Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan komitmen lembaganya untuk mencetak 500 doktor muda Indonesia sebelum tahun 2030 dalam rangka menghadapi tantangan perubahan iklim global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pernyataan tersebut diungkapkan Dwikorita saat menjadi pembicara dalam forum “1st BMKG International Symposium On Earth and Atmospheric Sciences” yang digelar di University Oxford, Inggris, Jumat, 27 September 2024 yang dilansir Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Eskalasi tantangan iklim global menuntut kita untuk menjadi pemain dunia. Untuk itu, para sarjana generasi muda BMKG terus didorong menempuh pendidikan ke luar negeri. Mereka tidak bisa hanya berpikir lokal pada lingkup Indonesia saja,” kata Dwikorita dalam forum yang diikuti secara daring dari Jakarta itu.
Mantan rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini memaparkan, BMKG dalam dua tahun terakhir telah menginisiasi program SDM Unggul yang memfasilitasi para pegawai usia milenial meraih beasiswa pendidikan.
Data Pusdiklat BMKG mencatat, dari 480 pegawai, sebanyak 137 diantaranya melanjutkan pendidikan magister (S2) dan doktor (S3) di dalam negeri dan 343 pegawai yang melanjutkan studi di luar negeri, termasuk di Oxford University, Inggris.
Dwikorita mengungkapkan, ada banyak harapan dari masyarakat Indonesia kepada para peserta didik itu. Mereka diharapkan menjadi ahli di bidang meteorologi, klimatologi, geofisika, mitigasi bencana dan ketahanan pangan bertaraf internasional yang bermanfaat bagi bangsa dan negaranya.
Saat ini, kata Dwikorita, Indonesia baru memiliki 98 doktor per satu juta penduduk berdasarkan data dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) 2013. Jumlah tersebut masih sangat kurang untuk mengantarkan negara ini menjadi negara maju dan berkelanjutan.
Dwikorita menyebut jumlah doktor di Indonesia itu masih jauh di bawah Malaysia (509 orang doktor per satu juta penduduk), India (1.410 orang doktor), dan Jepang (6.438 orang doktor). Dwikorita menyebut kondisi ini harus menjadi pemicu perbaikan.