Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Adu Tanduk Anak Banteng

Kubu Puan Maharani menekan Ganjar Pranowo yang dianggap berambisi menjadi calon presiden. Pendukung Joko Widodo merapat ke Ganjar.

29 Mei 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • PDI Perjuangan tak mengundang Ganjar Pranowo dalam rapat internal dengan dalih berambisi menjadi calon presiden.

  • Elektabilitas Ganjar dalam sejumlah survei selalu lebih tinggi ketimbang Ketua DPR Puan Maharani.

  • Muncul kelompok relawan pendukung Ganjar yang beranggotakan keluarga Gubernur Jawa Tengah tersebut.

MENENTENG berbagai rupa oleh-oleh, Ganjar Pranowo beranjangsana ke rumah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta, pada Jumat, 22 Mei lalu. Gubernur Jawa Tengah itu membawa beberapa helai kain batik bermotif Lasem dan walang kekek serta ayam goreng Paryanti dari Wonogiri, Jawa Tengah.

Ganjar mengatakan pertemuannya dengan Megawati itu dalam rangka silaturahmi Idul Fitri. “Saya halalbihalal,” katanya kepada Tempo melalui pesan pendek pada Ahad, 23 Mei lalu. Dalam kunjungan itu, Ganjar juga membawa lukisan karya Djoko Susilo, pelukis asal Semarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dihubungi pada Rabu, 26 Mei lalu, Djoko menceritakan lukisan Megawati dikelilingi anak-anak perempuan tersenyum, yang diserahkan ke Ganjar pada Ramadan lalu, itu masih dalam bentuk gulungan kanvas. Ganjar saat itu berjanji akan mengantarkan lukisan berukuran 150 sentimeter x 150 sentimeter tersebut ke Jakarta. “Tahu-tahu sudah dibingkai dan diterima Ibu Mega lewat kiriman video dari Mas Ganjar,” ujar Djoko.

Baca: Dugaan Jatah Paket Bansos untuk Elite PDIP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Djoko mengunggah vlog Ganjar yang merekam Megawati mengucap salam dan berterima kasih atas lukisan tersebut. Dalam video berdurasi sekitar 20 detik itu, presiden Indonesia kelima tersebut terus tersenyum dan menyatakan lukisan tersebut sesuai dengan keinginannya. Menurut Djoko, lukisan tersebut merupakan penafsiran atas surat Megawati kepada mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafi’i Maarif, tentang cita-citanya melihat anak-anak Indonesia yang ceria.

Seorang petinggi PDI Perjuangan yang mengetahui pertemuan itu mengatakan Ganjar dan Megawati berdiskusi selama hampir dua jam. Tak ada pembahasan soal masalah politik serta ancang-ancang pemilihan presiden 2024. Diwawancarai para jurnalis setelah rapat paripurna di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah pada Jumat, 28 Mei lalu, Ganjar menyebut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat yang juga anak Megawati, Puan Maharani, hadir dalam acara silaturahmi tersebut. “Kami sempat bercanda,” tuturnya.

Baca arsip Majalah Tempo: Wawancara eksklusif Puan Maharani: Tak Ada yang Bisa Mengempaskan Saya

Sehari setelah acara di rumah Megawati atau pada 23 Mei lalu, Dewan Pengurus Daerah PDI Perjuangan Jawa Tengah menggelar rapat konsolidasi. Forum itu mengundang para kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah, dan pengurus partai banteng dari seluruh wilayah Jawa Tengah. Dalam rapat yang dihadiri Puan itu Ganjar tak termasuk dalam daftar undangan. Pada hari sama dengan diadakannya rapat itu, Ganjar masih berada di Jakarta dan bersepeda, antara lain, bersama dengan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Ganjar Pranowo (kiri) saat menyerahkan lukisan karya Djoko Susilo kepada Megawati Soekarnoputri di kediaman Megawati di Jakarta, 21 Mei 2021. IG @djokosusilo_painting

Ketua PDI Perjuangan Jawa Tengah Bambang Wuryanto mengungkapkan rapat konsolidasi dengan Puan sudah dirancang beberapa hari sebelumnya. Awalnya Puan diminta memberi pidato melalui video telekonferensi dari Jakarta. Namun Puan menolak dan menyatakan ingin datang langsung ke Semarang, asalkan panitia menyiapkan protokol kesehatan yang ketat. Ketua DPR itu pun dijadwalkan naik ke mimbar pada Sabtu sore, 22 Mei.

Sehari sebelum acara, kata Bambang, Puan mengubah waktu kedatangannya ke Semarang menjadi pagi hari. Mengatur ulang susunan acara, Bambang mengundang panitia dan pengurus PDI Perjuangan Jawa Tengah untuk rapat. Bambang mengklaim semua hadirin dalam pertemuan itu kompak tak mengajak Ganjar. “Ketika saya serahkan ke peserta, mereka sepakat tak mengundang Ganjar,” ucapnya. “Jadi bukan saya yang mengatur.”

Belakangan Bambang menyebut Ganjar tak diundang karena dinilai terlalu berambisi menjadi calon presiden. Padahal Ketua Umum Megawati belum memberikan instruksi apa pun tentang pemilihan umum yang akan berlangsung tiga tahun lagi. Memperingatkan manuver Ganjar, Bambang mengklaim sedikitnya dua kali mengirim utusan. Dia mewanti-wanti bahwa rencana politik menjelang pemilu presiden 2024 merupakan sikap yang tak elok.

Dalam sigi sejumlah lembaga survei, Ganjar selalu masuk daftar kandidat teratas. Elektabilitas bekas Wakil Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan itu selalu jauh lebih tinggi ketimbang Puan. Survei Saiful Mujani Research and Consulting pada Februari-Maret lalu, misalnya, mencatat tingkat keterpilihan Ganjar mencapai 12 persen, berbanding 1,7 persen untuk Puan. Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah itu bahkan menembus 20,2 persen versi lembaga riset Y-Publica, sedangkan Puan 0,7 persen. Namun sigi yang sama menyebutkan tingkat keterpilihan Puan sebagai calon wakil presiden mencapai 16,2 persen.

Ditemui jurnalis setelah melantik Bupati Demak di kantor Gubernur pada Senin, 24 Mei lalu, Ganjar membantah jika disebut bersiap-siap maju sebagai calon presiden. Dalam kesempatan terpisah sehari sebelumnya, Ganjar juga enggan menanggapi hasil sejumlah sigi yang mencantumkan namanya sebagai kandidat presiden.

Bambang Wuryanto, yang juga menjabat Ketua bidang Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan, mengatakan elektabilitas Puan masih kecil karena partai belum bergerak mengerek tingkat keterpilihan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat tersebut. Sebab, Ketua Umum PDI Perjuangan belum memerintahkan siapa pun untuk berlaga dalam pemilihan presiden. “Belum ada lampu hijau dari Ibu. Kalau ada, ya, saya racing,” tutur Bambang.

Ketua Bidang Kehormatan PDI Perjuangan Komarudin Watubun menyebut partai tak menegur Ganjar meski dituding aktif berkampanye di media sosial. Menurut dia, tak ada regulasi partai yang melarang orang bersosialisasi kepada masyarakat. Nantinya, kata Komarudin, ketua umum yang akan memutuskan nama kader yang dianggap layak maju sebagai kandidat presiden atau wakil presiden.

•••

BERMULA dari acara program mudik dua tahun lalu, Raden Zieo Suroto mengenal Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dia diminta seorang pengurus Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin untuk mengumpulkan warga Jawa Tengah yang bermukim di Jakarta dan mau mudik gratis. Pengurus tim kampanye itu merupakan kolega Ganjar.

Saat melepas mudik gratis di Taman Mini Indonesia Indah, Suroto pertama kali bertemu dengan Ganjar. Berbincang di atas panggung, dia meminta Ganjar maju dalam pemilihan presiden 2024. Ganjar tak serius menanggapi usul itu. Sebagaimana ditirukan Suroto, Ganjar menjabat tangannya, lalu berkata, “Kamu ada-ada saja, saya mau bekerja dulu.”

Meski ditolak, niat Suroto mendukung Ganjar tak pernah padam. Dia lalu mendirikan kelompok relawan bernama Dulur Ganjar Pranowo (DGP). Suroto mendeklarasikan organisasi itu pada akhir 2019. Dia mengajak para relawan Jokowi, khususnya dari Barisan Relawan Pendukung Jokowi Presiden (Bara JP). Suroto adalah bekas Wakil Sekretaris Jenderal Bara JP. Dia mengklaim DGP sudah terbentuk di 50 daerah di seluruh wilayah Pulau Jawa, beranggotakan sekitar 2.000 orang. Markas pusat DGP berada Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Suroto juga mengajak kakak kandung Ganjar, Pri Kuntadi, bergabung ke DGP. Anggota tim kampanye Jokowi-Ma’ruf yang mengenalkan Suroto kepada Pri. Dalam organisasi DGP, Pri didapuk menjadi pembina koperasi dan usaha mikro. Dalam pemberitaan media, Pri disebut pernah melantik pengurus DGP Kabupaten Sukoharjo pada pertengahan Februari lalu.

Menurut Suroto, organisasinya sedang berfokus mengenalkan Ganjar ke masyarakat, khususnya melalui media sosial. Dia mengakui polemik pencalonan presiden antara Ganjar dan PDI Perjuangan turut mengerek popularitas organisasinya. “Ada 300 orang yang masuk, baik dari dalam maupun luar negeri,” dia mengklaim.

Di Kota Semarang, DGP berkantor di Jalan Taman Hasanudin, Kecamatan Semarang Utara. Di atas pagar rumah tersebut terpasang papan nama bertulisan “Markas Komando DPD Dulur Ganjar Pranowo Kota Semarang”. Ketua DGP Kota Semarang, Yohannes Rustanto, menjelaskan rumah tersebut milik mantan pengurus PDI Perjuangan Kecamatan Semarang Utara. Tak hanya dari partai, anggota DGP Kota Semarang berasal dari sukarelawan Presiden Jokowi pada Pemilihan Umum 2019, termasuk Yohannes.

Menurut Yohanes, Ganjar mengetahui kegiatan DGP Kota Semarang. Sebabnya, kata dia, ada ajudan Gubernur Jawa Tengah itu yang bergabung dalam grup WhatsApp. Namun Yohanes membantah jika organisasinya disebut berdiri atas perintah Ganjar. “Ini inisiatif kami,” ujarnya.

Bambang Wuryanto. TEMPO/STR/Imam Sukamto

DGP juga merambah Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Rini, relawan DGP Kendal, memanfaatkan momentum Ramadan untuk mengenalkan Ganjar dengan membagi-bagikan takjil. Dia juga mendatangi rumah-rumah warga untuk mengabarkan capaian program kerja Gubernur Jawa Tengah. Sebagaimana Rini, Ketua DGP Kabupaten Magetan Mulyono juga mengajak komunitas dan jaringannya untuk mendirikan posko pendukung Ganjar.

Ganjar menyebut tak mengetahui kegiatan sejumlah kelompok yang mengklaim sebagai pendukungnya. Adapun Ketua PDI Perjuangan Komarudin Watubun juga tahu gerakan sejumlah relawan atau mantan kader partai yang menyokong Ganjar. “Pak Ganjar bukan orang baru sehingga dia pasti tahu aturan main di partai kami,” tutur anggota Komisi Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat tersebut.

RAYMUNDUS RIKANG, BUDIARTI UTAMI PUTRI, JAMAL A. NASHR (SEMARANG), ADE RIDWAN (DEPOK)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Raymundus Rikang

Raymundus Rikang

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014 dan kini sebagai redaktur di Desk Nasional majalah Tempo. Bagian dari tim penulis artikel “Hanya Api Semata Api” yang meraih penghargaan Adinegoro 2020. Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta bidang kajian media dan jurnalisme. Mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus