Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA hari perayaan Idul Fitri pada Rabu dan Kamis, 10 dan 11 April 2024, Presiden Joko Widodo alias Jokowi tak bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Hal ini dinilai menunjukkan kian merenggangnya relasi Jokowi dengan ketua umum dari partai politik pengusung utamanya dalam pemilihan presiden (pilpres) 2014 dan 2019 itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merenggangnya hubungan keduanya dapat dilihat dari kekecewaan para pengurus dan fungsionaris, kader, simpatisan, serta pemilih PDIP terhadap manuver dan sikap politik Jokowi. Jokowi, yang masih memegang kartu tanda anggota PDIP, dalam pemilihan presiden lalu, dinilai condong mendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto. Prabowo menggandeng putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden. Gibran juga kader PDIP yang menjabat Wali Kota Solo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal PDIP mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud Md. dalam pilpres 2024. Sikap dan pilihan politik Jokowi itu tak pelak membuat retak hubungan Jokowi dengan PDIP. Hubungan politik yang semula mesra, kemudian renggang dan kini retak itu akan berjalan buruk dalam waktu yang cukup lama. Sejumlah pengamat politik menilai kekecewaan PDIP terlalu dalam sehingga hubungan keduanya seperti gelas yang retak: tak bisa disatukan.
Retaknya hubungan Jokowi dengan Megawati juga dinilai akan berdampak pada langkah calon presiden terpilih, Prabowo Subianto, untuk merangkul semua kalangan. Upaya rekonsiliasi diperkirakan memakan waktu yang panjang, meski hubungan antara Megawati dan Prabowo tampak tidak ada masalah. Ke mana arah politik Jokowi setelah PDIP memecat Jokowi dan Gibran sebagai kader?
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo