Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ibnu pergi. piet akan memberesi

Ibnu sutowo berangkat ke los angeles, as, setelah menyerahkan jabatan dirut pertamina kepada piet haryono. tugas berat bagi dirut baru adalah menyelesaikan hutang pn yang sudah membengkak. (nas)

13 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IBNU Sutowo tak melambaikan tangan selamat tinggal. Bekas Direktur Utama PN Pertamina itu juga tak menoleh ke belakang kepada para pengantarnya, ketika naik pesawat. Jumat sore pekan lampau, hanya 7 jam setelah upacara serah terima jabatannya di Departemen Pertambangan yang tertutup bagi pers itu, Ibnu Sutowo bertolak ke Los Angeles, AS untuk berobat gigi. Untuk waktu yang lebih lama dari rencana semula, agaknya. Kali ini ny. Zuleicha, isterinya, ikut mendampinginya. Seperempat jam sebelum pesawat F-28 "Aron" penerbangan Pelita tinggal landas Kemayoran, Ibnu yang mengenakan jas musim panas biru kelam tanpa dasi, masih bercakap-cakap dengan beberapa pengantarnya. Juga dengan penjabat Dirut Pertamina yang baru Piet Haryono. Ruang VIP penuh oleh orang-orang Pertamina beserta nyonya, yang datang bergiliran sejak pukul 4 sore. Selain Piet Haryono, keenam direktur Pertamina yang ikut diberhentikan hadir semua. Tapi kalangan maskapai minyak perusahaan asing yang dekat dengan Pertamina tak kelihatan. Kecuali seorang wakil dari perusahaan Jerman Siemens, yang pernah men"traktir" Pertamina dalam ulangtahunnya di Jenewa. Dan dua orang Jepang. Juga tak kelihatan anggota Dewan Komisaris Pertamina. Kol. Syarnubi Said dan haji Taher yang sebelumnya terkenal dekat Ibnu juga tak tampak. There Goes...... Setelah menyalami rekan-rekannya satu per satu, Ibnu dan nyonya berpeluk cium dengan anak-anaknya, para mantu dan cucu. Matahari di langit Kemayoran sore itu agaknya rada malu-malu kucing, ketika tiba giliran terakhir Zuleicha dihantar hingga bibir tangga pesawat oleh Piet Haryono. Sang nyonya masih sempat menoleh sebentar dan melambai kepada para pengantarnya. Tampak beberapa wajah yang terharu. Lalu mesin pesawat menderu pukul 5 sore itu. Marah Junus, Kepala Humas Pertamina yang lama bekerja di bawah Ibnu Sutowo, berlinang sempat berkata pada wartawan TEMPO "There goes a great man..." Memang bagi banyak warga Pertamina, Ibnu Sutowo dipandang bagaikan seorang bapak angkat (godfather). Sekalipun kekuasaannya banyak dibatasi semenjak pecahnya krisis Pertamina lebih setahun lalu, beberapa pejabat dan orang di luaran masih menduga-duga untuk sementara dia akan dibiarkan tetap duduk sebagai Dirut. Sehari sekembali Ibnu Sutowo dari cuti sakitnya di Los Angeles, dia masih juga terbang ke Bali menggunakan pesawat pribadi jet kecil Hawker Siddely, guna menghadiri pembukaan KTT ASEAN. Dan sesaat setelah selesainya pertemuan puncak itu, bersama Presiden Ferdinand Marcos dari Filipina, Ibnu Sutowo masih santai bermain golf di lapangan Bedugul yang megah itu. Dan kembali ke Pertamina Cottage dari Bedugul naik heli bersama Marcos yang siap kembali ke Manila. Tak jelas apa yang dibicarakan kedua tokoh itu. Tapi kabarnya, Presiden Marcos mengajak Ibnu main golf sebagai balasan terima kasih bagi Menlunya Carlos Romulo yang ikut terbang bersama pesawat pribadi Ibnu dari Manila ke Jakarta. Bagi Ibnu Sutowo sendiri -- dan juga bagi banyak pejabat lain -- keputusan pemberhentiannya mungkin agak di luar dugaan. Sebagaimana juga komentar Jaeob Tobing Ketua Komisi VI DPR. merupakan sebuah surprise. Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Dewan Komisaris, "para Dewan Komisaris kabarnya baru diberitahu Selasa 3 Pebruari lalu". Para Komisaris adalah Menteri-Menteri Pertambangan, Keuangan. Ekuin, Perindustrian dan Pertahanan & Keamanan. Sedang Ibnu Sutowo sendiri baru tahu sehari sebelumnya, ketika di hari Senin itu seorang utusan khusus Presiden mendapat instruksi untuk memberitahukannya. Tapi lepas dari benar tidaknya kabar itu, Keputusan Presiden yang akhirnya memberhentikan Letjen Dr Ibnu Sutowo sebagai Dirut Pertamina merupakan suatu ketegasan, setelah ketidakpastian selama berbulan-bulan yang jadi pembicaraan banyak orang. Tak pelak lagi keputusan Presiden itu merupakan tindakan yang melegakan banyak pihak. Bersama dengan Ibnu Sutowo, Presiden juga memutuskan untuk memberhentikan segenap direktur Pertamina yang 7 orang itu dari jabatannya. Mereka terdiri dari Direktur Eksploitasi dan Produksi ir. Trisulo, Direktur Pengolahan dan Petrokimia ir. Sudarno Martosewo, Direktur Perbekalan Dalam Negeri Brigjen Judo Sumbono Direktur Umum ir. Wiyarso, Direktur Perkapalan drs. Sukotjo, Direktur Pelabuhan dan Pemeliharaan Kapal Mayjen Soehardiman dan Direktur Administrasi dan Keuangan Mayjen Piet Haryono yang dalam saat yang sama ditunjuk oleh Presiden sebagai Pejabat Dirut. Sebagaimana diketahui, melalui sebuah Keppres juga, Piet Haryono dan Wiyarso telah diangkat sebagai direktur Pertamina di penghujung Agustus tahun lalu. Sampai berita ini diturunkan di hari Minggu kemarin, belum ada berita siapa saja yang akan duduk menggantikan lapisan direksi yang kini kosong itu. Tapi beberapa sumber di lingkungan Pertamina dan Pertambangan menduga bahwa sebagian besar dari direktur itu akan diangkat kembali dalam jabatannya yang semula. Kecuali bagian yang dipandang tak tepat lagi untuk diteruskan sebagai Direktorat. Maka dengan SK Presiden para direktur itu telah diangkat kembali Senin kemarin. Kecuali Mayjen Suhardiman. Dan Piet Haryono merangkap sebagai Direktur Administrasi & Keuangan. Salah satu pertimbangan penting adalah untuk cepat kembali mengatasi kekosongan di Pertamina. "Akan tak baik kalau timbul vakum yang lama", kata seorang pejabat lain. Atau mungkin juga untuk memberikan waktu bernafas bagi Penjabat Dirut Piet Haryono, 56 tahun, yang kini dipasrahi mengeloa perusahaan negara yang sakit parah itu. Bagi orang Madiun yang sejak berpangkat Kolonel di MBAD sudah dipasrahi mengurus keuangan Angkatan Darat -- dan menjabat Dirjen Anggaran pada Departemen Keuangan sejak tujuh tahun lalu sampai sekarang -- Piet Haryono di kalangan rekan-rekan tehnokrat memang dikenal sebagai "sapu bersih". "Dia memang ahli dalam urusan menghemat uang", kata Menteri Sadli beberapa waktu lalu pada TEMPO. Sampai sekarang masih suka tinggal di rumah lamanya di jalan Musi, kakek dari 6 cucu yang tergolong sederhana hidupnya itu memang menghadapi ujian berat untuk bisa menyapu lebih bersih lagi. Lebih-lebih ketika diketahui bahwa hutang Pertamina kabarnya sudah beranak dua kali lipat dari dugaan semula.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus