Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah mengkaji ulang kurikulum pendidikan menyusul jebloknya hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Awaluddin Tjalla mengatakan kompetensi dalam kurikulum yang baru akan diselaraskan dengan metode PISA yang mengacu pada kemampuan membaca, matematika, dan sains. "Selama ini kita hanya melihat konten. Kami ingin lebih jauh berfokus pada kapabilitas siswa," katanya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Awaluddin, Kementerian akan mengkaji kompetensi apa saja yang perlu diukur dan masuk dalam kurikulum. Selain itu, pemerintah akan membenahi metode penyampaian guru. "Hasil asesmen akan memberikan dampak pada perubahan kurikulum," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awaluddin menjelaskan, pada piramida pendidikan, kurikulum berada pada puncak segitiga. Sedangkan kedua kakinya ditopang oleh kapasitas guru dan hasil asesmen. Menurut dia, jika kedua kaki segitiga diubah, hal ini akan puncaknya.
Hasil asesmen PISA pada 2018 menunjukkan penurunan kualitas pendidikan Indonesia dibanding survei terakhir PISA pada 2015. Kondisi itu membuat Indonesia bertengger di posisi ke-72 dari 79 negara. Sepekan setelah survei PISA dirilis pada awal Desember ini, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim mengumumkan penghapusan ujian nasional.
Sebagai gantinya, Kementerian akan mengadakan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. "Kebijakan ini mengacu pada praktik level internasional, seperti PISA dan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)," ucap Nadiem. TIMSS merupakan indikator kualitas pendidikan yang menekankan pada kompetensi matematika dan sains.
Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Satriwan Salim mengatakan kurikulum 2013 sebenarnya sudah mendesain pembelajaran berbasis PISA dan TIMSS melalui metode "higher order of thinking skill". Metode ini menekankan pada kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif. "Sayangnya, banyak guru belum mampu mengimplementasikannya," kata dia. MAYA AYU PUSPITASARI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo