Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Trenggalek - Peserta Pilkada Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak mengaku mengetahui persoalan di wilayah selatan Jawa Timur yang dikenal sebagai kantung kemiskinan dengan cukup baik. Karena dikelilingi hamparan laut, pembangunan yang tepat di wilayah itu haruslah berbasis maritim. Calon wakil gubernur pasangan Khofifah Indar Parawansa itu mengklaim telah melakukan berbagai upaya untuk membangun infrastruktur, yang salah satunya menggalang sejumlah kepala daerah di wilayah eks-Karesidenen Kediri dan Madiun untuk membangun bandar udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Soal kemiskinan Emil memiliki pandangan berbeda dengan calon gubernur pasangan lawannya, Syaifullah Yusuf. Jika Gus Ipul menilai kemiskinan di Jawa Timur banyak terjadi di wilayah pedesaan seperti kawasan selatan dan Madura, Emil berpendapat lain. “Laju penurunan ekonomi atau kemiskinan terjadi di perkotaan, bukan pedesaan,” kata Emil kepada Tempo, Kamis 12 April 2018..
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Cegah Korupsi, KPK Beri Pembekalan Peserta Pilkada Jawa Timur ...
Menurut Emil, persoalan itu bisa dituntaskan dengan cepat melalui program yang Jalin Matra atau Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Rakyat. Pemerintahan Khofifah - Emil akan menanggulangi feminisasi kemiskinan dengan sasaran kepala rumah tangga perempuan. Dengan jumlah 40 ribu masyarakat sangat miskin dan 75 ribu kepala rumah tangga perempuan di Jawa Timur, kata Emil, hanya dibutuhkan biaya Rp100 miliar dalam APBD tahun 2019 untuk menuntaskannya.
Program serupa juga disampaikan Gus Ipul yang akan menggelar musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) khusus perempuan sebagai awalan musrenbang reguler. Cara ini untuk menyerap lebih banyak aspirasi perempuan dalam program pembangunan Jawa Timur.
Saat ditanya tentang debat kandidat peserta Pilkada Jawa Timur yang digelar Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur Selasa, 10 April 2018, Emil mengaku cukup puas. Sesi debat langsung antar kandidat, menurut dia, juga berlangsung dinamis.
Dalam pengarahan teknis sebelum acara, para kandidat sudah diberitahu untuk memanfaatkan sesi itu berdialog secara bebas. Batasan waktu yang diberikan setiap kandidat adalah empat menit. Namun dalam praktiknya, durasi waktu tak banyak dipatuhi sehingga kerap mengurangi jatah bicara lawan. “Mbak Puti menyampaikan pernyataan melebihi batasan waktu hingga mengurangi porsi kami,” kata Emil.
Baca: Saifullah Yusuf Lebih Dikenal dan Disukai Responden Pilgub Jatim ...
Namun sebagai kandidat, suami artis Arumi Bachsin ini mengaku siap mengikuti apapun aturan permainan debat yang ditetapkan. Hanya saja konsekuensi dari debat langsung adalah siapapun bisa memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbicara. Di sinilah kemampuan komunikasi dan penguasaan situasi dibutuhkan agar tak terintimidasi lawan bicara.
“Jika memang mekanisme ini dikeluhkan, silakan ditata ulang untuk debat berikutnya apakah alurnya dipegang moderator atau dilepas.”