Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mencari Sebab Jatuhnya Sriwijaya SJ-182

Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengunduh sekitar 370 data dari FDR, dan 70 data di antaranya dianalisis untuk mencari penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya.

20 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengunduh data dari kotak hitam berupa flight data recorder (FDR).

  • 70 parameter data temuan FDR masih harus diverifikasi dengan data CVR.

  • Investigasi KNKT acuan Kementerian Perhubungan mengambil kebijakan terkait penerbangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT telah mengunduh data dari kotak hitam berupa flight data recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Data pesawat yang jatuh di Kepulauan Seribu pada 9 Januari itu berisi 370 parameter dan rekaman penerbangan selama 27 jam atau 18 kali penerbangan, termasuk penerbangan saat kecelakaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komite Keselamatan menyatakan akan mempublikasikan laporan awal (pre-eliminary report) hasil investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 pada bulan depan. ”Kami berharap dalam 30 hari ke depan ada laporan awal dan akan kami sampaikan ke masyarakat,” ujar Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo, dalam keterangannya kemarin.

Nurcahyo mengatakan tim dibantu dua investigator dari Transport Safety Investigation Bureau (TSIB) Singapura dan 11 orang dari Amerika Serikat. Tim dari Amerika di antaranya empat orang dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional atau National Transportation Safety Board (NTSB) Amerika, empat orang dari perusahaan Boeing sebagai pembuat pesawat, dua orang dari Otoritas Penerbangan Amerika Serikat atau Federal Aviation Administration (FAA), dan satu orang dari General Electric sebagai pembuat mesin pesawat.

Bermula dari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang hilang kontak pada 9 Januari lalu. Pesawat berpenumpang 62 orang--50 penumpang dan 12 kru—itu hilang kontak sekitar pukul 14.40 WIB di Kepulauan Seribu. Tim SAR telah menemukan rekaman data penerbangan atau flight data recorder (FDR) pada 12 Januari 2021 atau tiga hari setelah kecelakaan. Tim masih terus mencari CVR. Nurcahyo berharap rekaman suara di kokpit atau cockpit voice recorder (CVR)—bagian lain dari black box--juga segera ditemukan untuk mendukung data-data dari FDR.

Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko menjelaskan, dari sekitar 300 parameter data FDR yang diunduh, sebanyak 70 parameter data dianalisis dan diduga berkaitan dengan kondisi pengoperasian pesawat yang dianggap menjadi penyebab kecelakaan pesawat. Ke-70 parameter data itu dianalisis lantaran terdapat anomali dari kenormalan data yang ada. Kendati begitu, 70 parameter data itu belum bisa disimpulkan sebagai penyebab kecelakaan pesawat. ”Sebanyak 70 parameter data tersebut masih harus diverifikasi dengan dukungan data CVR,” ujar Haryo, kemarin.

Haryo mengatakan, dari 70 data tersebut akan mengerucut menjadi hanya beberapa data spesifik. Setelah itu, KNKT akan berkoordinasi dengan Boeing sebagai pembuat pesawat. Langkah ini untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai data yang dianggap sebagai penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya. Data yang dikoordinasikan di antaranya adalah pergerakan throttle mesin pesawat. Karena itulah, Haryo sangat berharap CVR pesawat Sriwijaya dapat ditemukan.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan data dari FDR sangat terbatas untuk menarik kesimpulan kecelakaan. Karena itu, penemuan CVR juga tak kalah penting. CVR berisi rekaman di ruang kokpit yang sekaligus memberikan petunjuk penyebab kecelakaan pesawat. Saat ini Tim SAR baru menemukan casing dan baterainya, namun rupanya dua bagian itu terlepas dari kotak hitam CVR.

Black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ-182 setelah ditemukan dan dievakuasi ke Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, 12 Januari lalu. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, kemarin, menyambangi lokasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Budi Karya menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo untuk mempercepat evakuasi korban dan pencarian kotak hitam CVR. Ia mengimbuhkan, data CVR akan menjadi dasar bagi KNKT untuk menginvestigasi kecelakaan pesawat. Hasil investigasi tersebut bakal digunakan sebagai acuan Kementerian Perhubungan mengambil kebijakan terkait dengan penerbangan.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA | DIKO OKTARA

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus