Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Institut Teknologi Bandung (ITB) punya beragam kisah untuk menggapai cita-cita dan harapannya kuliah di kampus negeri. Salah satu peserta mengalami kecelakaan saat pergi ke lokasi ujian. “Ada peserta yang ujian sambil menahan nyeri,” kata Koordinator Pelaksana Pusat UTBK ITB Achmad Rochliadi di ITB, Senin, 22 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peserta itu mengalami luka di bagian dagu karena mengalami kecelakaan sepeda motor saat pergi ke lokasi ujian. Panitia yang mengetahui kejadian itu menawarkan bantuan agar peserta tersebut diperiksa oleh tim medis di lokasi ujian. “Tapi dia menolak diobatin katanya mau ujian dulu,” ujar Achmad.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara seorang peserta lainnya, Ahmad Faiz, 19 tahun, punya tekad lain. Dia gigih memilih lagi jurusan Statistika dengan pilihan pertama di Universitas Gadjah Mada dan pilihan kedua di Universitas Padjadjaran. Pada tahun lalu, Ahmad yang merupakan lulusan SMA Al-Azhar itu memilih jurusan yang sama namun gagal. Sejak itu dia mempersiapkan diri belajar dengan tekun.
Pada Agustus tahun lalu sampai menjelang UTBK 2023, Faiz mengikuti les di tempat bimbingan belajar. “Saya nggak mau mengulang kejadian yang sama,” katanya seusai ujian di kampus SBM ITB Senin siang, 22 Mei 2023. Saat ujian dia mengaku bisa mengatasi pertanyaan termasuk menjawab soal statistik yang menurutnya tergolong dasar dan tidak terlalu rumit.
Faiz mengatakan sebenarnya dia menyukai matematika namun, bukan yang ilmu murni. Dia kemudian memutuskan untuk memilih kuliah jurusan statistik. “Melihat prospek kerjanya juga banyak,” katanya.
Adapun peserta UTBK di ITB lainnya, Ayu Anisa Oktaefi, 18 tahun mengatakan, dia memilih belajar secara mandiri lewat Internet. Dia mengakses ke beberapa tautan yang mengulas soal-soal UTBK dan membeli buku pembahasan soal. “Enggak ikut les bimbel karena mahal, orang tua tidak mampu,” kata siswi dari Sekolah Menengah Atas Karya Pembangunan di Cicalengka, Kabupaten Bandung itu.
Dari informasi yang diperoleh teman-temannya, biaya les bimbingan belajar secara daring maupun luring, berkisar Rp 700 ribu hingga Rp 5 juta. Ayu berharap bisa masuk jurusan Psikologi dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia. “Harapan orang tua kalau perempuan itu cocok jadi guru,” ujarnya.
Ayu sebelumnya gagal lolos di jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi. Jika masih juga gagal di jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes, dia berencana ikut seleksi jalur mandiri yang pendaftarnya bisa menggunakan Kartu Indonesia Pintar.