Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ian Treherne dilahirkan tanpa organ pendengaran dan mengalami kemunduran penglihatan secara progresif di usia 15 tahun. Multi disabilitas sensorik itu tidak mengurangi kemampuan Ian memposisikan kameranya secara cermat dan presisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya selalu mengobservasi sesuatu dari pandangan masa lalu saya, hal ini yang tidak banyak diperhatikan beberapa fotografer. Kemampuan mengobservasi objek ini yang membantu saya dalam fotografi," ujar Ian Treherne seperti dikutip dari sebuah wawancara yang dikutip dari situs berita BBC.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pria berumur 41 tahun tersebut didagnosa mengalami Usher Syndrom yang banyak dialami 30 persen warga negara Inggris. Ian Treherne kehilangan 95 persen penglihatannya dan hanya tersisa lapang pandang sebesar lubang kunci.
Selama lebih dari tiga dekade Ian Treherne merahasiakan keadaannya. Dia merasa belum siap menerima identitas sebagai penyandang multi-disabilitas di usia 15 tahun. "Waktu itu keadaan masih sulit menerima seorang difabel, banyak halangan yang harus saya lalui, termasuk kemungkinan bullying," ujarnya.
Ian Treherne, seorang penyandang disabilitas netra dan tuli yang menjadi fotografer. Foto: Instagram ian_treherne
Fotografer yang tinggal sendiri di wilayah Rochford, Essex, ini sempat mengalami masa masa sulit, setelah diberhentikan dari pekerjaannya di studio cetak. Keadaan yang dirahasiakan itu membuat Ian banyak melakukan kesalahan, sementara perusahaan tidak mengetahui kondisi kemunduran pandangannya.
Di tengah kesulitan itu, Ian Treherne memperdalam kemampuan fotografi dan membuat sketsa. Dia mencoba membuka diri mengenai keadaan yang sebenarnya. "Justru ketika saya lebih terbuka, banyak orang datang ke saya di masa sulit mereka," ujarnya. Orang yang datang tersebut membuka jalannya berkiprah di dunia fotografi.
Sejak itu Ian menjadikan fotografi sebagai lahan mendapatkan rezeki sekaligus proyek idealisnya. Dia mengaku banyak dipengaruhi karya fotografer David Bailey and John French. Di tengah penglihatan yang hanya tersisa 5 persen, Ian Treherne mengaku mengalami banyak tantangan untuk mewujudkan gambar-gambar yang inklusif.
Ian Treherne tidak ingin menyerah. "Suatu saat, bila pandangan saya hilang sama sekali, saya ingin dunia tahu ada seorang disabilitas netra yang dapat mengabadikan gambar-gambar tanpa kemampuan melihat," katanya.