Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Siaga Militer Setelah Insiden Mugi

TNI meningkatkan strategi operasi dari pendekatan lunak ke siaga tempur di Papua. Pasukan operasi akan dirotasi.

19 April 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • TNI memilih opsi operasi siaga tempur karena menimbang situasi terakhir di Papua.

  • Meski mengubah strategi, TNI tak akan menambah pasukan ke Papua.

  • TPNPB-OPM mengultimatum akan menghabisi seluruh pasukan TNI-Polri di Papua.

JAKARTA – Operasi pasukan TNI di Papua berubah drastis setelah insiden penembakan terhadap Tim Satuan Tugas Gabungan Batalion Infanteri Raider 321 Galuh Taruna dan Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat di Distrik Mugi, Nduga, Provinsi Papua Pegunungan. Sebelum insiden itu, TNI menekankan pendekatan lunak untuk membebaskan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Tapi kini TNI mengubah strategi ke operasi siaga tempur di Papua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan pihaknya harus memilih opsi operasi siaga tempur karena menimbang situasi terakhir di Papua. “Ini perlu dengan menghadapi serangan yang seperti ini, agar pasukan kita naluri tempurnya terbangun,” kata Yudo saat telekonferensi di Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Selasa, 18 April 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut ini menjelaskan, siaga tempur di Papua itu bukanlah operasi terbaru yang dilakukan TNI. Pasukan TNI melakukan operasi serupa di Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, dengan nama sandi operasi siaga tempur laut.

Ia mengatakan TNI sebenarnya berharap operasi penyelamatan Philip tetap menggunakan pendekatan lunak. “Tapi, dengan menghadapi (situasi) seperti ini, ya, harus tetap melaksanakan siaga tempur,” kata Yudo.

Meski mengubah strategi, Yudo memastikan tak ada penambahan pasukan dan tidak akan menambah alutsista ke Papua. TNI hanya akan melakukan rotasi pasukan dengan jumlah serupa. “Jadi, pasukan yang sudah bertugas lama, morilnya turun, ya, kami ganti dengan pasukan yang baru,” katanya.

Pilot Susi Air asal Selandia Baru Philip Mehrtens bersama anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua, 14 Februari 2023. REUTERS via Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)

Sabtu lalu, TPNPB-OPM--demikian pihak TNI-Polri menyebut kelompok separatis dan teroris—menyerang 36 anggota pasukan Satgas Gabungan Yonif Raider 321 Galuh Taruna dan Kopassus di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga. Serangan pertama terjadi saat pasukan gabungan mendekati lokasi kelompok Egianus Kogoya yang menyandera Philip Mark Mehrtens. TPNPB-OPM menyandera pilot asal Selandia Baru itu sejak 7 Februari lalu. 

Insiden pertama ini mengakibatkan Prajurit Satu Miftahul Arifin dari Yonif Raider 321 tewas tertembak. Lalu, saat pasukan lainnya hendak mengevakuasi Miftahul, terjadi serangan susulan dari TPNPB-OPM. Empat anggota pasukan TNI terluka akibat serangan kedua ini. 

Pihak TPNPB-OPM mengklaim enam orang prajurit TNI tewas tertembak dalam insiden ini. Mereka juga mengklaim sudah mengeksekusi 13 tentara yang sempat disanderanya. Namun Yudo Margono membantah klaim tersebut. Yudo menyebutkan hanya empat prajurit TNI yang terluka akibat serangan itu. Mereka masih hidup dan sudah dievakuasi ke rumah sakit. 

“Yang belum terkonfirmasi sampai saat ini ada empat personel, masih kami cari. (Pasukan) yang lain sudah di Pos Mugi,” kata Yudo.

Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Muda Julius Widjojono, mengatakan saat terjadi baku tembak, Miftahul terjatuh ke jurang sedalam 15 meter. “Ketika ditolong, tim mendapatkan serangan ulang,” kata Julius di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Ahad lalu. 

Personel TNI/Polri berada di dekat helikopter yang mendarat di Distrik Kenyam, Kabupaten Ndunga, Papua Pegunungan, 8 Februari 2023. ANTARA/HO/Humas Pendam Cenderawasih

Lokasi Operasi Siaga Tempur 

Julius Widjojono menjelaskan, operasi siaga tempur pasukan TNI akan berlaku di sejumlah titik rawan konflik bersenjata di Papua. Satu daerah di antaranya yang masuk operasi militer ini adalah Kabupaten Nduga. 

Menurut Julius, saat ini tim gabungan TNI sudah memahami pola operasi dan karakter kelompok Egianus Kogoya. Ia pun optimistis peluang keberhasilan operasi pembebasan pilot Susi Air semakin besar setelah adanya instruksi operasi siaga tempur.

 “Dengan arahan Panglima TNI yang sangat terang benderang dan jangan ragu, insya Allah akan berhasil kami tumpas,” kata Julius. “Panglima tegaskan, siaga tempur diambil karena tidak mau lagi ada korban di masyarakat atau TNI.”

Pengamat militer, Connie Rahakundini, berpendapat langkah Panglima TNI meningkatkan strategi operasi ke siaga tempur merupakan cara yang cukup relevan mengatasi konflik di Papua. Sebab, diperlukan operasi militer yang bersifat serentak untuk menghadapi separatisme di Papua. “Belajar dari pengalaman di Aceh. Saat presiden dan panglima keluarkan perintah operasi militer, dalam beberapa waktu Gerakan Aceh Merdeka langsung minta gencatan senjata dan perdamaian,” kata Connie. 

Co-founder Institute for Security and Strategic Studies, Khairul Fahmi, berpendapat berbeda dengan Connie. Khairul menjelaskan, meski operasi siaga tempur TNI diperbolehkan, Panglima TNI dan pemerintah semestinya mempertimbangkan nasib warga sipil yang terkena dampak operasi tersebut. Ia mengatakan strategi terbaru itu mempunyai sisi positif dan negatif. “Negatifnya, ini akan meningkatkan potensi ancaman, intensitas kekerasan, hingga rasa takut bagi masyarakat,” kata Khairul.

Ia menyarankan agar penerapan operasi militer itu tetap dibarengi dengan pendekatan lunak. Misalnya, TNI terus berkomunikasi dengan masyarakat dan mengevakuasi masyarakat dari zona konflik. Proses evakuasi itu mesti melalui persiapan yang matang, dari lokasi pengungsian, logistik, hingga jaminan keamanan. “Siaga tempur ini bisa dijalankan asalkan upaya pendekatan lunak di masyarakat juga terus dilakukan,” ujarnya.

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono (tengah) memberikan keterangan terkait kontak tembak antara TNI dengan KKB Papua, di Base Ops TNI Lanudal Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, 18 April 2023. ANTARA/Umarul Faruq

Adapun Yudo Margono menegaskan, TNI tetap menerapkan pendekatan lunak meski memilih opsi siaga tempur di lapangan. Pendekatan lunak itu hanya diberlakukan kepada masyarakat sipil. 

“Operasi militer humanis bukan untuk kelompok kriminal bersenjata. (Operasi) itu untuk masyarakat Papua,” kata Yudo. “Jadi, ketika kontak tembak, naluri tempur harus muncul. Makanya kami berlakukan siaga tempur.”

Ultimatum TPNPB-OPM

Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mengatakan operasi militer tersebut akan mengakibatkan lebih banyak jatuh korban di pihak Indonesia. “Semakin kalian bertempur, semakin banyak korban yang akan jatuh. Kalian tidak diberkati, tidak punya hukum perang seperti kami orang Papua,” kata Sebby. 

Sebby juga mengultimatum akan menghabisi seluruh pasukan TNI-Polri yang belum diketahui keberadaannya setelah insiden di Distrik Mugi tersebut. “Kami sedang memburu mereka yang lari,” kata dia.

Julius Widjojono mengatakan TNI-Polri tidak takut dengan ultimatum TPNPB-OPM tersebut. Ia menilai ancaman Sebby itu hanya upaya untuk menebar ketakutan di masyarakat. “Mereka mau eksekusi 13 prajurit, silakan saja. Mohon dibuktikan mana yang klaim telah eksekusi 13 orang anggota,” kata Julius.

Adapun Yudo Margono mengimbau masyarakat Papua agar tak khawatir dengan ancaman TPNPB-OPM. Sebab, TPNPB-OPM sengaja menebar ketakukan dengan mendistribusikan kabar bohong atau hoaks di masyarakat. “Silakan diolah sendiri mana yang benar. Mereka memang berniat menyebarkan hoaks,” kata Yudo.

ANDI ADAM FATURAHMAN

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus