Pembunuhan Jurkani Jadi Amunisi Perlawanan

Berbagai kalangan membentuk koalisi perlawanan atas berbagai dugaan pelanggaran HAM di Kalimantan Selatan. Kasus pembunuhan Jurkani dijadikan amunisi perlawanan.

22 November 2021 | 00.00 WIB

Perbesar

Denny Indrayana, seusai melakukan pelaporan kasus korupsi daerah Kalimantan Selatan di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, 25 Mei 2021. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Ringkasan Berita

Kasus pembunuhan Jurkani menjadi simbol perlawanan koalisi masyarakat atas berbagai dugaan pelanggaran HAM di Kalimantan Selatan.
Sudah banyak korban di Kalimantan Selatan yang diduga pelakunya adalah aktor-aktor di sektor sumber daya alam.
Tim advokasi Jurkani akan mengadu ke Komnas HAM dan LPSK.

JAKARTA – Sejumlah akademikus, praktisi hukum, dan pegiat lingkungan hidup membentuk koalisi yang dinamai Perjuangan Rakyat Kalimantan Selatan Melawan Oligarki atau Tim Advokasi Jurkani. Jurkani adalah advokat PT Anzawara Satria, yang meninggal karena dianiaya sejumlah orang ketika tengah membongkar aktivitas penambangan batu bara ilegal di area konsesi Anzawara Satria di Kabupaten Tanah Bumu, Kalimantan Selatan.

Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini

Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
Akses penuh seluruh artikel Tempo+
Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
Fitur baca cepat di edisi Mingguan
Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo

Lihat Benefit Lainnya

pembunuhan-jurkani

tambang-ilegal

pelanggaran-ham

Avit Hidayat

Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo sejak 2015 dan sehari-hari bekerja di Desk Nasional Koran Tempo. Ia banyak terlibat dalam penelitian dan peliputan yang berkaitan dengan ekonomi-politik di bidang sumber daya alam serta isu-isu kemanusiaan.

Edisi 27 April 2025