Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan berniat mengambil sampel muntahan paus atau ambergris, yang ditemukan nelayan asal Desa Pasar Lama, Kecamatan Kaur Selatan, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, pada 2 November 2017. Nelayan bernama Sukadi itu menemukan benda yang diduga ambergris seberat 200 kilogram.
"Betul KKP ingin mendapatkan sampelnya (ambergris)," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nilanto Perbowo kepada Tempo di Jakarta, Selasa, 14 November 2017.
Baca juga: Muntahan Paus Bernilai Tinggi, Peneliti LIPI Khawatir
Namun sejauh ini pihaknya masih kesulitan mendapatkan lokasi dan nomor telepon nelayan yang mendapatkan muntahan paus tersebut. "Kami masih perlu melakukan analisis lebih dahulu (ambergris itu)," ucapnya.
Nilanto mengaku ingin mengetahui lebih banyak mengenai ambergris itu. Alasannya, temuan tersebut menarik dipelajari. Apalagi harga jual ambergris cukup tinggi. "Itu berkah bagi nelayan yang menemukan," tuturnya.
Berdasarkan sejumlah informasi yang dihimpun Tempo, ambergris adalah sekresi patologis atau muntahan paus sperma atau Physeter macrocephalus karena penyakit. Ambergris tersebut dihasilkan dari reaksi terhadap iritasi perut yang disebabkan kepala cumi-cumi dan kerang tertentu.
Paus mengeluarkan amber itu secara spontan. Namun paus yang menghasilkan ambergris sangat sedikit, diperkirakan 3-4 persen saja, dan biasanya hanya yang pejantan.
Baca juga: Muntahan Paus Dibawa ke Universitas Bengkulu untuk Diteliti
Ambergris yang baru dimuntahkan pada umumnya mempunyai warna kehitaman dan gelap, lunak, dan bau tidak enak. Kemudian, karena pengaruh air laut dan udara, warna amber menjadi sedikit cerah antara abu-abu dan silver sampai abu-abu sempurna, sampai akhirnya akan berwarna putih. Baunya akan menjadi lebih lembut, manis, menyenangkan, dan khas.
Sukadi mengaku secara tidak sengaja melihat benda berwarna putih tersebut mengapung saat melaut di sekitar Pulau Enggano. "Awalnya, saya pikir itu limbah, tapi saat dipegang, saya merasakan ini tidak seperti limbah, makanya kemudian saya simpan," katanya saat dihubungi, Senin, 13 November 2017.
Sukadi mengatakan benda itu memiliki tekstur lembut, ringan, dan jika dipegang terasa menyerupai lilin. Jika dipanaskan akan meleleh dan dapat digunakan untuk menghidupkan api. Jika dirupiahkan, muntahan paus temuan Sukadi itu ditaksir bisa mencapai Rp 4,4 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini