Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Ancaman Banjir di Nusantara

Banjir kerap melanda bakal kawasan IKN Nusantara beberapa bulan terakhir. Diduga terkait dengan pemanfaatan lahan di daerah hulu yang menyebabkan penyempitan dan pendangkalan sungai.

24 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Eksploitasi di hulu menyebabkan pendangkalan dan penyempitan sungai di kawasan IKN.

  • Bencana lain juga mengintai IKN, seperti kebakaran.

  • Pemerintah berupaya menangkal banjir dengan membuat bendungan.

JAKARTA — Bencana banjir kembali melanda bakal lokasi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sepekan lalu. Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur, Pradarma Rupang, mengatakan Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, yang menjadi kawasan inti IKN memiliki tingkat ancaman banjir yang tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pradarma mengatakan wilayah Sepaku tidak memiliki sungai besar. Namun di wilayah hulu ada eksploitasi lahan yang menyebabkan penyempitan badan sungai-sungai kecil di Sepaku. "Akibat HTI (hutan tanaman industri)," kata dia kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, besarnya pemanfaatan lahan membuat tanah di kawasan hutan tersebut masuk ke badan sungai sehingga menyebabkan pendangkalan serta penyempitan. Akibatnya, bentang daerah resapan air menyusut. "Sungai Sepaku tidak hanya mengalami penyempitan, tapi juga pendangkalan ekstrem," ujar Pradarma.

Anjloknya daya tampung sungai, dia melanjutkan, sangat terasa saat hujan deras dan berkepanjangan. Kondisi semakin parah jika hujan mengguyur pada masa pasang naik air laut di muara, Teluk Balikpapan. Air yang tak bisa mengalir ke laut tertahan di badan sungai yang telat menyusut. Akibatnya, air meluber ke permukiman.

Pradarma mengatakan hujan selalu memicu banjir di kawasan ring 1 IKN—Sukaraja, Sepaku, Bumi Harapan, dan Pemaluan—beberapa bulan terakhir. Air memang tidak sampai menyentuh bakal lokasi Istana Negara karena berada di ketinggian 71 meter di atas permukaan laut. Namun permukiman di sekitar daerah itu akan terancam. "Apalagi struktur tanah di sana lempung, sehingga sulit menyerap air," ujarnya.

Banjir yang melanda RT 5 Dusun Kabo Desa Swargabara Sangatta, 19 Maret 2022. ANTARA/Adi Sagaria

Banjir menjadi masalah utama di Kalimantan Timur beberapa waktu belakangan. Selain Sepaku, bah menggenangi Sangatta di Kutai Timur sejak Sabtu pekan lalu dan baru mulai surut pada Selasa lalu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutai Timur menyatakan sekitar 25 ribu warga Sangatta menjadi korban banjir.

Kajian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) soal kawasan IKN menunjukkan pembabatan hutan di wilayah hulu serta sedimentasi sungai akibat aktivitas penambangan membuat sebagian daratan Kalimantan mengalami degradasi. "Sehingga di banyak sisi menjadi langganan banjir," kata Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Timur, Yohana Tiko.

Kajian Walhi juga mengungkap lokasi IKN sudah terkena paparan asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Luas kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Timur pada 2019 mencapai 6.715 hektare.

Per September 2019, ada 1.106 titik panas api. Laporan BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara menyatakan beberapa titik di ibu kota negara baru tak lepas dari ancaman kebakaran dan bencana asap. Lokasinya berada di Nenang, Gunung Seteleng, dan Lawe-Lawe.

Hasil analisis Forest Watch Indonesia pada 2018 mengungkapkan pesisir Teluk Balikpapan, yang menjadi kawasan IKN, memiliki indeks bahaya banjir yang tinggi. Nilainya mencapai 0,75 di sebagian besar daerah hulu sungai. Nilai tersebut dikategorikan sebagai zona bahaya tinggi banjir. Sedangkan nilai indeks kerentanan banjir di pesisir Teluk Balikpapan berada pada rentang 0,25-0,75. Artinya, wilayah pesisir memiliki kemungkinan terserang banjir jika hujan melebihi kondisi normal.

Melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pemerintah berupaya mengurangi ancaman banjir di IKN dengan membangun Bendungan Sepaku Semoi. Selain untuk menangkal banjir, bendungan ini berfungsi untuk menyediakan air baku berkapasitas 2.500 liter per detik untuk penduduk IKN.

Menteri Pekerjaan Umum Basoeki Hadimoeljono mengatakan bendungan yang memiliki luas genangan 280 hektare dan kapasitas tampung 10,6 juta meter kubik ini dapat mereduksi banjir hingga 55 persen. Dengan Bendungan Sepaku Semoi, Basoeki melanjutkan, penyediaan air baku IKN cukup hingga 2030. "Ke depan, kami akan membangun Bendungan Batu Lepek dan Bendungan Selamayu," kata dia. Tenaga pakar di kementerian juga merancang jaringan drainase sebagai upaya pengendalian banjir. "Untuk segera dikerjakan."

MAYA AYU PUSPITASARI | IMAM HAMDI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus