Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Malam Penyelamatan Nyawa Century

Kronologi rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan menjadi fokus Panitia Khusus Century. Presiden akan dipanggil.

21 Desember 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAKIL Ketua Badan Peme­riksa Keuangan Tau­fiequrach­man Ruki buru-buru mendatangi Demci­war Ade, anggota stafnya,­ yang duduk di barisan belakang. Berbisik ia meminta sang anggota staf hati-hati membacakan data kronologi rapat penentuan nasib Bank Century, November tahun lalu. ”Mohon maaf, mereka tadi salah baca,” kata Hadi Purnomo, ketua lembaga itu.

Pada rapat konsultasi Panitia Khusus Hak Angket Bank Century Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu pekan lalu, itu Demciwar membacakan kronologi lengkap. Ia pun menyebutkan pejabat yang mengikuti rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang membahas penyelamatan Century pada 20-21 November 2008. Belum tuntas kronologi dibacakan, anggota Panitia Khusus menyela, ”Tolong nama-namanya sekalian disebutkan.”

Rapat mendadak riuh dengan hujan interupsi. Bahkan Ketua Panitia Khusus Idrus Marham ikut-ikutan mendesak Demciwar. ”Jabatan kan sudah pasti ada orangnya, jadi sebut saja sekalian namanya,” kata Idrus. ”Kalau tidak nama lengkap, ya inisial saja. Biar jelas,” kata Ganjar Pranowo, anggota Panitia Khusus dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Sejak awal rapat, Dewan memang sangat bersemangat menggiring BPK membuka notulen dan rekaman rapat Komite Stabilitas. Tapi BPK berge­ming. Alasannya, kata Hadi, Menteri Keuangan, sebagai mantan Ketua Komite Stabilitas, melarang. ”Apabila Panitia Khusus membutuhkan, agar meminta langsung kepadanya,” kata Hadi. ”Kami dibatasi undang-undang.” Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Mulia Nasution dalam kesempatan terpisah menyatakan akan menyerahkan rekaman ke Panitia Khusus.

Notulen dan rekaman rapat sepanjang malam itu menjadi kontroversi. Sebulan lalu, politikus Partai Amanat Nasional, Dradjad Wibowo, membuka notulen rapat itu ke publik. Beberapa pekan kemudian, salinan transkrip rekaman rapat-rapat juga beredar di mana-mana.

Anggota Panitia Khusus dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Andi Rahmat, menyatakan rekaman rapat pen­ting buat memperjelas beberapa hal, antara lain hanya Bank Indonesia yang menyetujui penyelamatan Bank Century. ”Inti debat di rapat itu, mereka ragu Century bakal berdampak sistemik,” kata Andi. Ia yakin ada ”kekuatan besar” yang memaksa Komite Stabilitas memutuskan penyelamatan Century.

Dalam laporan audit investigasi BPK disebutkan, penyelamatan berawal dari rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20 November 2008. Rapat dimulai pukul 19.00 dan berakhir pukul 22.00 WIB. Kesimpulannya: Dewan Gubernur menyetujui Bank Century ditetapkan sebagai bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik. Bank sentral lalu membawa masalah ini ke Komite Stabilitas.

Malam itu juga, rombongan Bank Indonesia berangkat ke Departemen Keuangan mengikuti rapat Komite Stabilitas. Sebelum rapat dimulai, Bank Indonesia melakukan rapat kecil dengan Sekretaris Komite Stabilitas Raden Pardede. Draf surat Gubernur Bank Indonesia soal Century ditunjukkan kepada Raden, yang kemudian menyarankan sejumlah perubahan dalam draf tersebut. Antara lain, soal kebutuhan dana tambahan bagi Century Rp 1,77 triliun, yang diminta Bank Indonesia diubah menjadi Rp 632 miliar dengan tambahan kalimat, ”Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring memburuknya kondisi bank....”

Budi Rochadi, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan Rp 632 miliar itu merupakan angka yang diperoleh jika menggunakan neraca resmi per 31 Oktober 2008. Tapi Bank Indonesia memperkirakan angka yang dibutuhkan lebih besar karena diyakini sejumlah sertifikat surat berharga milik Century tak akan bisa ditagih. ”Atas saran Sekretaris KSSK, kami pakai data yang lama,” katanya.

Dimintai konfirmasi, Jumat pekan lalu, Raden Pardede membantah mengintervensi Bank Indonesia. Se­kretaris Komite Stabilitas, kata dia, tidak pernah menyarankan hal itu. Ia mengatakan tak pernah mengetahui perubahan surat Gubernur Bank Indonesia. Raden mengatakan hanya mencocokkan seluruh data dan menjaga konsistensi seluruh data yang akan disampaikan Bank Indonesia dalam rapat. ”Soal mereka mengubah atau tidak, itu hak mereka,” kata Raden.

Perubahan materi surat itu jadi soal karena dalam rapat Komite Stabilitas, 24 November 2008, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati marah kepada Bank Indonesia. Sri mempertanyakan kredibilitas bank sentral karena menyajikan data yang tak valid. Dia marah karena Lembaga Penjamin Simpanan yang mengambil alih Bank Century menyampaikan kebutuhan tambahan modal naik empat kali lipat dari angka semula.

Simak saja angka berikut ini. Berdasarkan data per 23 November 2008, kebutuhan dana membengkak dari Rp 632 miliar menjadi Rp 2,77 triliun. Angka ini nantinya terus menggelembung sampai total Rp 6,7 triliun. ”Bu Menteri kaget dan marahlah, karena jumlahnya begitu besar,” kata Mulia Nasution. Menurut Andi Rahmat, anggota Dewan, kalau saja Bank Indonesia menyajikan data secara benar, bisa jadi keputusan Komite Stabilitas bakal berbeda. Bahkan, ia menduga, Komite tak akan menyetujui Century diambil alih. Mulia membantah pernyataan Andi.

l l l

REKAMAN rapat itu juga menjadi kontroversi setelah tudingan ­anggota Panitia Khusus dari Partai Golkar, Bambang Soesatyo, yang menyebutkan Robert Tantular hadir dalam rapat. Sri Mulyani, menurut dia, bahkan berbincang-bincang dengan pemilik Bank Century itu sebelum mengambil keputusan.

Bambang mengatakan, dalam re­kaman itu, Sri Mulyani mengatakan: ”’Ya udah, rapat tertutup sekarang kita… ya, Robert.’ Lalu ’Robert’ menjawab, ’Saya kira Ibu rapat tertutup saja dengan catatan, bahwa kesimpulan pasalnya adalah keadaan krisis yang kita hadapi sekarang.’”

Menurut Raden Pardede, yang dikira Robert itu adalah suara Marsillam Simandjuntak, dari Unit Kerja Presiden untuk Percepatan Program Reformasi. Kehadiran Marsillam, kata Raden, adalah atas permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. ”Dalam hal ini, Komite Stabilitas minta Presiden mengizinkan saya bekerja sama,” kata Marsillam.

Menurut Raden, konteks ucapan ”Robert” yang disampaikan Sri Mul­yani adalah menjawab pernyataan Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo. Percakapan terjadi di ujung rapat yang berlangsung pada pukul 00.11-04.30 WIB pada 21 November 2008. ”Mungkin Bu Menteri keselip lidah atau belum selesai kalimatnya karena dipotong Marsillam,” kata Mulia.

Dialog lengkapnya dimulai dari pernyataan Agus Martowardojo yang menduga nasabah dengan dana besar dikuasai pemilik di Century. Kalau dana di bawah Rp 2 miliar bisa diselamatkan, yang di atas Rp 2 miliar tanggung jawab pemilik. Agus menyarankan tindakan terhadap Robert harus keras dan cepat. Lalu dijawab Sri Mulyani, ”Ya udah, rapat tertutup sekarang kita... ya, Robert.”

Raden lalu menayangkan rekaman video situasi rapat pada 21 November 2008, pagi hari menjelang subuh. Dalam video berdurasi sekitar tiga menit itu tampak Sri Mulyani duduk di muka. Di sebelah kirinya Gubernur Bank Indonesia Boediono. Di sam­ping kanan Sri Mulyani ada Marsillam, Arif Su­rowijoyo (konsultan hukum), Mulia Nasution, Raden Pardede, dan Agus Martowardojo.

Di sebelah kiri Boediono duduk rombongan dari Bank Indonesia. Tampak di ujung depan Deputi Gubernur Senior Miranda Swaray Goeltom. Hadir pula Rudjito, dari Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan. Total semuanya ada sekitar 30 orang. ”Ada 27 orang yang tanda tangan kehadiran,” kata Mulia Nasution.

Setelah rapat terbuka, rapat dilanjutkan dengan rapat tertutup yang hanya diikuti Sri Mulyani, Boediono, Raden, dan Arif Surowijoyo. Dalam rapat tertutup tersebut, para pejabat itu juga memanggil beberapa pejabat lain, mulai Deputi Gubernur Bank Indonesia hingga Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan. Bergi­liran, tiap lima menit keluar.

Sejam kemudian ketuk palu. Bank Century diputuskan sebagai bank gagal. Lalu rapat dilanjutkan dengan rapat Komite Koordinasi dengan mengikutsertakan Rudjito. Rapat berlangsung pada pukul 05.30 sampai 06.00 WIB.

Wakil Ketua Panitia Khusus Angket Century Gayus Lumbuun mengatakan keberadaan Marsillam Simandjuntak menguatkan dugaan adanya persetujuan Presiden Yudhoyono dalam proses penyelamatan Century. ”Ini me­nguatkan alasan kami untuk menghadirkan Presiden,” katanya.

Agus Supriyanto, Ramidi, Rieka Rahadiana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus