Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepolisian DI Yogyakarta memastikan tak akan tinggal diam atas tragedi sungai Sempor yang telah menewaskan tujuh siswa SMPN 1 Turi pada Jumat, 21 Februari 2020. Ratusan siswa yang melakukan kegiatan susur sungai itu hanyut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Polisi akan bergerak mengusut kasus itu dan mengetahui siapa pihak bertanggungjawab atas musibah tersebut. "Tentu akan kami lakukan pemeriksaan siapa yang harus bertanggungjawab akan peristiwa ini," ujar Juru bicara Polda DIY Komisaris Besar Yuliyanto, Sabtu, 22 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Yuliyanto mengatakan polisi akan mulai melakukan pemeriksaan secara bertahap guna mendalami kasus itu. Dimulai dari pemeriksaan aturan-aturan dalam kegiatan Pramuka yang dinilai beresiko itu. Mengingat kegiatan berbahaya itu dilakukan saat musim penghujan dengan mengambil lokasi di sungai yang merupakan anak Kali Bedog, salah satu sungai berhulu Gunung Merapi yang rawan banjir.
"Kami juga sedang dalami itu (kegiatan beresiko) sehingga nantinya penyidik bisa menentukan pihak yang akan bertanggungjawab," kata Yuliyanto.
Dari data terakhir BPBD Yogyakarta sampai Sabtu pagi pukul 04.20, total ada 249 siswa yang ikut dalam kegiatan susur sungai itu. Mereka terdiri dari kelas VII sebanyak 124 siswa dan
kelas VII sebanyak 125 siswa.
Dari jumlah itu, siswa yang terkonfirmasi selamat ada 216 siswa, menderita luka luka 23 siswa, dan meninggal tujuh siswa. Adapun siswa yang masih hilang dan belum ditemukan ada tiga siswa.
Siswa belum ditemukan atas nama
Yasinta Bunga (kelas VII,13 tahun), Zahra Imelda (kelas VII, 12 tahun) dan Nadine Fadilah (kelas VII, 12 tahun).
Adapun korban siswa tewas kejadian susur sungai yang ditemukan adalah Sovie Aulia (kelas VIII, 15 tahun), Arisma Rahmawati (kelas VII, 13 tahun), Nur Azizah (kelas VIII, 15 tahun), Lathifa Zulfa (kelas VIII, 15 tahun), Khoirunnisa Nurcahyani Sukmaningdyah (kelas VII, 14 tahun), Evieta Putri Larasati (kelas VII, 13 tahun) dan Faneza Dida (kelas VII, 13 tahun).