Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jumlah pasien Covid-19 yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri terus bertambah.
Jumlahnya mencapai 365 orang, bertambah dibanding laporan pada Sabtu lalu yang sebanyak 265 orang.
Epidemiolog menilai kematian saat isolasi mandiri menunjukkan kegagalan deteksi dini.
JAKARTA – Relawan pemakaman di Yogyakarta, Wisnu T. Wardhana, bercerita lebih banyak menjemput jenazah yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri akhir-akhir ini. Jenazah itu merupakan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dan pasien suspek atau yang memiliki gejala infeksi virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wisnu mengatakan tak menghitung jumlah pasti jenazah yang sudah ditangani. Yang jelas, maraknya penjemputan jenazah di rumah sudah berlangsung sejak dua pekan lalu. “Kalau sehari tiga orang, ya, ada. Mereka meninggal saat isolasi mandiri semua,” ujar Wisnu, yang juga koordinator tim penanganan jenazah infeksius Palang Merah Indonesia Bantul, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Wisnu, kebanyakan pasien meninggal di rumah karena tak kebagian ruangan di rumah sakit yang sudah disesaki pasien terkait Covid-19. Otoritas provinsi mencatat tingkat keterisian ranjang isolasi sudah mencapai 96,79 persen dan tempat tidur ICU menyentuh 70,71 persen.
Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta, Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan tak ada satu pun rumah sakit rujukan Covid-19 di Yogyakarta yang berada dalam kondisi ideal melayani pasien Covid-19. Situasi ini belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan karena, beberapa hari terakhir, kasus harian yang dilaporkan di Yogyakarta lebih dari seribu orang.
Lembaga advokasi penanganan wabah, LaporCovid-19, mencatat Yogyakarta sebagai daerah kedua terbanyak dalam hal kasus kematian di luar rumah sakit. Jumlahnya, sejak bulan lalu, sebanyak 79 orang. Sementara itu, di tingkat nasional, jumlah kematian di luar rumah sakit sebanyak 365 orang, bertambah dibanding laporan pada Sabtu lalu yang sebesar 265 orang.
Relawan data LaporCovid-19, Said Fariz Hibban, mengatakan data itu dirangkum berdasarkan kasus-kasus yang terungkap dalam pemberitaan media, laporan warga, dan media sosial yang telah diverifikasi. Selain saat isolasi mandiri, ratusan kematian itu terjadi ketika warga sedang berupaya mencari fasilitas kesehatan ataupun menunggu antrean pelayanan darurat di rumah sakit. “Saya yakin jumlah sebenarnya jauh lebih besar dari itu,” kata Said.
Petugas kesehatan memeriksa warga positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di permukiman di Bandung, Jawa Barat, 28 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia
Provinsi Jawa Barat tercatat memiliki kasus kematian tertinggi di luar rumah sakit, yaitu sebanyak 128 kasus. Dalam salah satu kasus di Tasikmalaya, misalnya, dua warga Kecamatan Indihiang meninggal saat menjalani isolasi mandiri.
Ketua rukun warga setempat, Edi Junaedi, menyatakan bahwa kedua warga yang merupakan kakak-adik ini mengira hanya mengalami sakit biasa. Setelah menjalani tes usap polymerase chain reaction (PCR) dan hasilnya positif, mereka menjalani isolasi mandiri di rumah selama sepekan.
Setelah kedua warga itu meninggal, petugas setempat memeriksa keluarga mereka yang juga tinggal dalam satu rumah. Hasilnya, ayah, ibu, bibi, dan adiknya positif terinfeksi Covid-19. “Semua anggota keluarga yang positif sudah dibawa untuk diisolasi di rumah sakit,” kata Edi.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya, Indra Risdianto, menyebutkan jumlah pasien positif Covid-19 yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri di daerahnya sebanyak 19 orang. Sebanyak 15 orang di antaranya berstatus positif, sedangkan sisanya merupakan kasus probable.
Untuk mencegah tren berlanjut, pemerintah provinsi menggelontorkan obat-obatan gratis dan vitamin untuk pasien yang tengah menjalani isolasi mandiri. Pemerintah provinsi juga tengah menjajaki kemungkinan pengiriman bantuan tabung oksigen bagi pasien Covid-19.
Ada tiga jenis paket yang dikirim untuk pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri. Paket pertama berupa vitamin dan suplemen untuk pasien Covid-19 tanpa gejala. Paket kedua dan ketiga masing-masing berisi antibiotik dan vitamin untuk pasien Covid-19 yang menunjukkan gejala ringan.
Paket dikirim kepada warga yang telah mendaftar di Pusat Koordinasi dan Informasi Covid-19 tingkat provinsi. “Ada delapan ribuan yang memohon obat-obatan dan ada 11 ribuan pertanyaan konsultasi kepada tim dokter,” kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Di Surabaya, Jawa Timur, warga kampung Manukan bernama Sulaiman meninggal di rumahnya lantaran tak kebagian tempat tidur di rumah sakit. Tetangga dekat Sulaiman, Rafiq, menuturkan Sulaiman sempat diboyong ke rumah sakit terdekat pada Selasa lalu karena sesak napas. Namun, karena kelebihan pasien, pihak rumah sakit tidak bisa merawat Sulaiman. Pasien berusia 37 tahun itu hanya diberi tabung oksigen.
Selama menjalani karantina, Sulaiman hanya ditemani istrinya. Sebagian kebutuhan makanan sehari-hari Sulaiman selama masa isolasi dipenuhi oleh tetangganya.
Pada Rabu malam, sejumlah warga mendengar bahwa sesak napas yang dirasakan Sulaiman semakin parah. “Tapi tetangga hanya berani menengok dari luar pagar karena Sulaiman sudah memakai alat bantu pernapasan,” kata Rafiq saat dihubungi.
Mereka pun menghubungi rumah sakit, puskesmas, hingga nomor telepon 112 layanan darurat pemerintah Surabaya. Namun, hingga larut malam, tidak ada petugas yang datang. “Waktu ditelepon, petugas kesehatan menjawab sedang kewalahan menangani pasien, sehingga tidak bisa datang,” kata Rafiq. Sulaiman pun mengembuskan napas terakhir pada kemarin pagi.
Di Pontianak, Kalimantan Barat, seseorang bernama Sabrina justru tidak bisa mendapat layanan pemeriksaan PCR di puskesmas meski berstatus kontak erat dari adiknya yang terkonfirmasi positif Covid-19. Alasannya, kata Sabrina, dia dianggap tidak mengeluhkan gejala, sehingga petugas setempat hanya menganjurkan isolasi mandiri di rumah.
“Saya juga membeli sendiri obat-obatan. Saya belum sempat lapor pengurus RT karena, selain adik saya yang positif, ternyata ibu saya mengalami gejala yang sama dan kesehatannya terus menurun hingga saat ini kritis,” kata Sabrina.
Melihat banyaknya angka kematian di luar rumah sakit, Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia, Slamet Budiarjo, meminta pemerintah mengefektifkan konsultasi via aplikasi pelayanan kesehatan online. Upaya ini juga dianggap dapat mengurangi beban tenaga kesehatan yang tengah berjibaku menangani lonjakan jumlah pasien di rumah sakit.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah telah bekerja sama dengan 11 aplikasi penyedia layanan telemedicine untuk memantau kondisi pengidap Covid-19. Prosesnya, pasien yang memperoleh hasil positif Covid-19 dari fasilitas milik pemerintah akan mendapat tautan penawaran konsultasi otomatis yang dikirim ke nomor telepon selulernya. “Begitu sudah konsultasi, pasien memasukkan satu kode. Nanti kode itu akan membuka jalan mendapatkan obat gratis,” kata Budi.
Ahli epidemiologi dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, menilai banyaknya warga yang meninggal saat isolasi mandiri menunjukkan kegagalan deteksi dini. Menurut dia, deteksi dini sangat vital untuk mengetahui tingkat kerentanan seorang pasien. Hingga saat ini, jumlah tes di Indonesia menyentuh 130 ribu spesimen per hari. Namun sebagian besar di antaranya berada di Pulau Jawa.
Kondisi tersebut diperparah oleh penanganan yang jauh dari optimal karena rumah sakit disesaki pasien. “Hal inilah yang mengakibatkan kematian,” kata Dicky.
ROBBY IRFANY | AHMAD FIKRI | PRIBADI WICAKSONO | KUKUH S. WIBOWO | ROMMY ROOSYANA | ASEANTY PAHLEVI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo