Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Berita Tempo Plus

Maju-Mundur Pemulangan Simpatisan ISIS

Ringkasan berita sepekan.

8 Februari 2020 | 00.00 WIB

Warga negara Indonesia yang menjadi simpatisan ISIS di Raqqa, Suriah, Mei 2019. TEMPO/Hussein Abri Dongoran
Perbesar
Warga negara Indonesia yang menjadi simpatisan ISIS di Raqqa, Suriah, Mei 2019. TEMPO/Hussein Abri Dongoran

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Jokowi menolak pemulangan simpatisan ISIS, tapi rencana itu tetap dikaji pemerintah.

  • Kejaksaan Agung menetapkan tersangka baru kasus Jiwasraya.

  • Gerebek PSK, politikus Gerindra Andre Rosiade menuai kecaman.

PRESIDEN Joko Widodo tak setuju terhadap rencana membawa kembali warga negara Indonesia yang menjadi simpatisan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang berada di Timur Tengah. “Jika bertanya kepada saya, saya akan bilang tidak. Tapi masih akan dibahas dalam rapat terbatas dengan para menteri,” kata Jokowi di Istana Negara, Rabu, 5 Februari lalu.

Rencana pemulangan simpatisan ISIS disampaikan Menteri Agama Fachrul Razi pada Sabtu, 1 Februari lalu. Menurut dia, dalam waktu dekat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akan memulangkan sekitar 600 simpatisan ISIS. Setelah menuai kritik, Fachrul mengatakan rencana itu masih dikaji.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. menyatakan pemerintah telah membentuk tim khusus untuk mengkaji risiko pemulangan simpatisan ISIS. Kajian itu akan menentukan keputusan pemerintah. “Ada dua alternatif, memulangkan karena mereka warga negara atau mereka tidak dipulangkan karena melanggar hukum,” kata Mahfud.

Tim tersebut dipimpin Kepala BNPT Suhardi Alius. Menurut Mahfud, pemulangan simpatisan ISIS harus disertai alasan jelas. Karena itu, tim juga akan merancang program deradikalisasi. Mahfud berujar, keputusan akan diambil pada Mei atau Juni mendatang dengan meminta pertimbangan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

Pengamat terorisme, Sidney Jones, menyarankan pemerintah memulangkan WNI simpatisan ISIS di Suriah secara bertahap, dimulai dari kelompok paling rentan, seperti anak yatim-piatu berusia di bawah 15 tahun dan tidak memiliki pendamping. Menurut dia, sejumlah negara, seperti Australia, Jerman, Norwegia, dan Amerika Serikat, sudah memulangkan beberapa anak dan perempuan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Stefanus Teguh Edi Pramono

Bekerja di Tempo sejak November 2005, alumni IISIP Jakarta ini menjadi Redaktur Pelaksana Politik dan Hukum. Pernah meliput perang di Suriah dan terlibat dalam sejumlah investigasi lintas negara seperti perdagangan manusia dan Panama Papers. Meraih Kate Webb Prize 2013, penghargaan untuk jurnalis di daerah konflik, serta Adinegoro 2016 dan 2019.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus