Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
WHO pertama kali menerima laporan 10 kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya pada anak-anak di Skotlandia Tengah, 5 April lalu.
Penetapan status KLB hepatitis akut dilakukan setelah penyakit tersebut menyerang anak-anak usia 11 bulan hingga 5 tahun.
Sebanyak 10 persen kasus hepatitis akut memerlukan transplantasi hati.
JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan hepatitis akut misterius sebagai kejadian luar biasa. Sejak ditemukan pertama kali di Inggris, hepatitis akut ini telah menyebar di 20 negara, termasuk di Indonesia, dengan temuan mencapai 228 kasus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, mengatakan lembaganya telah menerima laporan 228 kasus hepatitis akut hingga Selasa kemarin. "Pada 1 Mei, setidaknya 228 kasus yang mungkin dilaporkan ke WHO dari 20 negara dengan lebih dari 50 kasus tambahan sedang diselidiki,” katanya dalam jumpa pers di Jenewa, yang dikutip dari Reuters, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WHO pertama kali menerima laporan 10 kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya pada anak-anak di Skotlandia Tengah, 5 April lalu. Sepuluh kasus itu terjadi dalam periode Januari hingga Maret 2022. Seluruh penderita tersebut dirawat di rumah sakit dengan gejala mirip hepatitis, yaitu kulit berubah warna menjadi kuning dan urine gelap yang timbul secara mendadak.
Tiga hari berselang, Inggris melaporkan ada pertambahan 74 kasus hepatitis akut. Enam anak menjalani transplantasi hati. Penyebab penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D, serta E tidak ditemukan sebagai penyebab penyakit tersebut. Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan pada 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Direktur Kesehatan Masyarakat Skotlandia, Jim McMenamin, mengatakan pihaknya sedang menentukan apakah adenovirus yang terlibat telah bermutasi dan menyebabkan penyakit yang lebih parah, atau apakah penyakit itu dapat menyebabkan masalah bersamaan dengan virus lain, termasuk kemungkinan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Penetapan status KLB hepatitis akut dilakukan setelah penyakit tersebut menyerang anak-anak usia 11 bulan hingga 5 tahun. Kasus ini juga terjadi pada anak-anak usia 1 bulan sampai 16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya atau 10 persennya memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.
Berdasarkan laporan yang diterima WHO, negara yang mendeteksi kasus hepatitis akut ini di antaranya Inggris, Spanyol, Israel, Amerika Serikat, Denmark, Irlandia, Belanda, Italia, Norwegia, Prancis, Rumania, dan Belgia.
Masih pada April 2022, kasus yang sama juga muncul di Jepang dan Kanada. Pada Mei 2022, hepatitis akut teridentifikasi terjadi di Singapura dan Indonesia. Tiga anak yang diduga menderita hepatitis akut di Indonesia meninggal setelah dirawat selama dua pekan.
Perhimpunan peneliti hepatitis dan Kementerian Kesehatan menggelar aksi simpatik memperingati Hari Hepatitis Sedunia di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta. TEMPO/Subekti
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia , Adib Khumaidi, meminta seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI serta semua dokter hingga tenaga kesehatan yang bertugas di berbagai jenis fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk waspada. "Dokter praktik perorangan juga perlu mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak-anak dan orang dewasa," kata Adib, kemarin.
Adib meminta seluruh dokter anak dan residen dokter anak mendeteksi secara dini jika menemukan anak dengan gejala seperti kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu, dan demam tinggi. Ia juga mengimbau masyarakat agar segera memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat jika menemui kasus serupa.
Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menilai hepatitis akut ini dipicu oleh Covid-19 yang turut menyerang hati. Ia mengatakan virus corona yang merusak gangguan fungsi liver atau hepa bisa menyebabkan hepatitis. "Ada kasus penderita Covid-19 mengalami kekuningan di awal-awal itu sudah terdeteksi," kata dia.
Dicky menjelaskan, seiring dengan mutasi Covid-19, infeksi virus corona menular lebih cepat, termasuk ke anak-anak yang mayoritas belum divaksin. Kondisi itu menjelaskan kenapa hepatitis akut ini banyak ditemukan menyerang anak-anak "Meskipun saat ini sebagian anak usia di atas 6 tahun sudah divaksin, tapi (anak) usia di bawah 5 tahun belum bisa divaksin. Pada sebagian anak usia di atas 6 tahun itu belum sempat divaksinasi booster, ini yang kita harus waspadai. Ini bisa berdampak pada fungsi hepa atau hati," katanya.
Dicky menambahkan, para peneliti global menemukan salah satu potensi penyebab hepatitis akut berkaitan dengan keberadaan varian baru atau subvarian Covid-19. Hati, kata dia, menjadi organ yang paling sering terkena dampak infeksi Covid-19.
MAYA AYU PUSPITASARI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo