Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UPACARA itu berlangsung secara sederhana dan singkat -- kurang dari setengah jam. Dihadiri belasan perwira tinggi: Menhankam Jenderal Jusuf serta para Pangdam, Pangkodau, Pangdaeral dan para Kadapol sewilayah Kowilhan II (Jawa-Nusa Tenggara, Jumat pekan lalu Letjen Widjojo Soejono menyerahkan jabatan Pangkowilhan II pada penggantinya, Letjen Wiyogo Atmodarminto. Serah terima itu merupakan bagian dari rangkaian pergantian jabatan teras di lingkungan Hankam, yang oleh beberapa kalangan dianggap cukup cepat. Sebab umumnya diduga tidak akan ada pergantian besar menjelang Pemilu 1982. Widjojo Soejono sendiri pada 27 Desember lalu menerima jabatan baru sebagai Kaskopkamtib yang sebelumnya dirangkap oleh Kepala Bakin Jenderal Yoga Soegama. Sedang jabatan lama Wiyogo -- Pangkowilhan I yang tidak sampai satu tahun dipangkunya, telah diserahkannya 31 Desember lalu pada Letjen Soesilo Soedarman. Jabatan Soesilo sebelumnya, Danjen AKABRI dua hari sebelum itu telah ditimbangterimakan pada bekas Kepala Pusat Cadangan Nasional Mayjen Jullius Henuhili. Pergantian jabatan tersebut bukanlah berarti peremajaan, sebab usia para perwira tinggi tersebut tidak jauh berbeda dan mereka termasuk perwira generasi 45. Beberapa di antaranya adalah tamatan Militer Akademi Yogyakarta, misalnya Wiyoga (54 tahun) dan Soesilo Soedarman. Kaskopkamtib yang baru, Widjojo Soejono (52 tahun) adalah putra kelahiran Tulungagung (Jawa Timur) yang dikenal sebagai penggemar karate dan saat inl masih mengetuai organisasi karate nasional Lemkari. Bekas komandan RPKAD (kini Koppasandha) ini memulai karir militernya di Peta pada zaman pendudukan Jepang. Dia pernah dua kali menjabat Pangdam -- Merdeka dan Brawijaya. Sewaktu meninggalkan jabatan Pangdam VIII/Brawijaya pada 1975, Widjojo pernah mengadakan acara perpisahan dengan berbagai kelompok masyarakat, antara lain sekitar 10.000 tukang becak Surabaya. Pulang Kandang Tampaknya kali ini Widjojo tidak akan sempat mengadakan acara perpisahan itu. "Saya harus cepat bertugas di Jakarta. Tapi kebiasaan dialog dengan masyarakat, dengan para ulama misalnya, akan terus saya lakukan," ujarnya Senin lalu di Surabaya pada Ibrahim Husni dari TEMPo. Sebagai Pangkowilhan II, Widjojo yang menerapkan sistem keamanan swakarsa ini memang sering berdialog dengan para ulama. Ia pula yang mengganti istilah Komando Jihad -- walau masih terus dipakai sebagian perwira tinggi rekannya, dengan istilah yang dipandangnya lebih tepat: Gerakan Teror Warman. Yang digantikan Widjojo sebagai Kaskopkamtib, Jenderal Yoga Soegama, masih akan menjabat sebagai Kepala Bakin. Namun agaknya Mei depan, di saat berusia 56 tahun, ia akan pensiun. Bakin sebetulnya bukan suatu badan yang termasuk militer hingga seorang yang sudah pensiun sebetulnya masih bisa aktif di situ. "Tetapi lebih baik saya pensiun saja," ujar Yoga seusai serah terima jabatan Kaskopkamtib akhir Desember lalu. Alasannya, kalau mau tetap sebagai Kabakin berarti statusnya adalah pegawai honorer yang tiap saat harus terus diperpanjang. Dan itu dianggapnya merugikan masa dinasnya selama 35 tahun di ABRI. Menurut ketentuan, batas usia pensiun buat perwira tinggi ABRI yang masih berlaku saat ini adalah 55 tahun. Namun Presiden berhak memberikan izin perpanjangan, tiap kali setahun buat mereka yang dianggap perlu diperpanjang masa aktifnya. Bekas KSAD Jenderal Widodo misalnya, termasuk perwira tinggi yang pernah diperpanjang masa aktifnya. Buat Pangkowilhan II yang baru, bertugas di Yogyakarta dianggapnya sebagai pulang kandang. Yogyakarta memang kota kelahiran Wiyogo. Di kota gudeg ini pula ia menamatkan HIS, SMP dan SMA-nya. "Kalau nanti saya pensiun biarlah tetap di Yogya ini," ujarnya. Tentang tugasnya yang baru ini Wiyogo tidak mau banyak bicara. "Saya masih akan melakukan inventarisasi masalah dulu. Yang jelas apa yang telah dilakukan Pak Widjojo akan saya lanjutkan," tegasnya Senin lalu. Banyak dugaan pergantian jabatan dalam Hankam dalam waktu dekat ini masih akan ada. Beberapa perwira tinggi dan menengah tingkat Pangdam dan Danrem kabarnya akan diganti juga. Ada yang menduga, itu ada hubungannya dengan beberapa kejadian di bidang keamanan yang terjadi belakangan ini, misalnya di Ja-Teng. Tapi ada pula yang berpendapat, pergantian itu sebagai soal rutin saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo