Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Inspirasi dari Vani, Fotografer Difabel di Asian Para Games 2018

Seorang remaja perempuan bernama Clara Vania Puspita adalah satu dari lima fotografer tunarungu di Asian Para Games.

15 Oktober 2018 | 16.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Asian Para Games menjadi ajang pembuktian kalau teman disabilitas juga bisa berkarya. Selain memberi kesempatan kepada atlet difabel untuk bertanding dan relawan dengan disabilitas untuk membantu momen tingkat internasional itu, ada pula fotografer difabel menjadi inspirasi di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang remaja perempuan bernama Clara Vania Puspita adalah satu dari lima fotografer tunarungu di Asian Para Games. "Aku sekarang kuliah semester lima di Institute Seni Indonesia Yogyakarta jurusan fotografi," ujar Vani yang diwawancara melalui tulisan di Main Press Center atau MPC, Gelora Bung Karno Arena, Senayan, Jakarta Pusat.

Vani menceritakan bagaimana dia bangkit dari rasa putus asa karena mengalami keterbatasan. Tapi dia bertekad tak ingin terus-menerus merepotkan orang tua. Berbekal kesukaannya pada fotografi saat masih SMP, Vani kemudian mendalami ilmu itu hingga bangku universitas.

Fotografer difabel Clara Vania Puspita berpartisipasi di Asian Para Games 2018.TEMPO | Khory

Orang tua mendukung keinginan Vani menggeluti bidang fotografi dengan membelikan kamera Canon 550D. "Tadinya saya ingin bekerja, cari uang untuk membeli kamera baru. Tapi orang tua bilang patungan saja untuk beli kamera barunya," kata perempuan 23 tahun ini.

Salah satu ilmu yang ingin dia pelajari adalah fotografi jurnalistik. Vani sudah mencoba beberapa kali mengambil gambar dengan angle yang lebih bagus, namun dia masih kesulitan karena masalah komunikasi. "Belajar fotografi jurnalistik itu sulit karena harus mencakup unsur 5W + 1H," ucap Vani.

Bagi teman-teman disabilitas, Vani berpesan agar jangan mudah mengeluh. "Kuncinya bersyukur," ucap Vani. Sebab, dia melanjutkan, tidak selamanya orang mendapat nikmat yang baik. Banyak juga yang mendapatkan hal buruk tapi tidak bersyukur. "Jangan terlalu dipikirkan ketika mendapatkan sesuatu yang buruk. Itu bukan berarti kurang kasih sayang, tapi bagaimana caranya mencari solusi."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus