Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ia sudah lama disiapkan

Musda golkar dki jakarta memilih m. basofi soedirman sebagai ketua dpd golkar menggantikan achmadi. dia mengalahkan saingannya, m. sanif yang dianggap terlalu senior untuk jabatan tersebut.

10 September 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR setengah jam ia berpidato, dan sambutan begitu hangat dari ratusan hadirin. Beberapa kali terdengar tepuk tangan gemuruh. Tak aneh. Sebab, Achmadi adalah tokoh yang dijagokan oleh mayoritas peserta untuk kembali menduduki jabatan ketua dalam Musyaarah Daerah (Musda) Golkar tingkat I DKI Jakarta, yang berlangsung dari Kamis hingga Minggu pekan lalu, di Gedung Serba Guna Senayan, Jakarta Selatan Ternyata, Achmadi, yang telah menjabat ketua Golkar Jakarta selama dua periode sejak 1978, di akhir pidatonya menyatakan tak lagi bersedia dicalonkan menjadi ketua. Tepuk tangan tetap terdengar. Tepuk tangan bergemuruh lagi ketika kemudian Achmadi mengusulkan agar yang dipilih menjadi ketua adalah Brigjen M. Basofi Soedirman, Wakil Gubernur (Bidang Pemerintahan) Jakarta. "Saya sudah berpikir lebih satu bulan mencari figur yang sesuai dengan apa yang berkembang: seorang figur yang tegap, segar, berbobot, akseptabel, dan masih termasuk generasi muda. Ini hari saya mengumumkan dan mengusulkan Basofi," katanya. Seakan nama yang disebut sudah resmi terpilih sebagai ketua, hadlrin berhamburan menyalami Basofi. Padahal, pemilihan pengurus baru akan dilangsungkan oleh formatir pada malam harinya. Memang, langkah Basofi menuju tangga ketua tak terhalang lagi, begitu Achmadi mengundurkan diri dan sekaligus menunjuk ia menjadi calon. Bila tidak, langkahnya bisa tersendat, sebab Achmadi mendapat dukungan dari peserta Musda. Itu bisa dilihat di hari ketiga Musda, Sabtu pekan lalu, ketika berlangsung acara pemandangan umum para peserta Musda yang berasal dari lima DPD Golkar Tingkat II yang ada di Jakarta. Sepanjang hari acara itu berlangsung, yang terdengar hanyalah pujian-pujian untuk Achmadi, sesekali diselingi teriakan "Hidup, Achmadi". Achmadi memang dianggap berhasil menyelamatkan muka Golkar di Jakarta. Dalam Pemilu 1977, Golkar hanya mengumpulkan 38% suara di Jakarta, dan dikalahkan oleh PPP. Setelah Achmadi menjadi ketua, ia berhasil memperbaiki citra Golkar dengan mengumpulkan suara 44%, dan menang (tipis) dari PPP. Pada Pemilu tahun lalu, Golkar tambah berkibar di Jakarta, mengumpulkan 50,28% suara. Memang prestasi besar itu cuma menyumbangkan delapan kursi DPR bagi Golkar. Tapi siapa pun tahu, kemenangan di Jakarta memiliki arti khusus. Ketua Umum DPP Golkar Sudharmono sendiri ketika membuka Musda Kamis pekan lalu menyatakan, tingkat prestasi dan bobot organisasi di DKI Jakarta menjadi barometer dari bobot suatu organisasi secara nasional. Ternyata, prestasi Golkar Jakarta dalam Pemilu yang lalu, menurut Sudharmono, "amat mengesankan." Meski prestasi Achmadi menonjol, toh sejak sekitar tiga bulan yang lalu nama yang beredar sebagai calon kuat ketua DPD Golkar DKI Jakarta adalah Letjen. (Purn. M. Sanif. Putra Betawi ini pernah menjadi Pangdam II/BB di Medan, 1980, kemudian menjadi perwira tinggi di Mabes ABI, sampai pensiun beberapa tahun yang lalu. Sementara itu, Achmadi konon sudah tidak berniat lagi mencalonkan diri, apalagi kemudian ia diangkat menjadi anggota DPA. Tapi dalam Musda Golkar Jawa Timur 10-13 Agustus yang lalu, M. Said -- juga sudah menjadi ketua Golkar di provinsi itu dua periode dan juga anggota DPA nyatanya terpilih kembali sebagai ketua. Menurut sebuah sumber TEMPO, sejak itu pula Achmadi, 61 tahun -- yang merasa cukup sukses memimpin Golkar Jakarta seperti halnya M. Said, 64 tahun, di Jawa Timur -- ingin kembali mencalonkan diri sebagai ketua. Memang, anggaran dasar maupun rumah tangga Golkar tidak melarang seseorang menduduki jabatan ketua lebih dari dua periode. Maka, dalam suatu pertemuan dengan Dewan Pertimbangan Golkar Jakarta pertengahan Agustus lalu Achmadi menyatakan sikapnya untuk mencalonkan diri, dan tak bersedia mengundurkan diri untuk melempangkan jalan bagi M. Sanif. Padahal, M. Sanif tampaknya sudah siap untuk menJadi calon ketua. Dalam suatu pertemuan keluarga Betawi, pertengahan Agustus yang lalu, di Jakarta, menjawab pertanyaan hadirin Sanif berkata dalam dialek Betawi, "Tergantung atasan ane, apakah si Sanif ini mau dipake apa enggak. Tapi kalau atasan menyuruh ane memimpin pabrik atau perusahaan, ane terpaksa pikir-pikir dulu, paling cepat satu kali 24 jam. Sebab, khawatir pabrik itu akan rugi. Tapi kalau ane oleh atasan disuruh mimpin Golkar, ane pasti jawab: saya siap." Tapi pertemuan tiga jalur keluarga besar Golkar (ABRI, Korpri, dan Golkar) tingkat pusat akhir Agustus lalu, menurut sumber itu, sepakat mencalonkan Brigjen. Mohamad Basofi sebagai ketua. Achmadi pada kesepakatan itu menyatakan tidak keberatan, karena Basofi lebih muda dari dia. Berarti ia tak terpilih lagi dcmi kepentingan regcncr si, bukan karena dianggap tak berhasil memimpin Golkar Jakarta. Kenapa bukan M. Sanif yang dipilih? "Ia terlalu senior untuk jabatan itu," jawab sebuah sumber di DPP Golkar. Maksud sumber itu, sebagai letjen. purnawirawan, Sanif dianggap terlalu tinggi untuk memegang jabatan ketua Golkar tingkat provinsi. Sebelum secara tcrbuka mengumumkan ketidaksediaannya untuk dipilih lagi, Achmadi sebetulnya sudah menjelaskan sikapnya pada para ketua DPD tingkat II. Hingga, begitu ia menyebutkan nama Basofi, suara tepuk tangan terdengar gemuruh. Minggu malam itu ketua tim formatir Nyonya Murpratomo mengumumkan susunan DPD Golkar Jakarta, dan sebagai ketua memang Brigjen. M. Basofi Soedirman. "Tidak ada itu apa yan disebut pendukung saya dan pendukung Pak Achmadi di dalam Musda ini. Saya sebetulnya termasuk orang yang disiapkan Pak Achmadi, tapi banyak orang yang tidak tahu," ujar Basofi kepada TEMPO menanggapi banyaknya peserta yang mencalonkan Achmadi di Musda itu. Achmadi sendiri, menurut Basofi, sengaja tidak mengungkapkan hal itu kepada pendukungnya, "Karena nanti ndak demokrasi lagi. Jadi, dibiarkan saja berkembang," katanya. Dengan usainya Musda Golkar Tingkat I Jakarta, kini sudah 20 provinsi yang menyelesaikan Musda. Menurut jadwal, provinsi yang terakhir menyelenggarakan Musda adalah Sulawesi Utara, 20-22 September ini. Amran Nasution, Diah Purnomowati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus