verry, ajakan melakukan salat subuh berjemaah dan memilih Prabowo itu sesuai dengan imbauan yang diterimanya dari Presidium Alumni 212, kelompok pengunjuk rasa yang menuntut Basuki Tjahaja Purnama, wakil Jokowi saat memimpin DKI Jakarta, dipenjarakan karena dianggap menodai agama. Di Bekasi, Verry menjabat Koordinator Daerah Presidium Alumni 212.
Juru bicara Presidium Alumni 212, Novel Chaidir Hasan Bamukmin, membenarkan adanya instruksi tersebut kepada simpatisan dan “alumni” 212. “Imbauan ke seluruh Indonesia,” katanya.
Selain di Bekasi, gerakan salat subuh akbar menjelang pencoblosan muncul di berbagai daerah, termasuk di Jakarta. Salah satunya di Masjid Jami al-Falah, Jakarta Pusat. Pada Jumat, 22 Maret lalu, sekitar 300 orang mengadakan simulasi salat subuh berjemaah. Acara itu dimulai dengan salat tahajud pada dinihari. “Kami terapkan pada hari pencoblosan hingga mengawal penghitungan suara,” ujar anggota Forum Umat Islam (FUI), Rafiq, di lokasi simulasi.
FUI-lah yang menggagas gerakan salat subuh akbar tersebut. Sekretaris Jenderal FUI Gatot Saptono alias Muhammad Al-Khaththath mengedarkan surat ajakan. Dalam surat itu, Al-Khaththath bertitel Sekretaris Jenderal Pimpinan Nasional Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandiaga atau Koppasandi. Koordinator Daerah Presidium Alumni 212 Bekasi Raya, Verry Kustanto, salah seorang penerima surat itu. “Salah satu bentuk instruksi,” ujarnya.
Al-Khaththath belum bisa dimintai tanggapan. Dua nomor teleponnya tidak aktif. Tapi, dalam akun YouTube FUI, FUI Channel, Al-Khaththath membeberkan alasan gerakan tersebut. Dalam video berdurasi 16 menit 14 detik yang diunggah pada Rabu, 20 Maret lalu, Al-Khaththath mengatakan gerakan itu bertujuan mencegah kecurangan dalam pemilihan umum. Menurut dia, akan ada 200 orang dari setiap masjid yang datang ke tempat pemungutan suara untuk mengawal pencoblosan hingga penghitungan suara. “Kami harap hasilnya sesuai dengan hasil ‘Ijtimak Ulama’,” ujarnya.
Meski pemimpin Presidium 212, Slamet Maarif, menjabat Wakil Ketua Umum Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, juru bicara Prabowo-Sandiaga, Miftah Sabri, mengatakan gerakan salat subuh berjemaah tak diinstruksikan kubunya. “Ini menguntungkan kami, tapi tidak diorganisasi oleh BPN,” ujarnya.
Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Maman Imanulhaq, meminta kubu lawan tak menjadikan masjid sebagai tempat berkampanye. “Masjid itu tempat beribadah,” katanya.
HUSSEIN ABRI DONGORAN, TAUFIQ SIDDIQ
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo