Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mojokerto - Calon gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyindir faktor keturunan atau ‘darah biru’ yang dijadikan alat kampanye pilkada. Sindiran ini terlontar saat menangapi pertanyaan wartawan mengenai larangan penggunaan atribut organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dalam pilkada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Khofifah yang masih menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muslimat NU itu setuju dengan larangan tersebut. “Saya setuju. Tolong diingatkan kalau ada yang menggunakan atribut itu. Aturan itu bisa dikawal dan semua bisa mentaati,” katanya saat menghadiri temu alumni dan seminar di Institut KH Abdul Chalim milik pesantren Amanatul Ummah, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Ahad, 21 Januari 2018.
Baca: Khofifah Berharap Tidak Ada Kampanye Hitam di Pilgub Jatim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanggapan Khofifah pun melebar sampai soal atribut sosial berupa faktor keturunan yang kadang-kadang dibawa dalam ajang pemilu atau pilkada. “Yang tidak boleh memberikan atribut itu yang (bilang) cucu siapa dan cicit siapa,” katanya.
Pernyataan itu menyindir kampanye tim sukses pesaingnya, Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno, di media sosial. Sejumlah gambar Gus Ipul-Puti tersebar di media sosial dengan keterangan Gus Ipul sebagai cicit pendiri NU KH Bisri Sansuri dan Puti cucu dari Presiden RI pertama Soekarno.
Khofifah juga tak ingin jabatannya di NU sebagai ormas terbesar dibawa-bawa dalam politik untuk mendulang suara. “Di sini pun tidak ada yang bilang saya Ketua Umum Muslimat NU,” katanya.
Baca: Pamit sebagai Mensos, Khofifah Unggah Foto Dipeluk Menteri Susi
Khofifah Indar Parawansa juga membantah selalu menggunakan pengaruhnya di Muslimat NU setidaknya dalam tiga kali jadi peserta Pilkada Jawa Timur. “Ibu-ibu Muslimat kalau dari dulu kita kampanye mereka tidak pakai seragam organisasi,” katanya.